Namanya Regiandra Arrelio dan Hikari Ariella.
Regiandra lahir lebih dulu daripada Hikari, menjadikan Rigi (sapaan akrabnya) sebagai kakak dari status kembar mereka. Tapi menurut Hika, Rigi tidak pantas disebut kakak. Tingkahnya sama sekali tidak mencerminkan pemuda berakhlakul karimah.
Kata orang-orang (re: Papi dan Om Sam), mereka ini disaster, trouble maker, bikin emosi, dan segala hal yang membuat orang mengelus dada. Padahal menurut Hika dan Rigi, mereka cuma main kok. Orang-orang saja yang emosian. Buktinya Mami dan Mbak selalu sabar menghadapi mereka, tuh!
Ya kadang-kadang tetap emosi sih mereka.
Punya kakak sebiji bernama Daniella Aurellia, hanya berjarak tiga tahun perbedaan usianya. Dan si sulung kesayangan ayah mereka inilah yang menjadi penyebab mengapa semua anak Magani harus memakai ajudan alias pengawal pribadi bahkan hingga dewasa. Ya tidak bisa disalahkan sih, siapa juga yang mau diracun karena persaingan bisnis? Untung Mami keren sekali mengambil tindakan saat itu. Makanya harusnya sekeluarga jangan heran dengan tingkah si kembar yang ajaib, dong. Sudah bawaan sejak dalam perut kalau Hika dan Rigi nih brutal.
Kalau dibilang brutal, mereka nih bukan brutal dalam artian kekerasan. Tapi tingkah laku mereka memang kadang diluar nalar manusia normal. Sejak kecil, keduanya langganan kena hukum dari si Papi tercinta. Berbagai macam hukuman sudah mereka jalani sampai si kepala keluarga frustasi untuk membuat Hika dan Rigi kapok. Karena apapun jenis hukuman yang diberi, si kembar penuh masalah ini tidak kunjung jera.
Hika dan Rigi sering dibela oleh Kakek dan Nenek, katanya Papi juga sama bandel dan keras kepalanya waktu kecil. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, makanya Kakek sering bercanda bahwa si kembar adalah karma dari Papi dulu. Ya Papi bisa apa selain menerima?
Kalau Daniella itu anak Papi, maka Rigi dan Hika adalah anak Mami banget. Dikit-dikit Mami, apa-apa Mami, semua harus Mami. Makanya si kembar juga lengket banget sama si sulung karena Daniella merupakan cetakan ibu mereka. Semuanya diurus oleh dua wanita tertua di rumah itu, membuat Rigi dan Hika menjadi manja dan selalu ketergantungan. Kalau Papi marah, tinggal berlindung di balik punggung Daniella saja. Gitu-gitu Papi lemah banget sama si sulung, makanya kembar selalu menumbalkan kakak mereka untuk menghadapi si Jenderal.
Rigi, sebagai satu-satunya anak lelaki di keluarga itu, dididik lebih keras daripada Hika. Papi sedikit banyak berharap Rigi mau meneruskan jejaknya dalam dunia militer sehingga tidak harus menumbalkan dua putrinya untuk mencari penerus. Tapi sayangnya, Rigi sama sekali tidak tertarik. Pemuda itu lebih menyukai akademik dan mencondongkan minatnya pada teknologi informasi ketimbang turun ke lapangan. Papi tidak bisa memaksa. Tugasnya sebagai orang tua adalah membimbing, bukan mendorong.
Justru, dunia militer lebih menarik di mata si bungsu Hika. Sejak kecil ia sudah menyukai kegiatan menonton ayahnya saat latihan. Beberapa kali ia dibawa ke markas angkatan darat dan melihat bagaimana para tentara baris berbaris atau melangsungkan latihan dengan senjata. Hal ini pernah ia sampaikan pada Papi bahwa ada keinginan untuk memasuki kemiliteran, yang sayangnya ditolak oleh Papi yang tidak mau putri bungsunya masuk ke dunia yang keras itu.
Akan tetapi, Papi menyediakan tempat latihan untuk si kembar berlatih. Sebuah ruang kosong di basement disulap menjadi ruang serbaguna. Bisa untuk latihan menembak, memanah, bahkan olahraga seperti badminton dan tenis meja bisa dilakukan. Bahkan terkadang taekwondo yang ditekuni si kembar dilakukan di ruang serbaguna tersebut.
Jadi meskipun si kembar sangatlah anak Mami, tapi sifat dan sikap nyaris cetakan Papi.
...
"Mbak belum pulang?"
Rigi menggeleng mendengar pertanyaan sang kembaran seraya jemari terus menggulir layar ponsel. Hika disebelahnya hanya menghela napas kemudian membanting tubuh ke atas kasur milik Rigi.