23 . Insiden di Lapangan

93 24 7
                                    

Annyeong chinguyaaaaa👋🏻

Aku mau ngasih tau nih, kalo Burung Kertas untuk Naya ada chat storynya, loh. Emm ... sebenarnya gak mempengaruhi alur cerita ini sih. Aku buat itu cuma untuk seru²an dan menyempurnakan isi cerita aja. Kayak aku mau ngasih tau pembaca cerita BKUN keseruan para tokoh yang gak aku bahas di sini. So, kalo mau baca/liat bisa banget ke akun Instagram atau Tiktok aku. User namenya sama kayak username wattpad (lluviamee). Yuk, liat keseruan mereka🥰❤️

Selamat membaca, semoga suka❤️❤️

Selamat membaca, semoga suka❤️❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Na ...."

Suara familiar itu sontak membuat atensi keempat laki-laki yang sedang sibuk membereskan semua buku-bukunya menoleh bersamaan. Mereka mendapati Naya berdiri di depan pintu memandangi  mereka.

"Eh sayang, kenapa?" Jendra menyahut seraya berjalan menghampiri Naya. "Mau pulang, ya?" tanyanya lagi.

Naya mengangguk kecil. "Kamu nggak pulang?"

"Aku ada jadwal latihan basket hari ini," jawab Jendra mengulas senyum. "Kamu mau pulang? Aku anterin, ya?" tawarnya.

Satu minggu setelah Jendra berterus-terang kepada Naya atas kesalahpahaman yang sempat membuat hubungan mereka renggang. Kini hubungan asmara kedua sejoli itu sudah membaik. Hati Naya juga sudah tidak sesakit kemarin. Ia merasa sangat lega setelah Jendra mengatakan yang sebenarnya bahwa ia tidak memiliki hubungan apa pun dengan Kinan.

Meskipun sekarang Naya menjadi sedikit kesal tiap kali melihat kakak kelasnya itu. Apa dia tidak tau kalau laki-laki yang sedang dia dekati sudah memiliki pacar? Kenapa dia begitu nekat? Harusnya sesama perempuan ia bisa menghargai perasaan perempuan lain, bukan? Tetapi, kenapa Kinan justru sebaliknya? Ternyata benar, seseorang terlihat baik dari luar belum tentu baik juga dari dalam.

Kinan memang pintar tapi kenapa dia bodoh tentang menghargai perasaan orang lain? Sekalipun Kinan menganggap Naya sebagai saingan, Naya tidak peduli. Lagipula untuk apa dirinya bersaing untuk sesuatu yang sudah ia menangkan dari awal?

"Atau kamu mau liat aku latihan?" Jendra terkikik pelan.

"Liat kita latihan aja Nay, itung-itung buat penyemangat kita-kita kan." Cakra berceletuk dari bangkunya membuat Jendra seketika meliriknya tajam.

"Pacar lo pacar kita juga, Jend," gurau Cakra sambil mengerlingkan matanya menggoda Jendra.

"Gue colok mata lo sini!" ancam Jendra mendelik.

Naya setengah melirik pada Danish yang mengeluarkan baju basketnya dari dalam tas. "Koko latihan juga?" tanya Nya.

Danish menjawab tanpa menatap siapa yang bertanya. "Iya."

"Jadi mau pulang sekarang atau nanti?" tanya Jendra pada kekasihnya.

Naya tersenyum tipis. "Nanti aja. Aku mau nemenin kamu latihan, lagian di rumah juga pasti nggak ada orang," kata Naya. Hari ini orang rumah pada sibuk dengan urusannya masing-masing.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang