SIXTEENTH - PUNCAK II

377 30 0
                                    

Gelapnya langit malam memperjelas bintang-bintang yang bersinar, dan di bawah indahnya rembulan Nayya bergabung bersama teman-temannya yang tengah sibuk mempersiapkan acara malam ini.

Anggis tengah menyiapkan api di alat pemanggangnya, Novia dan Nabila sibuk menusukkan tusukan sate pada Jagung dan Sosis, serta Syarla dan Nayya dengan perbumbuannya. Sedangkan anak laki-laki mendapatkan tanggung jawab untuk menghidupkan api unggun.

"Nay, lo kecewa?" tanya Novia di sela persiapan memanggangnya, Nayya yang saat itu sudah selesai meracik bumbu ikut membantu Novia.

Merasa bahwa Nayya belum mengerti arah pembicaraannya, Novia memcoba memperjelas, "Jawaban Nadir tadi bikin lo kecewa?" tanyanya dengan pelan. Takut-takut kalau saja pembicaraan ini terdengar sampai ke barisan laki-laki.

Nayya menggeleng pelan, "Engga kok, aku gak punya alasan buat kecewa."

Anggis tersenyum tipis, "Sayangnya lo gak terlalu pintar berbohong, kita semua bisa ngerasain. Mungkin cowok-cowok enggak, tapi kita ngerti banget perasaan lo sekarang."

"Aku beneran gak pa-pa," Nayya masih berusaha menyangkal.

"Lo gak perlu ngebohongin diri sendiri," ucap Syarla.

Nabila menepuk bahunya pelan, "Suka sama seseorang gak buat lo jadi penjahat,"

"Aku sama Nadir cuma teman," Ucap Nayya meyakinkan teman-temannya. Obrolan itu berhenti begitu saja saat rombongan laki-laki bergabung.

Nadir berdiri di sebelah Nayya, merebut capitan yang ada di tangannya lalu menggantikan Nayya membolak-balikan sosis agar matang dengan sempurna.

"Kamu duduk aja, biar aku yang lanjutin." Ucap Nadir lembut yang tentu dibalas gelengan oleh Nayya.

"Syar, masak yang bener biar gak gosong," ucap Danil usil, padahal Syarla begitu telaten memasak bahkan di antara mereka semua Syarlalah yang paling pintar memasak.

"Diem! Udah cowok-cowok duduk aja sana, kalian itu bukannya bantuin malah ngerecokin." Ungkap Syarla sebal melihat kelakukan teman-temannya.

Setelah semua makanan siap, mereka duduk mengitari api unggun. Bercanda gurau sambil menyantap jagung dan sosis bakar. Suasana semakin menghangat saat Nayl memainkan senar gitar, yang memang dibawanya dari Jakarta, menyanyikan lantunan lagu kenangan manis yang dipopulerkan oleh Pamungkas.

Tuk sementara

Sampai berjumpa

Bersama-sama bercanda lagi

Kenangan manis

Dihari ini

Jadi alasan untuk kembali

Tanpa terasa mata Nayya berkaca-kaca merasakan atmosfer yang diciptakan pada malam itu, perasaannya menghangat, bukan karena api unggunnya yang membesar tapi karena suara canda tawa teman-temannya.

"Ah, Gue kecewa kenapa baru bisa ngerasain momen ini ketika sebentar lagi kita menjelang kelas dua belas." Ucap Novia.

"Makanya momen ini harus dinikmati sebaik mungkin, karena di kelas dua belas nanti kita pasti bakalan sibuk." Anggis bersuara.

"Gue setuju, Bakalan susah pasti buat ngumpul kayak gini, yang ada hari-hari sibuk dengan les bimbel dan persiapan ujian." Ungkap Syarla.

"Ngomong-ngomong soal kelas dua belas, kalian pengen jadi apa nanti?" tanya Nabila sambil menatap satu-persatu temannya.

UNDERCOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang