Bab 26

16.3K 1K 28
                                    

Apakah sudah waktunya kamu bahagia?

*****

"Gue pengen lo gak muncul dihadapan gue lagi. Hati gue sakit setiap liat lo."

Ucapan gadis yang sedang mabuk di hadapannya ini sedikit membuat hati Asher berdenyut. Perkataan itu secara tidak langsung menyatakan bahwa kehadiran Asher dalam hidupnya membuatnya menderita.

Asher menghembuskan napas kuat, seakan menahan sesuatu dalam hatinya yang bergejolak ingin memeluk gadis itu sekarang juga.

"Kalau itu mau lo, berhenti buat gue khawatir." Ucapannya dengan penuh penekanan.

Tatapan mereka bertemu, kali ini tidak ada yang berniat untuk berpaling, masing-masing memiliki perasaan yang begitu rumit.

"Kamu maunya apa sih?" Ucap Lily dengan lirih, bahkan tatapannya menjadi sendu. 

"8 tahun aku ngejar cinta kamu, Ash. Aku gak pernah nyerah meski kamu nyuruh aku berhenti. Aku bahkan gak sengaja bunuh bayi yang gak berdosa karena marah gak bisa milikin kamu." 

Asher mengernyit dalam, sebenarnya apa yang sedang dibicarakan gadis ini.

"Tapi disaat aku terpuruk, kenapa sih kamu selalu datang. Kamu datang bagaikan secerca harapan disaat aku merasa kosong. Baik dulu ataupun sekarang. Kamu sama aja." Nada suara gadis itu semakin melemah dan kepalanya semakin menunduk.

"Aku... Aku udah berusaha mencintai kamu secukupnya. Aku mau berhenti, please aku mau berhenti." Lily perlahan mengangkat kepalanya lalu menatap Asher. Tangannya menangkup wajah Asher yang kini sedang berlutut mensejajarkan tingginya dengan Lily. 

"Ajarin aku cara melupakan kamu." Ucap Lily dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa seolah sedang berdiri di tepi jurang emosional yang dalam, siap untuk terjatuh kapan saja. Rasa cinta yang begitu besar selama bertahun-tahun membuatnya merasa hancur, seolah-olah dia terjebak dalam labirin perasaan yang tak berujung.

Asher dengan wajah yang merasa bersalah, mengenggam tangan Lily yang menangkup wajahnya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya gadis ini bicarakan sedari tadi. 8 tahun? menikah? membunuh? Bahkan panggilan yang tiba-tiba berubah itu, semuanya membuat Asher bingung.

Tapi satu hal yang pasti.

Saat ini Lily terlihat sangat menderita. 

Namun belum sempat Asher menjawab, gadis itu hampir terjatuh kalau saja Asher tidak langsung menarik Lily ke dalam dekapannya. Terdengar napas gadis itu teratur, sepertinya ia sudah tertidur.

Asher tersenyum tipis, namun matanya terlihat sendu, "Padahal gue belum pamit, lo udah ngusir duluan." 

Asher mengelus kepala Lily dengan perlahan dan lembut, "Maaf. Gue juga cinta sama lo."

****

Sudah berhari-hari Intan tidak bertemu dengan Asher maupun Lily. 

Sejak pertengkarannya dengan Lily di kantin, Intan sebenarnya menunggu Lily untuk datang dan sekali lagi mengucapkan kata maaf padanya. 

Sejujurnya, Intan tidak bermaksud marah pada gadis itu. Intan hanya panik, kalau saja Asher tiba-tiba akan marah padanya karena membocorkan rahasia yang sudah mereka pegang bertahun-tahun. Tapi nyatanya, Asher tidak pernah menyinggung permasalahan itu, bahkan sikap Asher biasa saja. Hingga membuat Intan sedikit lega.

Intan awalnya ingin minta maaf pada Lily, tapi Lily tak kunjung datang ke sekolah. Khawatir, Intan dan Selin mencoba mencarinya ke rumah, tetapi tidak ada orang di sana. Mereka bahkan ke rumah sakit, takut sesuatu terjadi lagi, dan sampai saat ini, mereka masih belum tahu di mana Lily berada.

MEMORIA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang