21. Ketahuan?

677 26 0
                                    

Tak terasa acara kemah yang di ikuti kelas dua belas sebelum berfokus pada ujian akhirnya selesai, kini mereka sedang membereskan tenda masing-masing untuk segera berkumpul di dekat parkiran bus sekolah.

Banyak kesan yang mereka alami, terutama untuk Zeva, bisa dikatakan akhirnya ia memiliki satu teman perempuan walaupun otaknya polos, super cerewet, rada bloon tapi ia bersyukur gadis berkacamata itu mau menjadi temannya.

Flashback on

Hari ke dua kemah di isi dengan berbagai macam permainan dan unjuk bakat tentu semua peserta antusias menyambut itu, apalagi di bagian unjuk bakat banyak sekali yang udah daftar.

Setiap permainan pasti ada pemenang dan tentunya pemenang dapat hadiah loh, bukan sekedar seru-seruan tapi ini permainan berhadiah uang ratusan ribu!

Siswa-siswi sungguh menikmati acara ini hingga selesai dan tiba saat ini pembagian hadiah untuk tim yang memang.

Zeva tak henti-hentinya menghela nafas, sungguh ini membosankan sekali. Jika tidak diberi semangat lewat chat oleh Arsen dan semangat secara langsung oleh Nara sepertinya Zeva akan kabur saja.

Arsen ternyata sampai hari ini tak menemuinya sama sekali. Berharap? Ya, sedikit.
Ia disibukan dengan acara ini dari awal hingga akhir padahal penanggung jawab bukan dirinya.

Saat pembagian hadiah berlangsung Nara yang antusias segera merapat ke kumpulan murid yang duduk melingkar, saking senangnya ia lupa kalau Zeva tak mengikutinya. Zeva hanya akan ikut jika Nara menggenggam tangannya, menurut Zeva itu lebih baik daripada teriak hanya untuk mengajak ia bergabung.

"Kenapa nggak kesana?"

Deg..

Zeva menoleh dengan cepat, benar saja lelaki yang sempat dipikirkannya ada di belakang Zeva.

"Males, lagian lo ngapain kesini? Sana aja pasti lo sibuk." Ujarnya sedikit merajuk.

"Gue udah free, sori yang katanya gue bakalan jaga lo, kalau butuh bantuan tinggal panggil aka nyatanya yang sangat abai sama lo." Arsen menumpukan kepalanya di atas kepala Zeva.

Sontak gadis itu langsung menyingkir namun kalah cepat dengan Arsen yang langsung mengunci pergerakan tangannya.

"Gapapa, gue capek sembunyi terus kayak gini yang.."

"Gue yang gak sanggup, Sen."

Arsen mengeratkan tangannya di bahu Zeva. " Kenapa?" Tanyanya.

"Kenapa? Kenapa ya? Mungkin karena lo banyak disukai orang? Mungkin juga karena sikap lo ke semua cewek baik yang banyak bikin salah paham orang, atau karena emang gue yang gak cinta sama lo."

Arsen termenung. " Oke, gue akui emang gue ramah ke semua cewek tapi harusnya lo sadar kalau ke cowok pun gue bersikap sama. Kalau banyak yang suka gue, ya gue harus gimana? Itu bukan kehendak gue. Gue gak bisa maksa perasaan mereka agar tak tertuju ke gue, karena perasaan sayang bahkan cinta aja bisa datang darimana dan dari siapa aja.
Oh terus ucapan lo gak cinta sama gue? Mana mungkin, gue tau kalau lo udah mulai suka sama gue."

Zeva mematung, sejak kapan lelaki itu tau?

"Jangan pura-pura gak suka gue, Anya. Jangan kayak gitu, itu bikin gue sakit."

"Lo boleh jatuh cinta ke gue karena gue pun udah duluan cinta ke lo." Lanjutnya.

Zeva masih mendengarkan, sekarang fokusnya bukan sekedar mendengar pernyataan Arsen namun teralih pada tatapan orang-orang yang melihat dirinya dan Arsen dengan tangan lelaki itu masih memegang bahu dan dagunya masih berasa di atas kepala Zeva!

"Sen.. Nanti bicarain lagi, orang-orang mulai natap kita curiga."

"Biarin, gue mau merek tau kalau gue udah punya pawang yang super duper cantik kayak lo."

Zeva memegang keningnya lalu berujar. " Plis deh, gue gak mau jadi sasaran empuk tukang gosip!"

Flashback off

o0o

"Morning Zevaa!" Ujar Nara saat gadis itu melihat Zeva masuk kedalam kelas.

Zeva hanya melihatnya sekilas sembari mengangguk dan segera duduk di kursi bagian belakang.

"Guyss, berhubung bentar lagi kita ujian kelulusan, dari mulai hari ini sampai mau ujian kita gak belanja kayak biasa ya, tapi kita lebih fokus ke materi ujian. Pulang sekolah juga pastinya jadi makin singkat." Ujar Rangga selaku ketua kelas.

Banyak murid yang senang mendengar kabar itu, ada yang ber-tos ria, ada juga yang teriak dan heboh bersama teman-temannya.

"Tapii guyss, berhubung ada beberapa mata pelajaran yang menginginkan adanya ujian praktek jadi minggu depan kita bakal langsung ujian, buat apa aja yang di ujianin bisa liat di mading jam sepuluh nanti kata bu Devi."

"Yahh.. Males ah kalau ada uprak! Apalagi kalau uprak biologi."

"Gue malah males uprak seni budaya."

"Guys-guys.. kaum rebahan kaya kita bukannya paling males kalau uprak PJOk?"

"Yaa.. iya sih."

Banyak yang menyayangkan kenapa harus ada ujian praktek sebelum ujian kelulusan. Namun apa daya, mereka bukan pihak sekolah dan kurikulum yang bisa se-enaknya protes.

Nara terlihat gelisah di bangku nya, ingin menanyakan suatu hal namun takut dengan jawabannya. Ah bukan takut dengan jawabannya, tapi takut pertanyaannya tidak di jawab.

'Daripada penasaran mending tanya aja deh.' Batin Nara.

Ia melangkahkan kaki nya ke bangku Zeva yang kebetulan kosong, memang sedari awal ia menginginkan tempat itu kosong.

"Zeva? Gue boleh tanya gak?"

Zeva mendongak mendapati gadis kacamata itu kembali menegurnya.

Dengan anggukan yang Zeva layangkan Nara langsung duduk disamping Zeva dan bicara setengah berbisik pada gadis itu.

"Kamu pacaran ya sama Arsen?" Tanya nya takut-takut.

Zeva diam, tak tahu harus bereaksi apa, nah kan yang ia takuti itu ya ini..

Arsen sialan! Dirinya harus jawab apa kepada gadis polos nan lugu ini?

"Nggak, lo salah." Akhirnya jawaban itulah yang keluar dari mulutnya.

"Owh gitu.. Aku kira kamu pacaran, soalnya waktu kemah pas aku lupa bawa kamu inget-inget aku ninggalin kamu dan mau nyari, eh pas udah ketemu ada Arsen yang emm.. ya gitu.. so sweet deh kalian pokoknya."

"Banyak?" Tanya Zeva pada Nara.

"Hah? Apanya yang banyak?" Jawab Nara kebingungan.

"Ck, yang liat kelakuan Arsen ke gue." Ujarnya malas, sungguh Nara ini memang agak bloon.

"Owhh.. hahaha kamu sih nanya kok nggak setengah-setengah ya mana paham aku."

"Yang liat kayaknya sih anak osis kebanyakan, soalnya kan kalau yang lain lagi sibuk dengerin juara lomba itu loh."

"Owh, oke thanks."

"Iya, sama-sama. Btw, kenapa si kamu kalau ngomong suka setengah-setengah?" Tanya Nara.

"Males." Jawabnya acuh.

"Owh gitu.. Lah kok?? Di ajak ngomong kok males??" Tanya Nara tak paham.

"Bukannya kalau komunikasi yang penting juga harus ngomong ya?" Lanjutnya.

"Lo berisik banget sih, pergi sana." Zeva mengusir dengan sinis.

"Ehh.. kok di usir, aku kan mau kenal kamu lebih dalam." Jawab Nara polos.

"Lo spesies apa sih banyak cocotnya?!"

"Zeva? Cocot itu apa aya?"

'Dahlah gue capek!! Ini anak bloon nya minta di operasi otak anjir, banyak bacot!' Batin Zeva bergemuruh ingin meledak-ledak namun ia tahan karena spesies yang di depannya ini maha lembut dan maha bloon.










Tbc
Jangan lupa vote, komen dan share yaa
See you!

Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang