Angin dingin di malam hari memang sejuk. Tentu membuat kita merasa kantuk. Walau begitu, angin di malam hari tidak begitu baik untuk kesehatan. Maka tiap menjelang sore, Asa selalu menutup jendela kamarnya dan menyalakan AC.
Pukul 22.10 Ia baru saja selesai belajar untuk ulangan besok. Ia menguap dan mengantuk setelah belajar banyak materi untuk ulangan harian. Ia tidak ingin membuat ayahnya murka karena mendapat nilai jelek.
Memang, dia tidak pernah mendapat nilai dibawah 80. Tapi ia juga tidak pernah diapresiasi oleh ayahnya seperti kakak-kakaknya. Kalau Asa jujur pada perasaannya sendiri, ia pasti akan merasa cemburu.
Semenjak kematian ibunda, semuanya berubah. Berubah total. Keluarga cemara yang dulunya ia kenal, sekarang tidak bisa lagi disebut sebagai keluarga cemara.
Dengan rasa campur aduk, Asa merebahkan tubuhnya di kasur empuk dan menyelimuti dirinya dengan selimut. Lama kelamaan, ia semakin mengantuk. Ia memejamkan matanya dan tertidur lelap.
✧✧✧
Siang hari, ada ketiga anak kecil sedang berlarian kesana kemari di halaman belakang rumah mereka. Senyuman tulus tanpa ada kebohongan dibaliknya, tergambar jelas diwajah mereka.
"Kena!" ucap seorang bocah dengan rambut hijau tua-Rin, sambil menepuk pundak gadis kecil-Asa.
"Yah..." gadis kecil itu menghela nafas pasrah.
"Ya sudah, biar aku aja yang jaga."
"Beneran kak?!"
"Iya. Larimu lambat. Pasti gak bakal bisa kenain Rin, apalagi kakak. Terlebih, kamu pendek."
"Jahat!"
Sae dan Rin tertawa kecil, sedangkan sang adik menggembungkan pipinya kesal dan mengepalkan kedua tangannya.
Seorang gadis remaja, sedari tadi hanya menonton mereka bermain lari-larian bersama. Ia menatap ketiga bocah itu yang tersenyum riang, seolah-olah tidak ada beban yang mereka pikul.
Ia hanya terdiam bagaikan patung. Tatapannya hanya fokus kepada mereka bertiga.
"Asa..."
Suara lembut dan familiar bagi gadis remaja itu, membuat dirinya menghadap ke belakang. Ia melihat sang bunda yang tersenyum hangat padanya.
Ibunda melebarkan kedua lengannya. Ia ingin memeluk gadis remaja itu. Tanpa basa-basi lagi, remaja itu memeluk erat sang bunda.
"Bunda! Asa kangen...Asa kangen...Bunda gak kangen Asa? Asa kangen banget sama bunda...bunda beneran gak bisa kembali lagi?"
Tanya gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
"Putriku sayang...bunda juga kangen sama Asa. Bunda mau peluk Asa lagi, mendengar keluh kesah Asa, bunda ingin mengulang waktu. Tapi takdir berkata lain...maaf ya, sayangnya bunda. Bunda gak bisa balik lagi...dunia kita berbeda."
Ucap ibunda sambil mengelus lembut rambut panjang kecoklatan gadis itu. Senyuman hangat masih tertulis di wajah ibunda. Sang gadis mengeratkan dekapannya pada ibunda, ia tidak ingin melepaskan pelukan itu dari bundanya.
"Bunda...." Asa mengigau dalam tidurnya, memanggil ibunda. Tanpa ia sadari, air mata mengalir walau ia dalam keadaan tertidur.
"Bunda..."
✧✧✧
Paginya Asa terbangun. Ia baru sadar ternyata ia menangis saat ia tertidur semalam. Ingatannya kembali teringat bundanya, lagi. Ia menghela nafas dan bersiap-siap untuk menghadapi hari-hari yang selalu ia jalani.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTAUT (ft. Itoshi brothers)
Разное[COMPLETE] "Pembunuh." Julukan yang selalu dilontarkan pada sang gadis, anak terakhir dari keluarga Itoshi. Itoshi Asa, sang adik terakhir dari keluarga Itoshi yang dibenci semenjak kematian ibunda mereka. Sungguh gadis yang malang... -karya orisini...