01.

978 54 38
                                    

Termenung sendiri di salah satu meja kafe bernuansa romansa dengan segenggam roti canin di tangan kanan dan sebotol kopi instan di tangan kiri, Crystal kembali menitikkan air mata mengingat kebersamaan dirinya bersama sang suami yang telah tiada.

Ini sudah yang ke 30 kalinya.

Si pelayan kafe pun sampai hafal. Malam hari, pukul 7 lewat 30 menit di meja nomor 7. Crystal akan duduk selama berjam-jam dan menangis di sana setiap hari. Karna kafe itu adalah tempat yang sering ia kunjungi bersama sang suami.

"Nyonya Crystal ... ini, hadiah dari kami. Paket minuman bertema cinta sejati khusus untuk anda karna telah menjadi pelanggan setia kami selama tiga puluh hari."

Suara riang itu membuyarkan lamunan Crystal. Ia pun mendongak dan menerima bingkisan manis itu tanpa berkata-kata. Sang pelayan kafe pun hanya tersenyum getir melihat Crystal yang lagi-lagi memasang raut 'ngenes'nya.

Benar-benar nona yang setia. Batin Si pelayan.

***

Berjalan dengan langkah gontai, Crystal memaksa kakinya masuk ke sebuah club malam yang terletak tak jauh dari kafe.

"Padahal aku benci tempat ini. Tapi semenjak kamu pergi, tempat ini adalah tempat kedua yang sering ku kunjungi. Maafkan aku, Adam. Aku sudah bukan wanita baik-baik lagi ...."

Dentuman keras musik disko menyambut Crystal yang mulai terbuai dengan aroma parfum dan kepulan asap rokok yang menusuk hidungnya. Wajah pertama yang ia cari adalah bartender yang sudah ia temui sebanyak sembilan kali. Jadi, hari ini adalah kali ke sepuluh dia bertemu dengan pria itu.

"Anda lagi, Nyonya Crystal. Ah, Nona Crystal! Hehe!" goda Ruth. Pria tampan yang sengaja memangkas habis rambutnya hingga botak.

"Hari ini agak berat!" Crystal mengeluh manja.

"Fufu ... siapa yang membuat hari seorang wanita cantik ini berat?" Ruth mulai meracik cocktail kesukaan Crystal. Tequila, triple sec, dan air jeruk nipis adalah campuran minuman yang akan disajikan padanya. "Nah, Nona Crystal ... seperti biasa, Sweet Margarita untuk pelanggan special kami!"

Crystal menghabiskan cocktail itu dalam sekali teguk. Kedua matanya memerah bekas air mata. "Aku ingin yang lebih keras, Ruth!"

"Ah ... Nona sepertinya anda tidak akan kuat. Jadi, sebaiknya anda meminum yang ringan-ringan saja." Ruth mencoba memberi saran.

"Kau meremehkan ku?"

"Hei Bung ... lakukan saja, aku yang akan membayar tagihannya ...," sahut seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka.

Dahi Ruth berkernyit. Dia tak tega melihat Crystal tetapi ia juga lebih khawatir dengan nasibnya sendiri. "Ou-oh baiklah baikk~ ...."

Akhirnya, Crystal mendapatkan apa yang ia inginkan. Setelah berhasil meneguk bir dalam botol yang mengandung alkohol lebih dari 20% itu, seorang pria dengan masker yang menutupi wajahnya bergerak cepat saat pria nakal berniat menyentuh tubuh Crystal.

"Jauhkan tangan sialanmu, Bajingan!" desis pria bermasker itu, dingin.

"Siapa?" gumam Crystal, pelan. Namun, tiba-tiba tubuhnya menjadi aneh.

Ruth menyadarinya. Ia pun hanya tertunduk diam merasa tidak enak pada Crystal karna telah memberi obat aneh ke dalam botol bir itu atas perintah pria nakal tadi.

"Tubuhku ... kenapa rasanya panas? Ukh!" Crystal mulai merasa pusing.

Pria bermasker itu menuntun Crystal keluar dari club dan membawanya ke mobil. "Anda tidak apa-apa?"

"Kau siapa? Aku ... mau dibawa ke mana?" erang Crystal menolak masuk ke mobil.

Namun, bukannya kesal pria itu hanya menghela nafas dan tersenyum miring. Ia bergumam dalam hati. Akhirnya, kita bertemu lagi.

To be continued ...

Nikah Kontrak Dengan Tuan Muda ObsesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang