첫눈에
[Pandangan Pertama]Studio foto yang terletak di kawasan Hongdae itu tampak sepi. Lampu LED pada papan namanya pun tidak menyala sehingga terlihat temaram dari luar, berbanding terbalik dengan bangunan di sekitarnya yang ramai oleh orang dan terang-benderang karena lampu LED berbagai macam warna. Bae Dohee, perempuan yang tengah membawa banyak barang itu sampai berdiri lama di depan studio tersebut. Memastikan studio yang ia tuju tidak salah, sampai ia mencelingukkan kepala ke kanan dan ke kiri, mencocokkan tampilan studio yang sempat ia lihat lewat foto yang dikirimkan sang pemilik studio kepadanya tadi pagi.
"Yaa! Kau ngapain!? Cepat masuk!" Seru seorang pria yang tiba-tiba membuka pintu studio yang tersemat label 'tutup' itu. Mengejutkan Dohee yang hampir menjatuhkan tas jinjingnya jika ia tidak mencengkramnya dengan kuat.
Dohee pun mendesis, sebelum berjalan ia memperbaiki tas pada pundaknya lalu memasuki studio itu dengan langkah besar mengikuti pria yang tadi mengejutkannya di depan.
"Aku kira, aku salah alamat." Dohee menggerutu, memandang punggung pria di depannya dengan sinis.
"Memangnya kapan terakhir kali kau ke sini?" Tanya pria itu sambil berbalik, menyunggingkan senyum yang memperlihatkan salah satu gigi taringnya kepada Dohee. "Bukankah sebulan lalu? Dua minggu lalu?"
"Aku tidak tahu, Mingyu. Lupa." Jawab Dohee menyebut nama pria itu, Mingyu.
"Kau selalu saja cepat lupa. Untung kau masih paham arah jalan."
"Asalkan ada maps, aku tidak akan kesasar." Balas Dohee menaruh barang-barangnya di sebuah sofa begitu mereka sampai di sebuah studio yang lagi-lagi temaram.
Dohee menyipitkan mata, memandang ke seluruh set yang diterangi lampu berwarna violet itu dengan intens. Dalam benaknya, Dohee sudah mulai membayangkan penempatan properti dan model yang akan ia foto, mencocokkannya pula dengan tema pemotretan yang akan dilakukannya kali ini. Pemotretan yang sebenarnya enggan ia terima, tetapi demi seorang Kim Mingyu, si pemilik studio dan sahabatnya yang harus ke Busan karena pekerjaan lain, ia rela melakukannya.
"Semuanya sudah ku atur. Soal properti dan produk, kau bicarakan saja nanti dengan modelnya." Sahut Mingyu yang sibuk memasang lampu sorot tidak jauh dari Dohee.
"Kau yakin, aku akan aman ditinggal berdua dengannya di sini?"
"Seratus persen!" Seru Mingyu dalam waktu sepersekian detik, sangat terdengar yakin sampai Dohee mengerucutkan bibir karena tidak punya bahan untuk diperdebatkan.
"Aku malah takut, kau yang akan melakukan hal-hal aneh kepadanya." Ungkap Mingyu sambil menepuk-nepuk tangan yang terkena debu, ia melirik Dohee jahil, yang dibalas dengan delikan tajam perempuan itu.
"Yaa! Bagaimana pun juga aku ini perempuan!"
"Tomboy!" Seru Mingyu dengan kekehannya sehingga Dohee mendesis kesal karena lagi-lagi tidak bisa mendebat pria itu.
Walau sudah memanjangkan rambut dan merias diri secantik mungkin, aura tomboy Dohee tidak bisa hilang begitu saja. Perempuan itu sampai pasrah dan tidak bisa berkelit kalau dilabeli tomboy oleh siapa pun, termasuk Mingyu yang masih menyunggingkan senyum kepadanya yang merangut.
"Jangan khawatir, Bae Dohee. Modelku kali ini sangat-sangat baik. Ia tidak akan berani menyentuhmu sedikit pun. Tidak akan banyak omong juga seperti modelku yang lain." Kata Mingyu menenangkan, akhirnya bisa berhenti menggoda Dohee yang mood-nya tidak jelas sejak dimintai tolong.
"Dia gay?"
Mingyu tertawa lagi, kali ini sambil menggelengkan kepala. "Tidak hahaha!"
"Kau yakin? Jangan sampai ia pura-pura normal agar bisa dekat denganmu, Mingyu?" Cecar Dohee curiga tapi Mingyu sama sekali tidak terlihat khawatir, malah asyik tertawa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Boy
FanfictionBae Dohee menyukai wanita cantik dan membenci model pria. Kehidupan asmaranya pun tidak pernah berjalan mulus hingga ia bertemu dengan pria impiannya, seorang pria cantik bernama Yoon Jeonghan.