Winchester Park🥀

8 0 0
                                    

"Selamat pagi, Sir," sapa kepala pelayan ketika Adam dan Jane bersiap untuk sarapan.

"Surat dari Lord of Derbyshire baru saja datang, Sir." Kepala pelayan meletakkan surat di depan Adam.

"Terima kasih!" balas Adam, pria itu memang telah menunggu-nunggu kabar selanjutnya dari Galen tentang kerja sama mereka. Adam membaca surat itu dengan seksama, senyum cerah terukir di sudut bibirnya.

Jane penasaran dengan isi surat Galen itu.

"Apa katanya, Papa?" Padahal gadis itu telah memotong roti dan bersiap untuk menyantapnya.

"Lord Austin memiliki waktu untuk melihat perkebunan kita di Winchester Park lusa," jawab Adam.

"Benarkah? Kalau begitu kita harus memberitahu pengurus rumah segera untuk mempersiapkan satu kamar buat Lord Austin." Jane menjadi bersemangat karena pekerja mereka akan segera dibayarkan.

"Setelah sarapan, Papa akan mengurusnya." Adam mulai memakan sarapannya. Pria berusia 42 tahun itu sama bahagianya dengan Jane.

"Aku juga sudah sangat rindu ke Winchester Park, berarti kita harus menyewa 2 kereta kuda Papa," usul Jane antusias. Ia membayangkan senyum bahagia para pekerja ketika mereka menerima upah yang telah mereka tunggu selama ini.

"Tidak perlu, Lord Austin menawarkan kereta kudanya dan kita akan berangkat dengan 3 kereta kuda," balas Adam.

"Ternyata Lord Austin, orang yang murah hati," puji Jane.

"Tentu saja, kau adalah tunangannya," sahut Adam.

Jane menjadi tersedak, ia lupa bahwa mereka sedang memainkan sandiwara bertunangan palsu. Jane meneguk air putih, agar tenggorokannya lebih rileks.

***

Galen turun dari kereta setelah melakukan perjalanan sejauh 70 Mill. Pria itu sangat senang karena pemandangan pedesaan yang sangat indah, mengiringi mereka sepanjang perjalanan, dengan ladang-ladang hijau dan desa-desa kecil yang tersebar di sepanjang jalan.

Pria muda itu memandang Winchester Park yang indah, menikmatinya sebentar. Lalu, ia membantu Jane turun dari kereta.

"Terima kasih, My Lord," ujar Jane begitu mereka di luar kereta. Adam mendatangi mereka dengan bibir yang terangkat ke atas. Senyuman tidak hilang dari wajahnya.

"Silahkan, masuk, Sir. Kami telah menyiapkan kamar untuk Anda, semoga Anda suka dan betah." Adam berjalan ke dalam rumah yang diikuti Galen dan Jane.

Sementara para pelayan telah mengangkat barang-barang mereka. Adam telah menginstruksikan mana barang-barang Galen yang akan dikirim ke kamarnya.

"Tempat yang sangat indah," puji Galen.

"Terima kasih, Sir," balas Adam.

Jane mengantar Galen ke kamar.

"Anda bisa istirahat selama 2 jam, My Lord. Sebelum makan malam dihidangkan." Jane membukakan pintu kamar untuk Galen. Jane meninggalkan Galen.

Keesokan harinya setelah sarapan, Adam mengajak Galen melihat perkebunan kapas. Mereka menaiki kuda masing-masing, Jane juga ikut bersama mereka. Galen dan Adam juga membawa asisten mereka.

Adam berhenti pada hamparan kebun kapas yang luas. Galen kagum melihat keindahan kebun kapas itu. Meskipun sudah layak untuk panen. Namun, kapas-kapas tersebut belum juga di panen karena para pekerja mogok, upah mereka belum dibayarkan.

Galen turun dari kudanya, dan membantu Jane untuk turun juga. Mereka menyusuri perkebunan.

"Bukankah, kapas-kapas itu sudah layak untuk dipanen?" Galen memetik satu bongkahan kapas.

"Ya, tapi para pekerja mogok--," Adam tidak melanjutkan perkataannya. Galen cukup tahu.

"Apakah bisa kita mengumpulkan mereka sekarang? Sehingga kita bisa membayar mereka dan mereka bisa mulai untuk memanen," usul Galen.

"Tentu saja." Adam sangat bersemangat, dia memberitahu asistennya untuk mengumpulkan para pekerja.

Penanggung jawab perkebunan telah berhasil mengumpulkan pekerja, dia membayarkan upah para pekerja tersebut. Adam memberitahukan bahwa Galen telah menjadi investor mereka dan keterlambatan pembayaran upah tidak akan terjadi lagi. Para pekerja menjadi bersemangat hari itu juga mereka memanen kapas-kapas itu.

Jane juga ikut membantu, gadis itu memang sudah terbiasa membantu.

"Baru kali ini, aku melihat seorang gadis bangsawan memanen kapas," sahut Galen. Pria itu juga penasaran bagaimana rasanya memanen kapas tersebut.

"Persiapkan diri Anda, My Lord karena Anda akan melihat saya melakukan hal aneh lainnya." Jane tertawa.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi para pekerja, dalam sekejap mereka telah berhasil memanen hampir setengah hektar kebun.

Adam juga sudah meminta pembeli kapas untuk datang. Galen juga membantu Adam bernegoisasi ulang untuk harga kapas-kapas tersebut. Biasanya pembeli mematok harga yang sangat murah karena tahu kondisi Adam, kali ini mereka tidak bisa semena-mena.

Mereka kembali ke rumah karena waktu makan siang segera datang. Jane membersihkan diri sebelum bergabung untuk makan siang.

Galen telah berada di Winchester Park selama satu minggu, hal-hal yang patut dibereskan telah mereka lakukan. Galen juga menerima usulan Adam untuk membuat pabrik di tanah yang berada tidak jauh dari kebun kapas. Galen juga sudah diajak Jane berkeliling Winchester Park. Setelah melihat dengan mengendarai kuda, Galen semakin kagum dengan keindahan tempat tersebut.

Mereka tengah makan malam dengan tenang. Pelayan memberikan surat kepada Adam. Surat-surat tersebut adalah dari beberapa tetangga mereka. Para tetangga telah mengetahui kedatangan Galen. Mereka meminta diperkenalkan dengan Galen dengan mengadakan piknik di perkebunan dan danau Winchester Park. Itu adalah tempat yang paling indah yang dimiliki Winchester Park.

"Para tetangga ingin kita mengadakan piknik di danau dan mereka ingin berkenalan dengan Anda, Sir?" Adam memberitahu inti dari surat-surat itu.

"Papa, tidak usah hiraukan mereka, aku takut Lord Austin merasa tidak nyaman." Sebenarnya, Jane merasa tidak nyaman jika para tetangga tahu tentang gosip ia bertunangan dengan Galen. Bagi Jane, semakin sedikit yang tahu, semakin sedikit yang akan bergosip ketika ia dan Galen selesai dengan sandiwara mereka.

"Aku rasa tidak masalah, justru aku menghawatirkanmu, Jane," balas Galen.

"Aku?" Jane menunjuk dirinya. "Kenapa?" lanjut Jane.

"Tentu saja, kau adalah tuan rumah dan semua persiapan pasti kau yang mengatur bukan?"

Jane baru ingat, tentu saja ia yang akan repot, sejak ibu Jane meninggal dan Jane sudah cukup mengerti dengan mengurus rumah. Hal itu dikerjakan oleh Jane, entah pesta yang sesekali mereka lakukan sebelum Adam tertipu dan kondisi keuangan mereka masih stabil.

"Percayalah, My Lord, Jane seorang yang kompeten dengan hal itu, dia telah terbiasa sejak ibunya tiada." Adam menoleh sekilas kepada Jane yang wajahnya telah merah karena ayah memujinya.

"Kalau begitu tidak masalah, aku sangat senang untuk berkenalan dengan mereka," putus Galen.

"Baiklah, kapan sebaiknya waktu untuk piknik ini?" tanya Jane.

"Sabtu ini sangat cocok, cuaca pun bagus untuk piknik," balas Adam.

"Baiklah, aku akan mempersiapkannya," jawab Jane, meski terpaksa, ia tidak bisa mengabaikan permintaan para tetangga. Apalagi Jane tidak memiliki alasan lagi buat menolaknya.

"Apakah kalian tahu?"

Jane dan Galen memandang Adam, penasaran dengan yang akan disampaikan oleh Adam. Mereka menunggu Adam untuk melanjutkan ucapannya.

"Gosip kalian bertunangan telah sampai kepada tetangga kita," lanjut Adam. Membuat Jane dan Galen tersedak.

🍒🍒🍒

Kekasih Kontrak Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang