🌸
Yang harusnya bertemu akan bertemu jua,
yang sudah menjadi takdir akan saling tarik menarik satu sama lainnya.Setiap bulan bersinar, di bawah bunga yang bermekaran, akan ada sepasang kekasih yang belum bisa saling menyapa.
Hanya bisa berbinar harap dengan tatapan semi tanpa tahu bahwa mereka berada di bawah rembulan yang sama.
🌸
Langit sama hitamnya dengan arang, angin bergejolak bersamaan dengan sesak yang terasa membakar dada tiap harinya, bersama kayu yang selalu ditambah hingga nyala semakin tinggi menggerogoti. Pilar-pilar istana telah runtuh porak-poranda. Hancur dengan kekuatan pedang yang berukir naga di bilahnya. Bersimbah darah sebagai persembahan bagi para dewa.
Semua orang ketakutan, kebingungan dan putus asa. Kecuali dia, dia yang tengah duduk di sebuah singgasana yang terbuat dari pahatan logam dan perunggu, walau kepala dipaksa menunduk, tapi dia harus tetap membusungkan dada di tengah gejolak ancaman perang dan pemberontakan akibat sang Raja yang jatuh sakit hingga ambang kematian mungkin sebentar lagi akan menjemputnya, menyisakan hutang dan segala benalu yang ditanamnya.
"Anda harus segera menikah jeoha, Yang Mulia Raja sudah tak sanggup lagi dengan tubuhnya sementara Qing terus mendesak. Tak hanya itu, masalah di dalam istana perihal Raja selanjutnya pun kian memanas, keluarga dari selir Kim juga sudah mengusung Putra pertamanya untuk dicalonkan menjadi Raja berikutnya. Putra pertama mereka adalah calon yang kuat sebagai pesaing anda jeoha, karena sebagaimana diketahui. Putra pertama keluarga Kim telah menikah dan sekarang istrinya sedang mengandung. Anda harus segera naik tahta."
Putra Mahkota memangku kepalanya, mengetuk singgasananya dengan jari telunjuk memperhatikan para menteri yang berdiri di bawah. Kepala mereka tertunduk, menghormati kebesaran dari kekuasaan tertinggi yang dipegang sementara oleh Putra Mahkota.
"Teruskan."
"Beberapa cendikiawan dan bangsawan di bawah kepemimpinan keluarga Kim pun sudah membuat surat petisi untuk segera menggulingkan anda. Jika anda menikah, semua kehendak sudah sepatutnya di tangan anda jeoha."
Hening kembali menyelimuti ruangan, para menteri tak berani bersuara sedangkan sang penasehat sudah berdebar jantungnya karena ketakutan mendengar setiap ketukan jari seperti waktu yang berputar menunggu kata pertama yang akan dilontarkan oleh Putra Mahkota
"Biarkan aku memikirkannya."
Minhyung, sang Putra Mahkota yang tengah duduk tiba-tiba saja berdiri tegak. Melipat kedua tangan di belakang punggung memperlihatkan ukiran naga perak pada bagian depan gonryongpo biru keunguan yang dikenakannya. Langkahnya pelan, menuruni dua anak tangga yang terbuat dari kayu untuk sampai ke bawah, di antara para menteri yang menunduk tak berani bertatap muka dengan Putra Mahkota. Satu orang dengan jeogori hitam datang mendekat.
"Temani aku untuk berjalan-jalan sebentar di halaman istana, Dong-yeon."
"Ye jeoha."
🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fals Prince(ss)
FanfictionMereka yang ditakdirkan akan tetap bertemu, di bawah sinar rembulan yang jernih menyeluruh.