Kini Januar dan Pricilla sedang berada disebuah pemakaman. Pemakaman khusus keluarga yang merupakan pemakaman dari kedua orang tua Pricilla.
Gadis itu berjalan masuk lalu terduduk di dua buah makam dengan nama kedua orang tuanya. Sudut bibirnya terangkat, meskipun air matanya sudah mulai mengalir membasahi pipi.
"Papoy! Mamoy!" Sapa Pricilla.
Gadis itu duduk lalu mengusap nisan kedua makam itu. Mengusap air matanya gadis itu mulai menebarkan bunga pada makam ibunya.
"Mamoy pasti kangen Cilla! Iyakan?! Iyakan?! Cilla jauh si!! Kalo Cilla deket juga Cilla sering kesini! Buktinya baru kemarin Cilla nyampe terus sekarang udah disini!! Cilla kangen banget sama Mamoy!!" Selesai menebarkan bunga disana gadis itu berbalik menatap makam sang ayah.
"Tapi Cilla juga kangen Papoy kok! Jangan dulu Jealous Papoy!" Ucap Pricilla.
Gadis itu menebarkan bunga disana. Senyumnya masih merekah namun air matanya masih belum mau berhenti.
"Aduh, gimana ya Kak, Cillanya ga mau berhenti nangis.."ucap Pricilla mendongak menatap Januar.
Januar tersenyum lalu mengusap kepala Pricilla. "Gapapa.." Jawab Januar lalu memeluk gadis itu.
Gadis itu sedikit terisak sebelum kemudian menghapus kembali lalu melepas pelukan itu. Ia menatap kedua makam itu sejenak lalu menciumnya bergantian.
"Maafin Cilla ya.. Gara gara Cilla-"
"Hey... Ga ga.." Potong Januar lalu kembali memeluk gadis itu.
"Emang bener ya? Gara-gara Cila?"ucap Gadis itu.
"Ngga, Cilla kan waktu itu lagi main sama Kakak kan?" Jawab Januar.
Pricilla menganggukan kepalanya lemah. Memang benar, saat kematian orang tuanya, Pricilla, dan dua kakak laki-laki nya sedang tak berada di rumah. Pricilla sedang bermain dengan Januar sedangkan dua kakaknya tengah pergi entah kemana.
Mungkin jika saat itu Pricilla di rumah, ia akan menjadi korban juga.
"Tapi kenapa ya? Kak Zico sama Jhonson bilang itu salah Cilla?" Tanya Pricilla.
Januar membisu. Ia tak mengerti harus bagaimana menjawabnya. Sejujurnya ia juga tak tau mengapa mereka melakukan itu.
"Kak Zico bilang karna Cilla udah bunuh mamahnya Kak Zico. Memang iya? Cilla aja belum pernah ketemu mamanya Kak Zico." Ucap Pricilla lagi.
"Bunuh?" Tanya Januar.
"Iya, 'lo udah bunuh mamah gue! Karna lo mamah gue mati!' gitu katanya," Jawab Pricilla.
"Zayden? Dia bilang gitu?" Tanya Januar.
"Hm. Kalo Cilla bilang bukan, nanti Cilla dipukul-pukul" Jawab Gadis itu lagi.
Januar terdiam. Banyak yang tak ia ketahui. Terutama setelah Zayden membawa Pricilla pergi. Keduanya menghilang bak ditelan bumi.
Terakhir saat Pricilla masih disini, gadis itu memang dipasung oleh Jhonatan. Awalnya Januar tak mengetahuinya. Namun lama kelamaan ia mencurigainya. Tak hanya dirinya beberapa teman-temannya juga mencurigainya karna Pricilla sudah tak pernah terlihat sekalipun mereka mengunjungi rumah Jhonatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXIO || THE MAFIA
General FictionAlexio Augusta Francesco. Penerus Mafia terkejam yang jatuh cinta dengan Pricilla Lee, gadis pengidap sindrom peterpan. Menceritakan tentang cinta dan sebuah misteri pembantaian keluarga Pricilla dan pembunuhan sang ibu yang di duga dibunuh oleh mu...