20. perasaan

1.1K 30 0
                                    

Mereka sekarang sudah sampai di Indonesia dan sekarang ini mereka menuju rumah mereka, rumah yang menurut satria indah dan menengkan. Chika keheranan kenapa jalan yang mereka lewati sepi dan ada banyak pohon-pohon di setiap jalan. Ini bukan jalan menuju rumahnya ataupun rumah suaminya ia masih mengenal jelas jalan rumah mereka.

Chika terus bertanya pada satria yang hanya menjawab dengan senyum tipis saja, chika yang kesal memilih diam saja sampai akhirnya mereka sampai di sebuah hutan yang sangat jauh dari perkampungan warga.

"I-ini kita mau apa di h-hutan?" Tanya chika takut, ia takut satria mau membunuhnya.

Satria mencium singkat bibir chika yang bergetar ketakutan. "Nanti juga kanu tau sendiri, sebentar lagi sampai" ucap satria. "Lebih dipercepat jalannya" suruh satria pada supir pribadinya yang bernama bimo.

Bimo mengangguk pelan mempercepat laju mobilnya sampai tibalah mereka di sebuah rumah berlantai satu namun terlihat sangat mewah dan elegan.

Satria turun ia langsung membukakan pintu untuk istrinya yang diam menatap lurus. "Turun, katanya kamu mau tau" ajak satria.

Chika mengangguk. Ia langsung turun menganggam tangan satria ia sungguh takut di tengah-tengah hutan yang lebat dengan pohon-pohon jati dan masih banyak lagi.

Satpam yang berjaga melihat majikannya ia langsung membuka gerbang membungkukkan tubuhnya, tanda hormat pada mereka.

Satria menoleh menatap chika yang heran sekaligus kaget melihat ada rumah ditengah-tengah hutan seperti ini. Satria memasukkan PIN pintu utama dan otomatis pintu terbuka lebar.

"Selamat datang istriku di rumah baru kita" ucap satria tersenyum manis.

Senyum yang mampu membuat chika terhipnotis namun kalah dengan keheranan chika. "H-hah? Maksudnya rumah baru apa?, Ini apa maksudnya kak?" Tanya chika masih belum paham.

Satria memeluk chika dari belakang mengajak chika berkeliling ruangan. "Ini tempat tinggal kita sekarang, karena rumah kita yang disana sedang di renovasi, kemungkinan akan membutuhkan waktu yang panjang jadi aku memutuskan untuk bikin rumah di sini" jelas satria bohong.

"H-hah? Tinggal di sini?" Kaget Chika

Satria mengangguk.

Chika menggeleng cepat. "Enggak! Aku enggak mau tinggal di hutan, aku mau pulang saja. Aku takut" tolak chika.

Satria Menggeleng ia membalikkan tubuh chika menghadapnya. "Sayang, kamu mau nanti kita kenapa-kenapa? Gara-gara kita tinggal di sana, ayolah ini hanya sementara. Lagian disini enggak menyeramkan" ucap satria.

"Tap----"

"NURUT APA SUSAHNYA SIH?. GUE BIKIN INI PENUH EFFORT GUE DESAIN RUMAH SEDERHANA INI BUAT LO, BUAT KITA TINGGAL DISINI TAPI KENAPA LO SELALU TOLAK. LO MAU GUE BERUBAH KAN?. GUE TURUTI TAPI LO SELALU TOLAK KEINGINAN GUE" bentak satria kesal.

Chika menunduk takut. "M-maaf" cicit chika merasa bersalah dan takut.

"Sekarang terserah lo, chika. Lo mau pulang silahkan" kesal satria langsung masuk kedalam kamar.

***

Satria benar-benar mendiamkan Chika yang sedari tadi mengajaknya bicara dan terus meminta maaf. Makan malam kali ini sungguh tidak enak, bukan karena masakan melainkan sikap satria.

Chika menaruh sendok yang ia pegang sedari tadi, napsu makanya hilang karena didiamkan suaminya. "Kak, aku minta maaf, aku mau ko tinggal di sini walaupun....takut" cicit chika.

Hening

Satria yang asyik makan makanannya lebih tepatnya pura-pura asyik dan tidak mendengarkan chika. Ia ingin melihat seeffort apa chika membujuk dirinya.

Chika memeluk Satria yang masih makan, Membuat sang empu kaget. "Hiks, aku enggak suka kakak diem gini. Aku minta maaf udah salah sama kakak, aku mau ko tinggal di sini asalkan sama kakak" isak chika.

"Lepas gue lagi makan" ucap satria melepas paksa pelukan chika.

Chika semakin menangis tersedu-sedu. Ini pertama kalinya satria menolak pelukannya biasanya dirinya yang selalu menolak pelukan satria. "Hiks. Aku minta maaf, hiks. Aku menghargai perjuangan kakak ko aku juga mau tinggal di sini, hiks. Kalau kakak mau pukul aku tapi jangan keras-keras nanti sakit, hiks. Kalau bisa jangan, hiks. HWAAAA" tangis chika pecah.

Satria yang mendengar ucapan istrinya random menahan tawa, tidak tega melihat chika yang menangis kencang satria langsung memeluk chika. "Jangan nangis udah malam" ucap satria.

Bukannya berhenti menangis chika malah semakin kencang menangis. "Hiks maafkan aku, kak." Isak chika.

"Iya, tapi janji harus nurut sama gue, dan gue juga bakal berubah" ucap satria yang langsung chika angguki.

"I-iya, hiks" jawab Chika.

Satria membawa istrinya masuk kedalam kamar, chika yang baru menyadari kamar mereka yang indah dan nyaman terkagum-kagum. "Lo suka, enggak?" Tanya satria.

Chika mengangguk. "Suka banget" jawab chika cepet sambil celingukan.

"Udah malem kita tidur dulu besok kita lihat sekitar rumah" ajak satria.

Chika mengangguk ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur, menatap satria yang juga menatapnya dengan senyum tipis, Chika memeluk satria. "Kenapa pilih rumah di hutan?" Tanya chika hati-hati.

"Karena gue mau ketenangan" jawab satria.

Chika mengangguk paham ia langsung memejamkan matanya, baru saja masuk kedalam mimpi namun ia sudah dikagetkan dengan suara binatang buas. "K-kak" cicit chika takut.

GUK.GUK.GUK.GUK.

Satria tersenyum tipis ia memeluk lebih erat chika. "Tidur aja nanti juga pergi sendiri" ucap Satria mengelus perut rata chika, Ini rutinitas sebelum tidur.

"Aku takut kak" lirih chika.

Satria langsung memencet tombol di dekat mereka otomatis suara itu tidak terdengar. "Udah, sekarang kanu tidur" suruh satria.

"Aku enggak ngantuk" jawab chika.

Satria tersenyum miring ia langsung naik keatas tubuh chika. "Kalau gitu kita bergadang bersama" bisik satria langsung melepaskan baju chika.

"Ish, aku enggak mau" tolak chika.

"Tapi gue mau" ucap satria langsung melakukannya dengan pelan. Supaya chika tidak kecapekan. Chika yang mendapat kelembutan ia langsung menikmatinya, tangannya mengelus dada besar satria mencium leher satria tanpa di minta.

Sampai tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, satria menyudahi ia mengganti posisinya menjadi dirinya di atas chika yang sudah tidur pulas. Rasanya ia tidak Mau lepas dari chika, menarik selimut Sampai menutupi tubuh polos mereka.

"S-sakit" lirih chika.

Mendengar itu satria langsung menurunkan chika dari tubuhnya dan memeluk Chika di samping. "Gue suka lo begin" bisik satria.

Chika membuka matanya menatap mata satria yang sudah tertutup rapat. "K-kak, aku udah mulai cinta sama kakak, tolong jangan kecewakan aku" gumam chika.

Reflek satria membuka matanya menatap chika yang juga kaget. "A-apa? C-coba ulangi" pinta satria.

Chika menggeleng cepat.

"Gue mohon" ucap satria.

Melihat wajah satria yang memohon chika menunduk malu. "Aku udah mulai cinta sama kakak" bisik chika malu.

"YEYSSS" senang Satria memeluk dan mencium chika dengan perasaan bahagia.

***

protective Devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang