Agustus 2025
Sudah hari kedua sejak dimulainya syuting reality show Bon Voyage di Swedia, Eropa Utara. Ini adalah trip pertama mereka setelah masa hiatus dan juga wajib militer yang mereka jalani selama 2 setengah tahun. Berkumpul dan berbagi cerita bersama-sama seperti ini merupakan hal yang paling mereka tunggu-tunggu, maka tak heran jika para member sangat menantikan trip ini. Meskipun ini adalah sebuah acara, namun mereka selalu menikmati dan melakukannya dengan penuh sukacita alih-alih terbebani karena harus menunjukkan persona di depan kamera. Hei, mereka ini bukan artis amatiran, mereka justru memilih untuk menampilkan sisi mereka yang apa adanya daripada berpura-pura seperti itu.
Jam menunjukkan pukul 9 malam ketika masing-masing member mulai memasuki kamar tidurnya, kelelahan sebab mereka pergi bermain seluncur dan berkeliling sedari pagi. Yoongi terlihat akan mematikan lampu ruang keluarga dan memasuki kamarnya ketika Jungkook tiba-tiba memanggilnya dari arah dapur.
"Abang. Bang Yoongi." panggilnya agak tergesa.
"Hm?"
"Bang, lihat Kak Seokjin nggak? Gue cari kok ga ketemu ya?", Jungkook menggaruk kepalanya yang tak gatal, menunjukkan jika ia kebingungan mencari sang kakak pertama di sudut rumah.
"Keluar, gatau ngapain. Cek deh sendiri." Jawab Yoongi setengah malas karena ia mulai mengantuk.
Mengangguk cepat dan segera keluar rumah, Jungkook mencari Seokjin ke halaman samping, menemukannya sedang duduk santai di bangku samping kolam. Berniat mengagetkannya, Jungkook mengendap-endap dari belakang dan menjulurkan tangannya untuk menepuk bahu yang tertua.
"BAAAA!!"
"AAAAAHHHH WOOOII!!!" Teriak Seokjin sembari berjingkat, terkaget-kaget. Suara tawa yang ia hapal menarik kesadarannya bahwa terdapat presensi manusia menyebalkan yang menjadi sumber keterkejutannya di malam yang tenang ini. Sang adik bungsu. Manusia paling usil yang mewarnai hari-hari Seokjin sejak usianya menginjak 20 tahun. "Elu ya!! Ngapain sih? Kaget tau gue hih." Ucap Seokjin sambil melebarkan matanya.
"Ahahaha kagetan lo, Kak. Biar seru aja lah, kocak muka lu HAHA." Jungkook tertawa renyah lalu duduk di samping sang kakak.
"Awas ya lo bocil. Lagian kenapa belum tidur? Yang lain pasti udah pada tidur gara-gara kecapean main tadi. Ngga ngantuk lo?" Seokjin merasa heran sebab bungsunya ini adalah anak yang mudah sekali mengantuk, tetapi sekarang justru malah menghampirinya.
"Hm. Sejak kita nggak se-dorm lagi, lo tau kan kalo gue susah tidur tiap malem dan selalu tidur pagi?"
"Tau. Jujur gue pengen nanya kenapa tapi gue gaenak dan gapunya banyak waktu karena buru² masuk militer waktu itu. Jadi, sekarang bisa cerita sama kakak?", raut wajah Seokjin berubah lembut, dihadapkan posisinya menghadap sang adik, ia tautkan tangannya pada tangan sang adik, berusaha memberikan kehangatan agar sang adik nyaman bercerita.
Jungkook memandang teduh sang kakak. Pikirannya melayang jauh ke tahun 2021 silam seiring dengan hatinya yang terasa berat. Dengan menggenggam tangan sang kakak tertua, ia mulai bercerita.
"Lo inget hari dimana kita rapat tentang rencana grup, Kak?", Seokjin spontan mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan sang adik.
"Hari itu adalah hari yang berat buat gue...kita mulai pisah dorm dua hari setelahnya haha" Jungkook tersenyum sendu mengingatnya, "Keputusan wajib militer juga dikonfirmasi dengan lo jadi anggota pertama yang daftar, grup hiatus, aktivitas solo, dan banyak hal lain yang buat gue hampir gila...gue...ga pernah pengen ini semua, Kak. Tapi kita harus. Dan gue harus bisa paham akan hal itu."
Seokjin merasa hatinya dipukul oleh sebuah palu besar, ia tidak tahu...ia tidak tahu bahwa ternyata sang adik tidak pernah setuju akan semua keputusan yang mereka buat di masa itu sebab sang adik selalu diam, menuruti apa kata kakak-kakaknya. Matanya mulai memanas, namun ia tahan agar tak mengganggu adiknya bercerita.
"Hal pertama kali yang gue lakuin setelah itu adalah pulang ke dorm sendirian sampe kalian nanyain gue kenapa. Tapi gue cuma...cuma gabisa berada dalam situasi menyakitkan ini lebih lama, jadi gue pergi. Waktu sampe dorm, gue nangis haha. Gue muterin dorm dari ruang tamu sampe kamar-kamar kalian sambil nangis kayak orang gila. Makanya waktu makan malem gue ga keluar kamar karena malu abis nangis, takut kalian nanyain juga." Jungkook menghela nafasnya sebentar, lalu melanjutkan, "Waktu kita udah pindah ke apato masing-masing, gue cuma...diem...sendirian di ruang TV. Kosong kak rasanya. Walaupun kalian kadang ke apato gue atau gue yang main ke apato kalian, tapi tetep beda. Jarak kita dulu gak sejauh ini. Malah gue kepikiran buat tiap hari nginep ganti-gantian di apato kalian semua, bergilir haha." Tawa renya jungkook membuat sang kakak ikut tersenyum.
