(24). Atap Sekolah

47 18 5
                                    

🌻🌻🌻

Di dunia yang kejam ini, jangan pernah merasa sendirian ya.

-Krisan Putih-

¤¤¤

"Makasih ya bang buat traktirannya", ucap Handaru di pekarangan rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih ya bang buat traktirannya", ucap Handaru di pekarangan rumahnya.

Ia, Narayan, Radeva, dan Jenaka baru saja pulang dari tempat makan, sedikit merayakan kemenangan mereka hari ini.

Baru pukul tujuh malam, udara diluar sudah sangat dingin. Handaru menggosok-gosok kedua tangannya satu sama lain sambil berjalan memasuki rumah. Di tangan kanannya, ia menggantungkan kresek berisi nasi dengan lauk ayam bakar yang sengaja ia bawa pulang untuk Mamanya, berharap pemberiannya kali ini diterima.

Tampak dari teras rumah bahwa lampu didalam sudah menyala, "tumben", ucapnya dalam hati. Ia bergegas memasuki rumah karena semakin lama semakin menggigil.

Ceklek, pintu utama rumahnya terbuka.

"Ma, Han bawain nasi sama ayam bakar buat Mama", ucapnya sambil berbalik badan untuk mengunci pintu. Sebenarnya apa yang ia harapkan, panggilannya dijawab ?, sapaannya dibalas ?.

Bruk. . .

Nasi serta ayam bakar di tangannya terjatuh ke lantai, tangannya seketika bergetar, dan kakinya jadi lemas.

"MAMA !!!"

"MAMA, MAMA, MAMA !!!"

Ia berlari mengikuti arah dari darah yang berceceran di lantai, tubuhnya hampir limbung saat menemukan Mamanya tergeletak di lantai menuju dapur.

"MAMA !!! BANGUN MA !!!, MAMA KENAPA !!! JAWAB HAN MA !!!", ia mengguncang tubuh Mamanya sekuat mungkin, lalu memeriksa urat nadi yang masih berdenyut, meski lemah. Ia melihat tangannya yang sekarang penuh darah, yang berasal dari kepala Mamanya. Tak jauh dari sana, ia menemukan botol soju yang sudah pecah.

"Jangan bilang Papa kamu", setelah itu hening, tak terdengar lagi suara dari wanita itu.

Dengan pikiran yang kalut, Handaru berlarian mencari kunci mobil. Setelah menemukannya, ia menggendong tubuh Mamanya,cukup ringan, karena Mamanya yang semakin hari semakin kurus.

Ia merebahkan Mamanya di kursi penumpang, "Ma tolong bertahan. Mama gaboleh pergi", ia menangis sambil membenarkan posisi Mamanya, kemeja yang ia pakai, sengaja ia lepas untuk menahan darah agar tak semakin banyak keluar dari pelipis wanita itu.

Sekarang, ia sudah duduk di kursi kemudi. Keringatnya semakin deras mengalir, tubuhnya bergetar hebat. Bagaimana bisa, seseorang yang punya trauma karena kecelakaan mobil, harus menyetir, sedangkan jadi penumpang saja, rasanya setengah mati.

Terakhir ia menyetir tahun lalu, sebelum kecelakaan. Saat itu, ia mengantar Manggala ke rumah sakit karena demam, dan saat itu orang tua mereka sedang tidak ada di rumah.

KRISAN PUTIH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang