Aku adalah seorang aktivis yang bergerak dalam organisasi untuk membantu kalangan masyarakat kelas bawah. Hari ini, aku dan rekan rekanku pergi untuk mengunjungi salah satu daerah dengan tingkat kemiskinan paling tinggi di negara kami. Sesampai nya di lokasi, kami sangat amat terkejut dengan kondisi tempat ini. Sampah berserakan di mana mana, genangan air berada di setiap bagian jalan yang ku pijak, cicitan tikut memenuhi telingaku saat aku berjalan melalui jalanan yang amat ramai.
Masayarakat di sini tinggal dalam gubuk gubuk kecil yang terbuat dari lempengan besi yang sudah berkarat. Sungguh memprihatinkan, tak ada manusia yang layak hidup dalam kondisi seperti ini. Namun, pada kenyataannya masih saja ada tempat seperti ini dunia kita. Kami terus berjalan, sampai ketika kami melihat seorang perempuan yang tengah sibuk menjual keset.
Kami menghampiri nya karena penasaran. Sarni adalah nama perempuan itu. Tak hanya keset yang dijualnya, ia juga menjual kerajinan tangan lainnya, mulai dari pernak pernik, tas, hingga sarung bantal.
Aku menanyakan bagaimana ia memulai usahanya. Sarni tersenyum dan menjawab semua ini berawal sejak ayah nya jatuh sakit. Ayahnya adalah satu satunya tulang punggung dari keluarganya dan ia harus menggantikan tugas beliau dalam mencari nafkah demi bertahan hidup.
"Sebenarnya impian saya itu jadi seorang guru kak, tapi sejak bapak sakit saya harus berhenti sekolah dan nyari duit buat keluarga" ucap Sarni.
"Terus modal kamu buat barang dagangan mu gimana Sarni?" tanyaku
"Saya awalnya dikasi pinjaman oleh teman, terus saya belikan lah mesin jahit. Dari situ saya belajar cara menjahit, saya coba buat keset biar bisa saya jual. Ya, meskipun untung nya tidak seberapa, tapi setidaknya ada lah untuk makan keluarga saya" Jawabnya sambil tersenyum lebar, menunjukkan gigi kuning nya.
"Bagaimana dengan impian mu Sarni?, apakah kamu sedih karena kamu tidak dapat mencapai cita cita mu itu?"
"Kalo ditanya apakah saya sedih, sebenernya tidak kak, karena saya sudah menyadari cita cita saya yang sebenarnya. Saya ingin berbagi ilmu kepada orang orang dan saya ingin membuat orang lain merasa bahwa mereka bisa melakukan apapun jika mereka berusaha.
Saya tidak perlu menjadi seorang guru untuk menggapai hal itu, dengan keadaan saya yang seperti ini saya tetap bisa berbagi ilmu kepada orang lain" Sarni menggangukkan kepala nya."Jika kamu ditawarkan untuk melanjutkan sekolah mu hingga bisa menjadi seorang guru, apakah kamu mau?"
"Saya mau...., tapi saya juga harus merawat ayah saya kak. Mungkin bakal susah bagi waktu nya kak. Meskipun saya tidak bisa melanjutkan pendidikan saya, saya akan tetap berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarga saya dan diri saya sendiri".
Perkataan Sarni sangat menyentuh hati ku. Meskipun berada di keadaan terpuruk, ia tetap optimis dalam menjalankan hidup nya. Sungguh luar biasa. Tak terasa, langit telah berubah menjadi warna merah jambu, menandakan malam akan datang. Sebelum berpamitan, aku tak lupa membeli beberapa kerajinan buatan Sarni. Aku dan rekan rekan ku lalu mengucapkan selamat tinggal kepada orang orang disana.
Pertemuan ku dengan Sarni mengajarkan sesuatu yang sangat amat penting, yaitu hidup itu penuh dengan kejutan, kita tak dapat memprediksi nya, terkadang kita memliki suatu mimpi dan ketika kita tidak dapat mencapai nya, kita merasa gagal. Padahal kita masih bisa mencapai mimpi tersebut dalam bentuk lain. Kita tidak boleh menyerah, karena usaha tak akan mengkhinati hasil.
Tamat