"Naisa! Udah, ayok balik. Ntar Aiba cariin kita gimana? Dia samperin sampai sini, gimana? Lo mau dia marah-marah?" tanya Irene bertubi-tubi terhadap sahabatnya, Naisa."Gak bisa! Nih, anak udah kelewatan!" balas Naisa menarik tangannya paksa, agar terlepas dari genggaman Irene.
"Please listen to me! Aku gak mau diamuk, Aiba!" balas Irene lagi. Ia benar-benar tidak bisa, jika harus melihat Aiba marah. Usha Aiba, seorang siswi yang duduk di kelas XII, jurusan IPA. Ia memiliki sifat dingin, pendiam dan keras kepala. Jika ia marah, maka semua sahabatnya tidak dapat berkutik. Irene Ash dan Naisa Allison, adalah sahabat Aiba.
"Ck! Lo yang salah, malah gue yang lo salahin!" balas gadis yang tengah berseteruh dengan Naisa.
"Salah-salah, mata lo! Lo yang pancing emosi orang!" balas Naisa kesal. Irene kembali menarik tangan Naisa. Namun, Naisa tetap menahannya. Saat ini, posisi mereka sedang berada di taman sekolah.
"Sadar dong! Lo, tuh adek kelas! Gak sopan lagi!" balas Oliver. Yah, nama gadis itu adalah Oliver Neil.
"Lah! Lo pikir gue lebih muda, bakal mudah ditindas? Ck! Gak mungkin!" balas Naisa. Naisa saat ini, duduk di kelas X. Ia baru masuk ke SMA Central, beberapa bulan yang lalu. Lalu, Irene yang duduk di kelas XI.
Di saat Naisa dan Oliver terus berdebat, sepasang mata terus memperhatikan ke arah mereka bertiga. Karena saat ini guru sedang rapat, jadi banyak siswa yang pulang terlebih dahulu. Dari arah kejauhan tempat Naisa dan Oliver berdebat, datang seseorang dengan cepat dan langsung melayangkan tamparannya kepada Naisa.
Plak!
Oliver terkejut bukan main, saat melihat pipi Naisa yang memerah dan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar. Begitu pun dengan Naisa dan Irene.
"Awhs!" ringis Naisa menyeka bibirnya yang mengeluarkan darah segar.
"Lah! Lo apa-apaan! Cari masalah lo!" tanya Irene terpancing emosinya.
"Whaha! Itu buat dia yang berani teriak di depan saudara gue!" balas Nancy. Nancy Neil adalah adik kandung dari Oliver Neil. Sifat keduanya sangat berbanding terbalik. Jika Oliver orangnya ramah, maka Nancy memiliki sikap yang blak-blakkan.
"Bener-bener lo gak waras!" balas Irene.
"Apa lo bilang?!" balas Nancy pula hendak melayangkan tamparannya sekali lagi.
"Nancy!" tegur Oliver.
"Lo apain adek gue?" tanya Jean yang tepat berdiri di belakang Nancy. Ia menatap lekat darah yang disekah oleh adiknya. Bukannya takut, Nancy malah mengibaskan tangannya di depan wajahnya.
"Salah adek lo sendiri!" balas Nancy.
"Jean, aku minta maaf. Semuanya karena aku," ucap Oliver cepat. Ia tidak ingin, pertemanannya dengan Jean berakhir karena masalah saat ini.
"Lo gak salah yang gue tanya itu, adek lo!" balas Jean. Jean menarik Naisa dan memeriksa bekas tamparan Nancy.
"Awh!" ringis Naisa saat Jean meraba pipinya.
"Sakit?" tanya Jean pelan kepada Naisa.
"Iya. Tapi, Kak Jean gak usah marah. Buat apa peduliin orang yang gak waras!" jawab Naisa. Jean menahan tawanya saat mendengar ucapan adiknya itu. Di saat seperti ini, ia masih bisa mengeluarkan kalimat tersebut.
"Bener banget! Ngapain peduli sama orang yang gak waras!" ucap Irene menimpali. Naisa tertawa ringgan mendengar ucapan Irene.
"Bener-bener lo berdua!" teriak Nancy kesal.
"Cie, gak waras!" balas Irene lagi.
"Ck! Masa lo kalah sih, sama dia," ucap seorang gadis tepat di belakang Nancy. Nancy berbalik dan menatap Talia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZION (HIATUS)
Teen Fiction"Aku, Usha Aiba bersumpah dengan menetesnya darah ini, jika Ayah menikah lagi! Aku bukan anak Ayah dan semua aset perusahaan dan harta warisan akan berbalik nama menjadi Usha Aiba! Bukan lagi atas nama Donald Muller ataupun Yolanda Quinn!" ucap Aiba...