Prolog

1 0 0
                                    

Angin menyapaku di pagi hari yang sangat cerah ini. Aku terasa sangat lega, lebih lega dari hari-hari kemarin. Ah, andai saja mimpi tadi masih berlanjut dan terbawa ke dunia nyata, pasti aku bisa menikmati hari-hari sekolahku dengan mood yang sangat bagus tanpa ada rasa bosan.

Aku bermimpi tentang sebuah ruangan yang di dalamnya banyak kristal-kristal berwarna ungu muda. Kristal-kristal tersebut memancarkan cahaya yang sedikit redup sehingga ruangan terasa seakan-akan sangat berat tapi nyaman. Di tengah ruangan terdapat sebuah kubangan yang memantulkan sedikit sinar matahari dari sebuah lubang yang jaraknya sekitar satu kilometer di atas ruangan ini. 

Aku berendam di dalam kubangan itu. Cukup dalam jika aku pergi ke bagian tengahnya. Diameternya sekitar 5-6m. Airnya pun juga hangat. Aku merasakan sensasi kesegaran dan kenyamanan yang tak pernah kurasakan seumur hidupku. 

Tapi sayangnya, mimpi tersebut berakhir ketika sesuatu dari kejauhan ruangan mendatangiku. Ia berbentuk sangat aneh, tidak mempresentasikan wujud manusia maupun makhluk hidup lainnya. Ia mendatangiku dengan sangat lamban. Badanku tidak bisa bergerak seakan-akan semua bagian tubuhku terkunci oleh sesuatu. Pandanganku juga tertuju ke arahnya. Aku tidak bisa melarikan dari maupun mengalihkan pandanganku.

Sesuatu itu semakin mendekat. Jaraknya hanya tinggal 1,5m dariku. Sekujur tubuhku merasakan suatu gelombang yang sangat aneh. Pandanganku juga semakin aneh, semua yang ada di sekitarku menjadi berwarna merah mencolok dan bergelombang. Aku hanya bisa melihat dengan jelas sesuatu itu berjalan mendekatiku.

Semakin mendekat, aku mendengar suara-suara teriakan mengerikan dari arah mana saja. Aku ingin menangis, tapi mataku menolak untuk mengeluarkan air mata, seakan-akan seluruh tubuhku dikontrol oleh sesuatu. 

Dan tiba pada saatnya sesuatu itu berkontak fisik dengan tubuhku. Semua menjadi hampa.

Sepertinya aku baru ingat pada akhirnya mimpi tersebut berakhir dengan sangat buruk dan aneh. Tapi, aku terbangun dengan keadaan yang sangat segar. Jadi, aku sebaiknya melupakan bagian buruk dari mimpi tersebut. 

Angin pagi yang menerpa wajahku sepertinya adalah salah satu alasannya juga mengapa aku terbangun dari mimpi tersebut. Angin tersebut berasal dari jendela kamarku yang sudah terbuka sejak sedari tadi oleh ibuku — mungkin. Aku menikmati keindahan Pegunungan Applehorn yang pucuk-pucuknya ditutupi oleh salju yang tebal. Ya, aku tinggal di Desa Hourzuzu, sekitaran lembah Pegunungan Applehorn, di mana setiap hari aku bisa menikmati kesegaran, kemurnian, dan keindahan alam Applehorn sekaligus.

Aku beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi untuk mandi. Temperatur air di kamar mandiku bisa diatur panas dinginnya sehingga aku tidak perlu cemas dengan air beku dari mata air pegunungan ini. Tidak lupa dengan kebiasaanku yang selalu bersenandung di saat aku mandi.

Aku pergi ke lantai bawah; kamarku ada di lantai dua, dan melihat semua makanan sudah tersusun rapi di atas meja. Ayah dan Ibuku selalu memasaknya bersama. Keluarga kami adalah satu-satunya keluarga di desa kami yang tidak menganut sistem patriarki maupun matriarki, semuanya setara.

Menu makanan pagi hari ini adalah Mochojoel, yaitu roti dengan isian es krim stroberi yang dibaluti saus biji pinus sebagai makanan pembuka. Lalu ada Kaloegsteffel sebagai makanan utama, yaitu daging sapi panggang yang dagingnya crispy pada bagian luar namun dalamnya terdapat air bumbu yang menyerap pada saat dimarinasi. Air tersebut akan keluar pada saat dikunyah sehingga di dalam mulut akan terasa seperti sensasi meledak.
Makanan penutup yaitu Jcenaicje, yaitu puding buah dengan sirup spesial asal desa kami, sirup Hourzuzu Apple.

Aku memakan makanan-makanan tersebut dengan perlahan agar aku bisa menikmatinya. Sampai pada akhirnya makanan yang kumakan tidak habis karena terlalu banyak menu yang harus kumakan untuk pagi hari ini. Jika aku memakannya terlalu banyak, perutku akan meledak. Jadi, aku akan membawanya ke sekolah sebagai bekal.

Random Things Happened In This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang