Bagian 5

2.4K 114 1
                                    


Malam itu, hujan turun sangat lebat. Disertai angin kencang dan petir yang membuat Ceseli memeluk tubuhnya sendiri.

Tiba-tiba Ceseli merasa sedih. Biasanya, disaat hujan lebat seperti ini, ada Gabi dan Aiden yang datang menemaninya. Dan alhasil, mereka tertidur. Ceseli merindukan mereka.

"Gimana kabar bang Gabi ya? Bang Aiden juga gimana keadaannya? Apa dia selamat?" gumam Ceseli.

Jderr

Ceseli menutup telinganya. Ia takut petir.

Grep

"Eh..?" Ceseli merasakan tubuhnya diangkat. Takut jatuh, ia melingkarkan tangannya pada leher Arsen. Yah... Arsen menggendongnya dan membawanya ke ranjang.

"Ke.. napa?" Ceseli bingung dengan perlakuan Arsen.

Laki-laki itu hanya menatap datar. "Kalau kau sakit, itu akan menambah bebanku!" jawabnya yang membuat Ceseli mendengus.

Tidak menghiraukan Ceseli, Arsen membaringkan tubuhnya kembali dan menutup matanya membelakangi Ceseli. Sedangkan Ceseli, ia lebih memilih diam. Entah kenapa kepalanya terasa pusing.

________

Keesokan harinya, Ceseli demam tinggi. Badannya menggigil membuat ranjangnya ikut bergetar. Menyadari itu, Arsen menatap Ceseli yang sudah pucat. Tangannya terulur menyentuh kening Ceseli.

"Panas." Detik itu juga, Arsen berlari memanggil pelayan dan menyuruhnya memanggil tabib.

"Ambilkan kompres, dan buatkan bubur, sekalian minuman hangat!"

Pelayan yang disuruh itu langsung bergegas.

Tidak lama, Emely datang tergesa-gesa membawa baskom berisi air dan kain untuk mengompres.

"Astaga Tuan Putri, panas sekali badan mu" buru-buru ia menempelkan kompres pada kening Ceseli.

"Nona, saya sudah bilang kalau anda harus makan tepat waktu!" omel Emely, namun Ceseli hanya diam.

Arsen yang sejak tadi duduk di sofa, memperhatikan wajah pucat istrinya. Entah kenapa Arsen tidak tega melihatnya seperti itu. "Dia ingetin gue sama seseorang..."

"Yang mulia, maaf saya terlambat"

Tabib istana yang baru saja datang, mambungkuk pada Arsen.

"Obati dia!"

Tabib itu mengangguk dan buru-buru memeriksa keadaan Ceseli. Tak lama kemudian, tabib selesai memeriksa Ceseli.

"Tuan Putri hanya demam biasa, di tambah masuk angin. Hanya butuh sekitar tiga hari sampai Tuan Putri pulih kembali" jelas tabib, Arsen hanya mengangguk menatap wajah sayu istrinya.

Tabib mengambil sebotol cairan obat, dan memberikannya pada Arsen.

"Obat ini diminum sesudah makan"

"Terima kasih tabib"

Tabib mengangguk, lalu pamit pergi.

"Ambilkan bubur itu, biar aku yang menyuapinya!" Emely sempat ragu, tapi ia urungkan. Segera mengambil bubur yang masih hangat yang sudah disiapkan pelayan dan memberikannya pada Arsen. Setelah itu, Emely pamit pergi.

Ceseli manatap penuh tanya pada Arsen. Kenapa Arsen peduli padanya? Atau jangan-jangan Arsen menaruh racun di bubur itu? Apalagi saat melihat obat yang Arsen bawa. Ingin manangis rasanya. Ceseli benci obat!

"Buka mulutmu!" Arsen mengarahkan sendok yang berisi bubur ke mulut Ceseli. Saat ini, Arsen duduk di pinggiran ranjang, tepat di samping Ceseli.

Dengan ragu Ceseli membuka mulutnya,  pasrah. Apalagi menyadari kondisinya yang lemah, tidak mungkin ia melawan Arsen.

Bubur itu sudah masuk kemulut Ceseli. Ia mengunyahnya pelan. Merasa tidak ada hal aneh, Ceseli menelannya. Dan tidak terjadi apa-apa. Lalu ia melihat kearah Arsen yang kembali menyendokkan bubur.

"Atau racunnya ada di minuman?" Ceseli memikirkan diamana Arsen memasukkan racun. Tidak mungkin laki-laki kejam seperti Arsen perhatian padanya tanpa ada maksud tertentu.

Setelah suapan terakhir, Arsen mengambil minuman hangat dan membantu Ceseli untuk sedikit menegakkan kepalanya. Meminumkan minuman itu pada Ceseli.

Ceseli meneguknya, dan tidak terjadi apa-apa. "Atau di obat itu?"

Arsen mengambil botol yang berisi obat dan menuangkannya kedalam gelas kecil yang sudah disiapkan. Melihat itu, Ceseli bergidik. Ada racun atau tidak, Ceseli sangat anti meminum obat.

Saat Arsen mengarahkan obat itu kemulut Ceseli, Ceseli menutup rapat mulutnya dan menggeleng. "Aku tidak suka obat!"

"Kau harus meminumnya!"

Ceseli menggeleng. "Aku tidak mau!"

Arsen yang memang tidak sabaran, menyelipkan tangannya pada belakang leher Ceseli, memaksanya duduk.

Ceseli melotot. Saat ini wajah mereka sangat dekat. Dengan cepat, Ceseli memalingkan wajahnya. Apalagi saat tangan Arsen yang menarik pinggangnya mendekat, membuatnya reflesk memukul dada bidang Arsen.

Tapi, apalah daya tenagnya saat ini tidak cukup kuat. "Apa yang kau lakukan Arsen!" tanyanya masih memalingkan wajahnya. Karena, kalau ia menatap Arsen, sudah pasti hidung mereka bersentuhan.

"Membuatmu meminum obat!"

"Aku tidak akan meminum obat itu! Kenapa kau maksa sekali? Jangan-jangan kau menaruh racun ya?"

Mendengar itu, Arsen geram. Dengan cepat ia memasukkan obag itu ke dalam mulutnya, dan manarik tengkuk Ceseli paksa. Setelahnya, Ceseli dibuat kaget dengan apa yang terjadi.



Arsen memasukkan obat yang ada di mulutnya, ke mulut Ceseli. Itu tandanya, mereka berciuman.


"Arsen setan! First kiss gueee..."

__________








Awas ada typo!

Jangan lupa kasih vote! 💚💚

Transmigrasi CassaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang