(25). Aku Tidak Membenci Mama

44 20 5
                                    

🌻🌻🌻

Kadang, luka paling serius justru datang dari orang-orang di sekitarmu.

-Krisan Putih-

¤¤¤

Jenaka menatapi satu per satu bunga yang berjejer disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jenaka menatapi satu per satu bunga yang berjejer disana. Entah kenapa rasanya sudah lama sekali ia tidak mengajak bunga-bunganya bicara.

Ia melewati lorong-lorong kecil disana, sesekali ia akan mengambil gambar, atau duduk sebentar, sekedar untuk memegang mahkota-mahkotanya.

Dari kejauhan, Jidan tampak melambaikan tangannya.

"Kak !!!", pangilnya, "sini".

Jenakapun melangkahkan kakinya menuju toko, meninggalkan kebun kecil miliknya. Ia berjalan sambil bersenandung, menghirup udara banyak-banyak yang masih terasa segar, karena masih terbilang pagi.

"Kenapa ?", tanyanya setelah sampai.

"Hari ini kita harus bekerja keras Kak"

"Ada pesanan ?"

"Iya, tapi pesanannya tujuh buket bunga lyly putih ukuran gede, dan bakal diambil nanti jam satu siang".

"Ha ? serius ? tujuh ? yang gede semua ?".

"Iya kak, jadi ayo kita mulai sekarang, biar keburu waktunya", ucap Jidan sambil mengepalkan tangan, tanda bahwa ia sedang semangat-semangatnya.

Jam dinding baru menunjukkan pukul delapan lebih lima menit. Biasanya, satu buket besar akan selesai dalam waktu satu jam jika satu orang yang mengerjakan dengan santai, mulai dari menyiapkan bunga yang segar, memotong kertas, menyusun bunga-bunganya, dan yang paling penting semuanya harus terlihat rapi.

"Kalau bisa jam dua belas kita udah kelar ya, biar waktu istirahatnya ga kepotong".

"Oke kak, siap".

Tidak terasa sudah berbulan-bulan Jidan bekerja disini, anak yang selalu ceria, yang memilih untuk berhenti sekolah karena ingin bekerja menggantikan Ibunya. Ia sangat pemalu, tapi ia akan banyak bicara jika sudah merasa nyaman, seperti dengan Jenaka yang sudah ia anggap Kakaknya sendiri.

"Kakak pernah kepikiran ga buat kuliah ?"

"Pernah dong".

"Kalo punya kesempatan buat kuliah, Kakak pengen ambil ambil jurusan apa ?"

"Kesenian".

"Kenapa Kakak pilih itu ?"

"Kakak pengen ngelukis banyak hal, mungkin dengan ambil kesenian, banyak hal yang bisa Kakak pelajari disana kan ? mungkin salah satunya gimana caranya buat lukisan kita itu seolah hidup dan bisa bicara".

Prok prok prok...

Tiba-tiba saja Jidan bertepuk tangan sambil menggelengkan kepalanya, "Wah keren sih kak", ucapnya dengan tersenyum.

KRISAN PUTIH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang