Chap 11 : Pertanyaan Terakhir yang Mengejutkan

100 15 18
                                    

Jeongin sudah kembali masuk ke akademi tentu dengan penjagaan yang ketat sekali. Jika biasanya dia kemana-mana bersama dengan Jisung dan Seungmin saja sekarang bertambah personilnya—Minho dan Karina. Jeongin belum memberikan jawaban terkait permintaan Karina namun kakak sepupunya yang serba tau itu bertindak semaunya. Begitu Minho dan Karina turun dari kendaraan semua mata langsung memandang takjub karena berkumpulnya Minho dan Karina itu bisa dihitung dengan jari—dan keduanya sangat menarik perhatian. Jisung asyik mendengarkan lagu disebelah Minho, sedang Seungmin membaca bukunya sambil berjalan.

"Kenapa rasa-rasanya malah aku masuk kelompok anak tokoh utama?" ratap Jeongin yang berjalan didepan mereka dengan wajah lelah dan sebal. Dia bahkan sudah tidak ada semangat hidup.

Jalan pelannya terhenti karena sepatu elegan yang berdiri di depannya, bahkan Jeongin nyaris menabrak sosok yang menghalangi jalannya itu. Tidak tau saja Jeongin ingin segera sampai ke kelas. Manusia-manusia yang berada di belakangnya sangat menarik perhatian. Jeongin angkat kepala ingin memarahi sosok yang menghalangi jalannya namun belum sempat marah-marah dari belakang sudah terdengar amarah besar Minho.

"Ngapain?" Minho langsung menarik adiknya dari hadapan Hyunjin—sosok yang menghalangi langkah Jeongin.

Hyunjin tersenyum palsu, ingin dia pukul kepala Minho tapi dia tidak mau masuk oven. "Minho hyung, boleh aku berbicara dengan Jeongin dulu? Hanya basa-basi kok."

Belum sempat Minho menjawab Jeongin langsung menengahi. "Hyung, cukup, ke kelas dulu sana, kelasmu akan segera dimulai."

Jisung mengangguk-angguk, walaupun dia tidak jadi menikmati keributan tapi Minho harus segera ditarik masuk kelas. Maka dia berbaik hati menarik tunangannya ke kelas mereka—hari ini memang jadwal mereka sama. Tersisa Seungmin dan Karina yang menjaga, Hyunjin langsung mengode Felix dan Changbin untuk mengajak Seungmin dan Karina pergi. Seungmin mengikuti Felix dengan tenang dia yakin Jeongin akan baik-baik saja dengan Hyunjin. Sedang Karina nyaris mereog sampai Winter—salah satu anak dewan kesiswaan—juga menariknya karena gadis itu punya urusan sendiri di ruang dewan kesiswaan. Dan akhirnya tersisa Hyunjin dan Jeongin.

Hyunjin mengajak Jeongin ke taman tedekat, tentu selain berupaya mendapat momen berdua saja, Hyunjin juga menghindari diri dari kejaran para fansnya.

"Bagaimana keadaanmu sudah lebih baik?" tanya Hyunjin setelah keduanya duduk di bangku taman.

Jeongin mengangguk, dia tidak banyak merasakan sakit. Apalagi kata alkemis dulu, mananya sempat kocar-kacir namun Jeongin, jujur, tidak merasakan hal yang buruk. Mungkin karena dia bukan nyawa sebenarnya dari sosok Yang Jeongin—walaupun Yang Jeongin ini nyata. Dia hanya merasa tidak enak badan karena harus berbaring selama 2 bulan lamanya jadi otot-ototnya agak mengecil.

"Maaf, aku tidak bisa langsung datang menemuimu begitu kamu sadar—" ucapan Hyunjin terpotong dengan anggukan cepat Jeongin.

"Aku paham, hyung, semua itu ulah Minho hyung dan Ayah."

Fakta bahwa Ayah Jeongin juga melarangnya menjadi tamparan yang kencang bagi Hyunjin. Calon mertuanya tidak menyukai Hyunjin. Tuan Yang atau Duke Nares sepertinya tidak mau punya menantu calon raja.

"Dan maaf juga tidak berhasil menjagamu," kali ini suasana menjadi lebih tenang, Hyunjin menunduk mengingat hari buruk itu. Senyum Jeongin yang terakhir dia lihat di hari itu terus melekat di kepalanya.

Jeongin meraih tangan Hyunjin terlebih dahulu lalu tersenyum. Hyunjin yang merasakan hangat pada tangannya mengalihkan pandangan pada sosok yang menggenggamnya. Jeongin tersenyum jauh lebih hangat daripada genggaman itu sendiri. Sosok Jeongin ini seakan berusaha menenangkan Hyunjin yang khawatir, berusaha menyampaikan bahwa senyum Jeongin seperti inilah yang harusnya Hyunjin ingat. Jeongin mengutarakan bahwa semuanya sudah terjadi dan dia merasa semua pasti ada maksud tersendiri mengapa itu terjadi—contohnya, Jeongin jadi tau bahwa dunia ini bukan dunia author fujo yang sering dikata-katainya itu, tentu ini diucapkan Jeongin dalam hati.

Hanya Figuran yang Mengagumimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang