PART 32
Nara memang sudah melihat isi rekaman CCTV yang sempat dikirimkan oleh Martin secara tiba-tiba kepada dirinya. Hanya saja, hal itu tak lantas membuat masalah mereka jadi selesai begitu saja. Karena ....
“Tapi, kamu ngobrol sama dia.” Nara tampak memasang raut wajah masam saat mengatakan kalimatnya barusan. Kemudian, ia pun menambahkan. “Hampir sepuluh menitan.“
Lantaran ia ingat dengan jelas, di menit ke berapa hingga menit ke berapa kedua orang itu bertemu dan Martin menjauh dari sosok Gea. Karena saat melihat—serta mengulangi—rekaman CCTV yang terputar, hal yang menjadi fokusnya bukan hanya kedua orang itu yang benar-benar berciuman atau tidak, melainkan apa saja yang mereka lakukan berdua tanpa sepengetahuan dirinya.
“Sayang ... sumpah, itu cuma ngobrol biasa.”
Nara langsung mendengkus samar, lantas berujar. “Gak usah pake sumpah-sumpahan segala. Nanti ternyata ada orang yang diem-diem ngerekam obrolan kalian, terus aku jadi tahu, ternyata kalian lagi ngobrolin hal yang bukan-bukan, nanti kamu malah kualat, karena makan sumpah.”
Martin hanya diam saja, benar-benar menutup rapat mulutnya. Bukan apa-apa. Ia hanya takut salah bicara. Karena sepertinya, Nara masih dalam mode singa. Mungkin gadis itu masih belum selesai datang bulan. Ia tahu, lantaran dua hari yang lalu Sarah-lah yang memberitahu dirinya. Saat itu calon ibu mertuanya itu sempat berkata, “Mungkin Nara memang lagi sensitif aja. Kamu maklumin ya? Soalnya dia juga lagi datang bulan. Besok kamu ke sini lagi, siapa tahu mood-nya udah agak mendingan.“
“Terus satu lagi, kenapa kamu diem aja pas dia udah mulai mepet-mepet?” tanya Nara yang kembali mempermasalahkan isi rekaman CCTV. “Suka ya dipepet-pepet?“
“Enggak, Sayang. Sumpah. Aku gak suka.“ Martin tampak meyakinkan Nara sembari memegangi tangan calon istrinya. Berharap perempuan itu bisa segera luluh, serta memaafkan dirinya. Karena sudah berhari-hari mereka tidak bertemu dan berbicara, dalam keadaan yang tidak baik-baik saja pula.
Padahal, saat hubungan keduanya sedang tidak ada masalah, Martin saja sering uring-uringan tidak jelas kalau tidak bertemu dan melihat sosok Nara, hingga terpaksa harus berpuas diri dengan video call-an ataupun berkomunikasi via telepon yang lainnya—seperti panggilan suara maupun chatting-an. Apa lagi beberapa hari terakhir, ia sudah nyaris seperti orang gila. Karena Nara benar-benar mendiamkan dirinya, tidak mengangkat telepon, dan hanya menanggapi chat seadanya. Bahkan saat ditemui di rumah pun, gadis itu tetap tidak mau menemui dirinya. Ditambah lagi dengan pemikiran anehnya yang mulai ketakutan kalau Nara akan membatalkan pernikahan mereka berdua.
Martin stress berat. Ia susah tidur, dan tidak nafsu makan. Tetapi, ia harus tetap bekerja. Karena itu adalah tanggung jawabnya sebagai seorang pimpinan. Untung saja, masih ada Shintya yang membantunya sekaligus meringankan sedikit pekerjaannya. Coba kalau tidak, semuanya pasti akan tumpang-tindih dan jauh lebih kacau.
“Kalau gak suka, terus kenapa kamu gak langsung menjauh atau dorong dia?” Nara lantas mengutak-atik layar ponselnya dengan sigap, lalu menunjukkan isi rekaman CCTV yang memperlihatkan sosok Martin dengan Gea. Tepat saat perempuan itu mendekati Martin, bahkan menyentuh bahunya. “Nih, lihat. Kamu malah diem aja. Kamu pasti suka. Kamu kelihatan—”
Martin tampak mengusap wajah. Kemudian, merebut benda itu dengan lembut dari tangan calon istrinya, sampai benda pipih itu pun berakhir di atas meja, dan ia juga tidak memberikan kesempatan kepada gadis itu untuk menyelesaikan ucapannya barusan.
“Oke, aku salah. Aku minta maaf. Ya?” Ia kembali meminta maaf dengan sangat tulus dan lembut. Tak lupa, menciumi kedua tangan Nara untuk merayu.
Gadis itu kembali mendengkus, tapi pada akhirnya ia pun mengangguk. Membuat Martin sontak tersenyum, lalu menarik Nara dan memeluk perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara
RomanceSemua berawal dari busana biru pastel, ciuman terdesak, serta aksi yang dipergoki oleh ibunya, hingga membuat Nara harus terjebak bersama pria berengsek seperti Martin dalam kurun waktu yang lama. Entah sampai kapan, tapi mampukah Nara mengatasi ini...