Chap 10 : Penyiksaan Untuk Hyunjin

119 22 8
                                    

Jeongin terduduk diam, tenang, dan jelas tidak bisa ngapa-ngapain. Badannya sakit semua, oi. Tidur selama 12 jam saja kepala sudah pusing tujuh keliling apalagi 2 bulan. Semua bagian tubuhnya tidak nyaman. Jeongin tidak banyak berpikir dari fakta yang dia dapat saat dia terbaring koma, fakta bahwa dunia ini nyata dan dia juga nyata karena fakta itu terganggu oleh betapa ramainya kamar yang saat ini dia tinggali. Jeongin masih berada di kerajaan kok, masih terbaring di ranjang tempat inapnya tapi berapa ramainya keadaan di tempat ini jauh membuat Jeongin tidak habis pikir.

Dia sudah sadar sekitar satu mingguan tapi kesibukan di kamarnya nyaris sama saat pertama kali ibunya memeluknya hangat. Semua orang berlalu lalang, wajah mereka khawatir, ada juga orang yang meletakkan hadiah harapan segera sembuh, ada juga yang tiap satu jam sekali mengecek keadaannya, niat istirahat Jeongin terasa menguap melihat orang di dalam kamarnya jauh lebih sibuk daripada biasanya.

Minho dan Duke Nares duduk tenang di kursi kamar Jeongin keduanya sibuk menyeruput teh sambil sekali dua kali membahas tentang kemajuan daerah Nares. Duchess Nares, alias ibunya, daritadi terus memelukinya seakan takut Jeongin lepas dari pengawasannya. Jeongyong setiap 25 menit membuka pintu setelah melihat Jeongin masih sadar dia langsung pergi. Jeongsuk... Jeongin bersyukur adik bungsunya tidak segila keluarganya yang lain. Oh ya jangan lupakan paman dan bibinya yang ikut menyambang tiap sore—paman dan bibi dari pihak ibu alias raja dan ratu.

Walaupun dalam keadaan kurang nyaman sedikit Jeongin bersyukur semua baik-baik saja dan kerajaan dalam keadaan stabil—ini hasil menguping pembicaraan antara Raja, Ayahnya dan Minho. Penyihir itu berhasil ditangkap kemudian diadili. Investigasi masih berlangsung sesuai kesaksian sang penyihir. Tapi ada hal aneh dari orang-orang yang berkunjung ke kamar Jeongin, teman-temannya sama sekali tidak menyambangnya? Bahkan Karina atau Hyunjin? Jeongin langsung melirik tajam kearah Minho yang saat ini duduk sendirian menjaganya.

"Kabar Karina dan Yang Mulia Pangeran Mahkota Corti bagaimana, hyung?" tanya Jeongin sebelum menata duduknya di ranjang. Lehernya terasa mau copot bertahan diposisi itu 15 menit.

Minho tampak berpikir sebentar, "Karina sedang menyibukan dirinya, dia mulai mengambil kelas pedang. Entah apa tujuannya."

Jeongin terdiam memikirkan perkataan Minho. Kenyataan bahwa Karina sekarang mengambil kelas pedang jelas tidak ada di cerita manhwa milik Author-nim bodoh itu. Karina melakukan hal-hal yang pure dia sukai. Satu bukti ini membuat Jeongin paham bahwa dunianya nyata. Dunia ini bukan manhwa yang dia baca.

"Lalu Yang Mulia Pangeran Mahkota Corti?" kali ini mata Jeongin yang mirip rubah itu memincing penuh tuduhan pada sang kakak sepupu.

"Entah, menghilang mungkin, dia tidak mau bertanggungjawab sudah membuatmu kesakitan dan menderita."

"Hyung, aku tidak hamil, apa yang butuh dia pertanggungjawabkan? Jangan gila deh."

Minho marah mendengar Jeongin mengatainya gila, "Aku gila? Kalau aku gila sudah kugantung itu pangeran sok tampan di tengah-tengah lapangan pedang para kesatria."

"Kamu pasti mengerjai Pangeran Mahkota Corti, kan?" jujur Jeongin capek menyebutkan gelar Hyunjin yang panjang. Mari disingkat.

Minho memutar matanya, pura-pura tidak paham. "Mengerjai apa sih? Emang kakak sepupumu ini se-gabut itu kah? Aku juga punya pekerjaan kali."

"Kalau Hyung boong pantatnya kelap-kelip!"

Mari kita berdoa agar doa Jeongin berupa pantat Minho tidak kelap-kelip tidak dikabulkan.

Tiada hari sebenarnya Hyunjin tidak hadir. Laki-laki itu bekerja sangat keras di Corti agar bisa segera menjenguk Jeongin. Dia luangkan waktunya yang padat itu untuk ikut merawat Jeongin. Hyunjin ingin sekali Jeongin juga melihatnya saat sadar nanti dan ia akan bersujud meminta maaf atas tindakan bodohnya yang tidak bergerak cepat. Pikiran Hyunjin penuh sekali dengan umpatan kepada dirinya sendiri atas kebodohan yang dia lakukan hingga Jeongin terkapar di ranjang.

Hanya Figuran yang Mengagumimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang