E: "Wise Men Say"

14 4 0
                                    

Lagi dan lagi tinta pena milikku habis. Aku tadi harus mengisinya sebelum menulis jurnal kali ini. Aku jadi bersyukur walau sepuluh set tinta yang aku beli harganya jauh lebih mahal. /dasar labil

Sebenarnya kejadian yang terjadi pada diriku sebelum menulis jurnal ini cukup aneh. Semuanya dimulai dari sarapan.

Setelah memutuskan dan memilih salah satu dari tiga menu sarapan yang akan disantap, aku kemudian diberikan makanan yang telah kupilih, yakni Dead Fish Black Curry sebanyak satu porsi secara langsung oleh kru yang bertugas. Ya, tampilannya memang seperti namanya, mangkuk berisikan cairan hitam yang lumayan kental dengan ikan yang kelihatan jelas. Entah ikannya yang mengambang, atau cairannya yang terlalu sedikit.

Tanpa memusingkan itu, aku memakan menu tersebut. Hei! Rasanya tidak terlalu buruk. Aku mengira Dead Fish Black Curry ini memiliki rasa rempah hitam yang pekat. Ternyata rasa kari dan garam yang asin lebih mendominasi. Rempah hitam yang dipakai hanya terasa seperti penambah aroma dan pewarna alami saja. June memang koki terbaik.

Aku sebenarnya ingin menambah porsi ikan ini, tapi melihat Od yang sudah diberi hadiah berupa ultimatum oleh kepala koki sontak membuatku mengurungkan niat itu. Lebih baik bermain aman saja dengan tidak mencari keributan dengan pihak dapur daripada menembus mara bahaya.

Selesai aku menyantap menu sarapan Dead Fish Black Curry, para kru kapal kembali berpesta, entah apa yang mereka rayakan dan apa maksudnya. Apa karena telah mendapat makanan dari June? Aku hanya mengikuti alur, ikut menyimak pesta dengan duduk diam di kursi yang sama ketika aku memakan sarapanku tadi, sambil mengamati mereka yang bernyanyi keras dan melakukan adu panco. Sungguh mencerminkan pribadi seorang kru kapal bajak laut.

Selesai dengan pesta kecil itu, kami kemudian memulai penjelajahan pulau Mysterious WGALand. Ada tiga jalur yang bisa ditempuh oleh para tamu undangan jika merujuk pada perkataan kru kapal The Holy Serpent, yakni jalur menuju Green Mist Forest, jalur Monochrome Abyss, dan jalur Moroe Volcano. Tanpa berpikir panjang, aku memutuskan untuk menjelajahi area Green Mist Forest yang letaknya berada di sebelah barat pulau ini. Tentunya dengan mempersiapkan segala sesuatu, termasuk membawa tas yang berisikan tali temali, jarum, set tinta yang tersisa, dan beberapa kertas untuk jurnalku, serta wadah air minum.

Aku sempat berpikir apakah jimatnya berada dekat dari perkemahan kami? Tapi sepertinya tidak akan sesimpel dan semudah itu. Jika memang dekat dengan kamp, aku rasa sudah lama kru The Holy Serpent mendapatkan jimat itu, sehingga mereka tidak perlu lagi menebarkan undangan pencarian jimat suci kepada orang lain, termasuk diriku. Tapi, kesempatan yang sudah diberikan tidak boleh dibuang percuma, bukan?

Hehe.

Aku terus berjalan tanpa tahu harus pergi ke mana. Walaupun begitu, aku tetap menaruh beberapa petunjuk arah agar nantinya aku bisa mengenali jalan pulang kembali ke perkemahan. Aku melakukan beberapa hal seperti menggores batang pohon, membuat ikatan tali yang kemudian digantung di pohon, menyusun batu kerikil hingga membentuk tanda panah, dan menggambar apapun di tanah dengan ranting pohon yang terjatuh.

Demi mengetahui ke mana aku melangkah waktu itu, aku membuat kompas sederhana dengan bermodalkan jarum, daun, dan air yang aku kumpulkan di dalam sebuah wadah yang aku temukan di sekitaran. Dengan menggosok jarum sampai hangat dan meletakkannya di atas daun, aku menjadi tahu bahwa dari tadi aku terus berjalan ke arah selatan.

Aku kemudian terus berjalan ke arah yang sama. Jika ditanya kenapa, maka aku memiliki dua jawaban. Masing-masing ada yang pencitraan, ada yang jujur.

Yamg pertama, aku ingin fokus untuk menjelajahi area selatan terlebih dahulu, supaya nantinya tidak perlu bolak balik ke sini lagi.

Yang kedua, aku tidak ingin tersesat dan capek bepergian ke segala arah, makanya aku memilih untuk pergi ke satu arah saja.

Bisa ditebak bukan mana yang pencitraan, mana yang jujur. Tentu saja jawaban yang pertama adalah yang jujur. /plak

Way to the Amulet [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang