***
1. PINDAHAN
Galen turun dari mobilnya. Ia mengerutkan keningnya ketika Amara-mommy-nya sedang menjinjing tas, diikuti dengan seorang perempuan yang sedang menarik koper berwarna hitamnya itu. Galen bingung, ada apa sebenarnya? Dia siapa?
"Heh, ngapain lo?" Galen mencekal lengan gadis yang sedang menarik kopernya, gadis itu menoleh ia sedikit mendongak karena tinggi badannya jauh lebih pendek dari Galen. Galen melepas cengkraman tangannya ketika melihat gadis di depannya melihatnya dengan mata berbinar-binar. "Lo ngapain di rumah gua? Pake bawa-bawa koper masuk segala lagi," kata Galen menyadari gadis di depannya belum menjawab pertanyaan pertamanya, gadis itu malah menatap Galen yang membuat lelaki itu merasa aneh, akhirnya ia memutuskan untuk bertanya lagi.
Gadis di depannya tersenyum canggung, ia menggaruk kepalanya. Entah karena kutuan, gatal atau bingung. Galen tak mau tahu, intinya ia sedang menunggu jawaban yang akan di berikan gadis aneh di depannya yang memandangnya dengan mata berbinar, seolah sedang menatap mainan bagus yang berada di mall. "Eh, kak Galen." Bukannya menjawab, gadis itu malah menyapa Galen sembari tersenyum memperlihatkan gigi gingsulnya. "Kakak tambah ganteng, deh," sambungnya, lalu gadis itu terlihat tersenyum malu-malu.
Galen berdehem, ia menggelengkan kepalanya pelan ketika mendengar ungkapan dari gadis pendek yang masih terlihat seperti anak kecil itu. Galen tak menggubrisnya, ia malah menatap aneh gadis itu karena ia masih terus-terusan tersenyum malu-malu seolah dirinya sehabis memberikan gombalan maut terhadap gadis di depannya. Padahal tidak sama sekali. "Lo aneh," katanya pelan. Ia melangkahkan kakinya masuk ke rumah.
Galen menghentikan langkahnya kembali ketika mendengar suara koper yang di tarik, lelaki itu menoleh. "Ngapain lo? Lo pikir rumah gua hotel apa?" tanyanya dengan wajah datar. Gadis itu diam, ia sedang memikirkan cara untuk menjelaskannya pada lelaki di depannya. Namun sepertinya sulit, karena wajah Galen yang tampan. Nanti dia malah lupa apa yang akan dia katakan, makanya sekarang ia diam.
"Eh, Luna, kok belum masuk, sih? Ayo masuk." Terdengar suara Amara dari dalam, terdengar pula suara langkah kaki yang kian mendekat. Dirinya melihat Galen yang berdiri di ambang pintu. "Eh, Galen udah pulang ternyata, sini-sini masuk," katanya sembari mengajak mereka berdua untuk masuk. Galen membalikkan tubuhnya, masa bodoh apa yang akan Amara lakukan kepada gadis tadi, yang penting tidak merepotkan dirinya.
Lelaki itu berjalan ke atas untuk merebahkan tubuhnya di kasurnya yang empuk. Tetapi lagi-lagi gadis itu mengekorinya, membuat lelaki itu membalikkan badan secara tiba-tiba dan dia menabrak dada Galen. "Lo ngapain, sih? Kenapa ngikutin gua?" tanya Galen. Galen membalikkan badannya lagi lalu memutar knop pintu kamarnya, ia masuk diikuti dengan gadis yang dari tadi mengikutinya.
Galen melempar tasnya ke sofa, lelaki itu membuka kancing kemejanya tetapi ia menghentikannya, Galen menoleh. "Lo, duduk," pintanya. Kemudian Galen mendekat. "Nama lo Luna, kan?" Luna mengangguk pelan. "Kenapa lo ada di rumah gua? Jelasin." Ia mengambil susu kotak cokelat, lalu lelaki itu duduk di samping Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALUNA [ON GOING, SLOW UPDATE]
Подростковая литератураEntah hal sial apa yang menimpa dirinya. Galen Ashraf Austin lelaki yang mempunyai darah Jerman, dia sangat benci ketika ada orang mengganggunya. Sekarang malah dia satu atap bersama dengan sang pengganggu. Dirinya yang tidak ingin mempunyai adik, m...