"Terus kenapa ga nginep aja, dek?"
"Gue gak mau ganggu privasi kalian. Seems like kalian menikmati hidup baru kalian di apato pribadi haha, jadi gue ngerasa nggak perlu, toh gimana pun memang kita perlu kan sebuah privasi dan ini mungkin saatnya. Kita udah tinggal bareng hampir 10 tahun, kak. Itu lama banget. Tapi ya, gue ga memungkiri kalau nerima kenyataan itu tuh sulit banget apalagi gue bergantung sama kalian dari dulu. Apa-apa sama kalian hehe jadi gue tu kayak kehilangan separuh hidup gue haha. Jujur kak, menurut gue ini adalah bagian hidup yang nggak mau gue ulang lagi. Kesepian di apato sebesar itu. Gue sering cemas, maaf kak. Itu kenapa gue pernah gaada kabar beberapa bulan kan di media? Gue juga ga ke kantor. Terus gue mulai cape dan suka live malem-malem di weverse biar gue ga kesepian. Terus waktu tidur gue ga beraturan, jadi kayak kelelawar yang tidurnya pagi haha. Apa ya...gue ga nyaman bahkan sama rumah gue sendiri karena rumah sebenernya udah gaada. Itu sih, jadi sekarang gue seneng kita bisa liburan bareng kayak gini, kumpul bareng dan gue bisa puas-puasin main bareng kalian."
Senyum lebar Jungkook di akhir kalimatnya disambut oleh pelukan hangat sang kakak tertua yang sudah tidak dapat lagi menahan air matanya. Maka, ia tenggelamkan kepalanya pada pundak yang termuda, mendekap erat tubuh sang adik yang telah melewati banyak hal berat ketika ia tak disisinya. Selama ini sang adik diam, Seokjin tahu sebab anak itu memilih mengikuti para anggota tertua. Tapi ia juga lupa bahwa Jungkook akan berusaha tetap diam jika ia terjatuh sekalipun karena tidak ingin merepotkan kakak-kakaknya.
"M-maaf ya. Maaf, kakak nggak tahu." Ucap Seokjin di sela isakannya, tubuhnya perlahan menjauh dari sang adik yang ternyata juga sudah mengeluarkan air matanya. Tangannya mengusap surai Jungkook, lalu turun pada lengannya.
"Bukan salah lo kak, gue yang waktu itu belum bisa adaptasi." Jungkook tidak suka jika sang kakak malah menyalahkan dirinya sendiri.
Seokjin tersenyum hangat. "Nggak, Jung. Memang ini salah kakak dan yang lain karena nggak aware sama keadaan lo saat itu. Tapi kakak tahu, ini nggak boleh disesali terus. Sekarang kami udah disini sama lo, jadi ayo kita perbaiki apa yang kurang, ayo kita bikin memori yang nantinya bakal kita bicarain lagi bareng-bareng entah 10 atau bahkan 40 tahun lagi. Makasih ya adek udah berani cerita ke kakak. Makasih karena adek udah kuat dan berusaha hidup lebih baik. Makasih karena adek selalu mikirin kami dan sayang sama kami. Makasih karena adek udah hadir di antara kami. Percaya, kakak dan yang lain sayang banget sama lo dek." Seokjin mengakhiri kalimatnya dengan mata yang berair, lalu mengecup kepala sang adik lembut. Sementara itu, Jungkook sudah menangis terisak ketika sang kakak mengucapkan terima kasih padanya, pada kehadirannya, ia merasa sangat berharga. Jungkook tahu, bahwa apapun situasi sulit yang membuat mereka harus berjarak, para kakaknya selalu menyayanginya. Dan Jungkook juga menyayangi mereka, lebih dari yang mereka tahu.
"Makasih, Kak Seokjin." Jungkook tersenyum lucu hingga gigi kelincinya terlihat, mengusap air matanya dan memeluk sang kakak tertua hangat. Akhirnya gue pulang ke rumah.
—END.
Halo, salam kenal, aku An. Sebelumnya terima kasih buat kalian yang sudah baca cerita aku ya~ it means a lot to me yang masih belajar ini.
Aku bikin ini sebenernya untuk menyalurkan rasa kangen aku sama bangtan hehe. Tapi karena aku belum jago nulis long story jadi oneshoot dulu aja bikinya. Oiya, kritik saran dipersilahkan ya, aku mau belajar juga soalnya. Terima kasih. Sampai ketemu di oneshoot selanjutnya♡
KAMU SEDANG MEMBACA
☆ We, Me : Oneshoot (BTS) ☆
RandomThis story was made because I missed them. ☆ lots of typos and writing errors, still amateur ☆ nulis untuk senang-senang aja, tapi menerima kritik tentang penulisan/plot untuk belajar ☆ slow update photo on cover: pinterest.