𝑉𝑜𝑡𝑒 𝑑𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑒𝑛𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑝𝑎~
Sudah seminggu berlalu dan selama itu Ellera hanya beraktivitas di tempat tidurnya. Pikirannya masih kacau bagaimana bisa ia tidak tahu dan tidak ingin peduli apakah harinya sudah lewat atau belum. Masa bodoh dengan pergaduhannya dan Arez.
Seharusnya novel sudah melewati 4 chapter Season 1, namun sekarang bukannya memulai cerita yang ada malah merubah cerita. Ditambah saat ini Ellera malah tidur-tiduran bukannya mengejar kelanjutan ceritanya.
Ellera ingin jujur sekali bahwa hari-hari yang dilewatinya di dimensi tak dikenalnya ini sangatlah berat, jika diberi kesempatan untuk mengulang waktu maka Ellera akan langsung mengiyakan tanpa pikir panjang.
"Bodoh amat mau bulan ini atau bulan itu lompat ke chapter akhir aja biar langsung tamat" keluh Ellera meninju-ninju udara. "Kau kenapa lagi? Tambah gila setelah bertengkar dengan kak Arez?" Celutuk Avel masuk tanpa permisi. 'Dia yang tambah gila masuk ke kamar orang gak pakai ketuk, dasar gak ngaca' batin Ellera.
Ellera hanya memandang sinis si kakak ketiga lalu mengabaikannya. Gadis berambut dark brunette ini menangkupkan dagunya dan memandang arah lain. "Kakaknya disini tapi dia menatap yang lain, dasar adik durhaka" gumam Avel duduk disamping Ellera.
Adik durhaka? Tolong ingatkan Avel sebenarnya siapa yang selama ini mengabaikan dan menjahati siapa?.
"Oi lihat kesini" Avel memutar wajah sang adik agar menatapnya. "Iya ini lihat" Ellera menepis tangan Avel dari wajahnya. Tatapan Ellera mengarah pada Avel dan berkata, "Sudah sekarang apa?".
"Wow, aku gak nyangka kalau adikku memang secantik ini" kagum Avel, tangannya terulur ke sisi wajah Ellera dan mengelusnya. Ellera kembali menepis tangan itu "Makanya kalau lihat wajah adiknya itu jangan merem kan gak kelihatan cantiknya" balas Ellera sembari bangkit dari tidurnya, memposisikan diri menghadap Avel.
"Ini dua mata dibuka gini dong jangan merem" ujar Ellera melebarkan kedua mata Avel dengan tangannya lalu menutupnya kembali. Avel yang kesal langsung menarik kedua tangan Ellera dari wajahnya. Dengan wajah datar ia berkata, "Jadi jelek wajahmu".
"Enak aja jelek, wajah secantik ini dibilang jelek" balas Ellera tak terima, ia pun kembali berbaring dan membuang wajahnya. "Merajuk nih dibilang jelek" Avel mengelus pucuk kepala sang adik. "Aw, masih sakit" rintih Ellera menepis tangan Avel untuk kesekian kalinya.
"Sakit? Masa udah 4 bulan masih sakit sih" heran Avel dengan wajah terkejut. 'Mungkin karena penerimaan ingatan Ellera yang dulu ke diriku?' pikir Ellera.
"Kak tidak ingin pergi ke istana?" tanya Ellera mengalihkan topik, sejujurnya juga ia takut untuk datang ke istana sendiri jadi Ellera harus cari kawan.
Pertanyaan Ellera sungguh menjadi tanda tanya bagi Avel. "Hm..." Avel dengan ekspresi berpikirnya, memincing matanya pada Ellera, ada yang aneh nih, hatinya berkata seperti itu. Lama-lama ia sibuk dengan keanehan kecil Ellera sampai melamun
"Kak!"
"Eh!- iya itu, u-untuk apa pergi ke sana? La-lagi pula masuk ke istana kan tidak bisa sembarangan" kaget Avel. "Minta maaf pada Pangeran Zevi, kan kalian yang minta padahal yang salah juga si Pangeran" jawab Ellera dengan wajah merengut.
"Rupanya ingin minta maaf"– Avel
"Jadi ingin pergi apa tidak?"– Ellera
"Tidak!"– Avel
Ellera yang mendengar jawaban Avel pun semakin gelisah. "Masalah dengan Yang Mulia Pangeran Zevi belum selesai?" tanya Avel dengan nada hangat melihat ekspresi Ellera yang gelisah. Ellera terpaku mendengar nada hangat yang ia impikan itu apalagi Avel adalah sang kakak. Walau ia adalah Yera tapi saat ini ia Ellera bukan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Archduke Wants an Antagonist to be His Wife
Historical FictionEllera. Benar, nama itu merupakan nama yang menjadi peran antagonis perempuan dalam novel yang pernah ia baca saat ia duduk di bangku kelas 1 SMA. 'Eh? Jangan-jangan... ei~ tidak mungkin seperti di dalam novel-novel' batin Yera.