Kedua

2.8K 220 18
                                    


Sudah seminggu ini Gema tidak melihat keberadaan kedua orang tua serta kembaran dan juga kakak pertamanya, rumahnya cukup sepi hanya ada beberapa pegawai yang masih bekerja untuk membersihkan rumah, memasak, membersihkan kebun. Gema kecil duduk di sebuah kursi di belakang halaman rumahnya sambil sesekali bersenandung kecil, di pangkuannya terdapat sebuah boneka kelinci berwarna putih yang ia pungut dari tempat sampah dua hari yang lalu karena Gema tahu jika boneka tersebut sudah dibuang oleh sang ibu. Sejak dahulu Gema ingin sekali memiliki boneka kelinci, dirinya pernah suatu waktu meminta dibelikan oleh kedua orang tuanya namun yang ia dapati hanya kemarahan dan juga pukulan karena terlalu banyak meminta dan sejak saat itu Gema memilih untuk tidak meminta apapun lagi karena dirinya takut.

"Gema sedang apa disini?" Tanya seorang pelayan bernama Wina itu datang menghampiri Gema yang masih betah duduk di kursi taman tersebut.

Gema tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya ke arah Wina. "Halo mbak Wina."

"Gema sudah makan?"

Gema menggeleng. "Tidak boleh makan sekarang, nanti saja. takut dimarahi ibu."

Wina menggeleng sambil tersenyum. "Tidak akan, Ibu sedang tidak ada. jadi Gema bisa makan sekarang, Gema kan semalam baru saja sakit. jadi harus makan yang banyak."

Gema kembali menggeleng. "Tidak usah mbak, Gema tidak mau takut. nanti saja ya mbak, lagipula sekarang Gema sudah sembuh."

Wina memeriksa suhu tubuh anak kecil yang berada dihadapannya itu kening wanita itu menyerit ketika suhu tubuh anak dihadapannya sangat panas. "Suhu tubuh Gema masih tinggi, Gema belum sembuh."

"Gema sudah sembuh mbak, benar. sudah tidak pusing lagi."

"Sekarang Gema mak-.."

Perkataan Wina terhenti ketika melihat cairan kental berwarna merah keluar dari lubang hidung anak kecil dihadapannya itu. "Gema coba menunduk dulu."

"Eung? kenapa?"

Tangan Wina mengusap pelan darah yang keluar dari hidung Gema. "Hidung Gema berdarah lagi. pusing sayang?"

"Sedikit, tapi tidak apa. semalam juga Gema berdarah tapi tidak sakit seperti sekarang."

Wina menatap anak kecil dihadapannya dengan raut wajah yang sangat khawatir. "Gema maafkan mbak ya?"

"Kenapa mbak meminta maaf? mbak tidak salah. tidak usah meminta maaf." Anak kecil itu mengucapkannya dengan senyum menghiasi wajah kecilnya.

Wina meneteskan air matanya lalu dengan cepak mengusapnya dengan kasar. "Gema anak kuat dan hebat kan?"

"Tentu saja, Gema kan superhero."

Wina terkekeh ketika melihat wajah lucu anak kecil dihadapannya itu meski wajah anak kecil itu terlihat sangat pucat dan juga keringat yang membasahi kening anak itu membuat Wina sangat ingin membawanya ke rumah sakit. "Gema sekarang tidur dikamar mbak yuk? mau tidak?"

"Tapi kan Gema harus membantu pak Teno membersihkan halaman depan, Gema sudah janji kepada pak Teno."

Wina menggelengkan kepalanya. "Tidak apa, Pak Teno tidak akan marah. pak Teno tahu kalo Gema sakit, tidak apa. sekarang Gema istirahat ya?"

"Mbak Wina sudah bilang kepada pak Teno?"

"Sudah, mbak sudah bilang kepada pak Teno barusan. sekarang Gema tidur ya? nanti mbak bawakan makan enak untuk gema, telur dan kecap kan?"

Gema menganggukan kepalanya dengan semangat. "Betul, Gema ingin makan itu sekarang. apa boleh mbak? Gema kan tidak boleh makan makanan yang dibeli oleh uang ayah dan ibu. Sebentar ya mbak, Gema kekamar dulu."

Little Star [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang