01

25 4 1
                                    

Nabila Rendinny Fiska perempuan yang memiliki otak luar biasa. Sempat menjadi perbincangan disekolahnya karena masalah ia yang berpacaran dengan Famous sekolah. Menduduki kelas 12 yang artinya ia akan lulus. Ditemani beberapa masalah yang membuat ia ingin menyerah.

Rafael Jerandra laki laki yang terkenal akan bidang akademik maupun non-akademik. Otaknya yang luar biasa dan terlihat tampan membuat ia menjadi terkenal dan disukai kakak kelas ataupun adek kelas.

Dimana suatu hari Rafael mengajak nya untuk menjadi kekasih nya. Dilapangan yang besar nan luas itu Rafael menembak nya dengan disaksikan banyak orang.

"Jadi pacar gue." Kata Rafael dengan tiba-tiba.

Nabila yang kaget karena dirinya sedang berjalan menuju kantin tiba-tiba saja ditarik oleh pemuda satu ini. Ia yang sadar saat ini ditengah lapangan pun menahan malu karena Rafael yang mengajak untuk menjadi kekasihnya. "Apaan sih?" Tanyanya.

"Jadi pacar gue. Gue gak nerima penolakan." Setelah mengatakan itu, Rafael pergi begitu saja dari sana.

Nabila tercengang.

Apa-apaan ini?

____________________________

"Lo beneran jadian sama Rafael?"

Nabila lelah, selama siang ini ia terus-terusan ditanyai oleh teman-temannya.

"Gak tau." Katanya.

"Lah anjir, gimana sih bil." Heran temannya. Sebut saja Lia, Liana Putri.

"Aku juga nggak tau. Tiba-tiba aja dia nembak aku didepan umum. Malu banget aku."

"Lagian kalau lo bilang gak pacaran juga percuma, bil. Semua orang udah liat kalau lo bener-bener ditembak sama Rafael." Ucap Niken. Aisna Niken Dri.

"Iya tuh. Eh tapi katanya Rafael lagi deket sama perempuan, gimana bil?" Tanya Fia, Alifia Maharatna.

"Kenapa kalian malah bahas Rafael sih? Aku aja ngga espek bakal diginiin. Lagian Aku nggak peduli mau dia deket sama siapa."

"Palingan ini cuman taruhan biasa." Lanjutnya.

"Kalau emang bener lo dijadiin taruhan apa gak sakit hati? Heran gue ama lo, pinter dimapel mapel tapi urusan beginian goblok banget." Kesal Fia.

"Yaudah dong, jangan marahin aku."

Lia. "Terserah dah."

"Ke kelas aja, abis ini bel nya bunyi." Ajak Nabila.

"Cepet bener anjir. Istirahat baru setengah jam udah masuk aja."

"Kan emang waktunya segitu, Nikenn." Ia pergi meninggalkan teman-temannya.

"BILA! TUNGGUIN KITA ANJIR."

_______________

Kringg

Bunyi bel pulang dinyalakan. Segerombolan murid keluar dari sekolah. Ada yang sedang berbincang dengan temannya, mengambil kendaraannya, dan juga menunggu jemputan.

Sama seperti Nabila, Ia saat ini sedang menunggu jemputan dari Ayahnya. "Ayah kok gak dateng-dateng sih." Kesalnya. Hampir tujuh menit an dia menunggu. Bukannya gimana, ia ingin cepat-cepat pulang karena sedari tadi banyak murid lain melihatnya dengan sinis dan bertanya-tanya.

Ia sudah mengira bahwa ini akan terjadi.

Suara motor yang berhenti didepannya membuat Ia kaget. Ia mengenal Motor ini, ini adalah motor Rafael!

"Nunggu jemputan?" Tanya Rafael.

"I-iya." Gugupnya. Aish, Ia masih terbayang tadi pagi.

"Bareng gue." Sebenarnya dari tadi Rafael melihat Nabila dari kejauhan yang sedang melamun menunggu jemputan namun tak kunjung datang. Jadi Ia berinisiatif untuk kesana dan mengantarkan nya.

"Hah?" Bingung Nabila. Maafkan dirinya, dia memang agak lemot.

Bukannya menjawab, Rafael malah menarik tangannya untuk menaiki motornya.

Oke. Nabila paham bahwa saat ini ia akan diantarkan pulang, tapi kenapa harus dia? Apa sang pihak tidak sadar, sekarang ia dan Rafael menjadi tontonan murid yang belum pulang. Astaga!

"Gue pacar lo, jangan heran kalau gue mau nganter. Lo lupa kalau kita pacaran? Harus berapa kali gue bilang kalau kita pacaran?" Tanya Rafael pada Nabila.

"Kenapa harus aku? Seharusnya sama yang lagi deket sama kamu akhir-akhir ini. Gimana sama mereka? Bukannya ajak mereka, tapi malah aku." Tanya Nabila lirih.

"Gue maunya lo." Singkat, padat dan bangsat.

"Gila." Ia tak percaya bahwa Rafael segila ini.

"Iya, gue gila. Sekarang naik." Suruhnya.

Nabila menurut. Daripada menunggu Ayahnya yang tak kunjung datang dan menjadi tontonan murid. Mending Ia menuruti Rafael.

Ia menaiki motor Rafael yang besar dan berpegangan pada pundak pihak lain. "Udah, ayo."

Rafael yang tak mengurusi mau Nabila berpegangan pada di mana saja. Ia langsung menancapkan gas.

"Ael, pelan-pelan." Ucap Nabila sedikit keras.

Rafael kaget saat dipanggil Ael. Pertama kalinya Ia dipanggil Ael oleh seseorang yang saat ini berstatus pacarnya.

Rafael memberhentikan motornya didepan rumah Nabila.

Nabila turun dan melepaskan helm nya, Ia memberikan helm itu kepada Rafael. "Terima kasih." Nabila tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah diantarkan sampai tujuan dengan selamat, meskipun tadi dirinya hampir melayang karena Rafael yang terus mengebut.

Rafael hanya berdehem.

"Mau mampir dulu?" Tawar Nabila.

Rafael turun. Ia menatap Nabila yang lebih pendek darinya. Tinggi Nabila hanya seleher nya, mengharuskan dirinya menunduk untuk melihat kekasih nya.

"Kenapa?" Tanya Nabila.

"Tadi nawarin kan?"

"Oh, yaudah ayo."

Nabila menarik pelan baju Rafael untuk menuju kerumahnya. Ia merasa tidak enak kalau harus menggandeng tangan Rafael.

Semua ini seperti mimpi baginya.

Rafael yang melihat Nabila memegang sedikit bajunya tertawa pelan. Ia mengerti bahwa sang kekasih malu untuk menggandeng tangannya.

Ia pun menarik tangan pacarnya untuk dibawa ke genggaman tangannya.

"Eh.. Kenapa?" Nabila tersentak saat merasakan tangan dingin Rafael.

"Jangan malu, kita udah pacaran. Lo boleh gandeng tangan gue." Ujar Rafael.

Saat ini mereka berdua sudah didepan pintu rumah Nabila.

Rumah Nabila tidak terlalu besar, namun tidak terlalu kecil juga. Ada dua lantai dirumah ini.

Nabila mendorong pintu rumahnya menggunakan tangan kanannya, Ia masih sadar bahwa tangan kiri nya berada didalam tangan besar Rafael.

"Assalamu'alaikum, Mah." Salam Nabila.

"Wa'alaikumsalam." Balas dari dalam.

Seorang perempuan paruh baya muncul dari arah dapur sambil mengibaskan tangannya. "Eh, Nabila... Udah pulang? Ini siapa yang kamu bawa?"

Lestari Rananda. Adalah ibu Nabila. Umurnya diatas 40 tetapi masih terlihat muda, memiliki penghasilan dari hasil jualan Roti ditoko nya.

"Ini, Mah. Dia Rafael, tem-"

"Pacar." Belum sempat Nabila berucap, Ia sudah disela oleh pemuda disampingnya.

"Pacar? Kamu udah ada pacar toh.. Kok nggak bilang Mamah dulu?" Ucap Lestari.

Nabila yang mendengarnya sedikit menyenggol tangan Rafael. Ia menoleh kearah Rafael, sedikit menajam kan tatapannya pada Rafael. Seperti mengucapkan kata "jangan gitu."

"Hehe.. Bukan aku kok yang ngajak pacaran, beneran deh. Rafael duluan, Mah." Katanya. Ia takut Mamah nya memikirkan tidak tidak karena Ia berpacaran.

Nabila, R.F ; I Love Her But She Loves Someone ElseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang