Prolog!

198 104 18
                                    

Happy reading!

****

"Semuanya berat jika harus sempurna. Semuanya rumit jika harus teratur.
Manusia punya batas, tidak semua keinginan bisa menjadi kenyataan."

~LF

***

"Kamu ga keluar juga la?"

"Enggak lo pergi aja kak, gue udah biasa ditinggal."

" Kok kamu ngomongnya gitu? Kakak gasuka dengernya."

"Ya terserah, mau gasuka atau gimana bukan urusan gue juga."

"Kalau bicara yang sopan, dia kakakmu." suara lembut itu menggema di ruangan, memang lembut tapi dengan nada sinis serta tatapan tajam mematikan yang keluar dari matanya.

"Gapapa ma."

"Gabisa sayang, adikmu itu sudah kelewat kurang ajarnya."

"Ma, tapi yang diomongin Shilla itu benar mah."

"Yaudah yuk sayang, kita berangkat."

Sementara itu di tempat dia berdiri, dia hanya bisa menyaksikan kelembutan yang diberikan sang mama pada kakak sulungnya.

Mengepalkan tangannya disamping dengan menggigit pipi dalamnya sebagai peralihan rasa sakit yang menjalar di hati.

"Ma?" Akhirnya suara kecil itu keluar, membuat wanita kisaran 30 tahun itu menoleh menatapnya.

"Apa?" Jawabnya sinis seolah tak mau mendengar suara putri kecil yang selalu merindukan pelukan hangat darinya.

"Aku dan kak Mia sama sama anak mama kan?" Lirihnya dia dekap sendiri, sakitnya dia rasakan sendiri, dan pedihnya malah bertambah bukannya mengurang.

"Kalau ngasih pertanyaan gausah yang aneh aneh Shila! Kamu udah besar bukan anak TK,"

"Shilla tau, Shila tau ma. Tapi bisa ga? Mama memperlakukan Shila sama seperti mama memperlakukan kak Mia?"

"Shilla, kakak—" Belum sempat Mia melanjutkan ucapannya, terlebih dahulu dipotong oleh Nezza.

Gadis itu menunduk dalam, mencoba mengabaikan rasa sakit yang sekarang menjalar di jantungnya.
Menetralkan ekspresi setenang mungkin meski isi hatinya sedang perang.

"Mama bisa, asal kamu jadi seperti kakakmu!"
Setelah kata itu terucap, hening kembali menyelimuti. Sang ibu dan kakaknya pergi untuk acara besar perusahaan.

"Sakit, ma." Ujar Arshilla sambil menahan air mata yang semakin lama semakin menderas, menahan amarah yang sebentar lagi memuncak. Gadis itu hanya diam, menata kembali hatinya agar tak hancur meskipun sudah sangat rapuh.

Flashback on.

"Ini anaknya ya Bu? Cantik sekali seperti mamanya,"

Neza mengangguk, dia mengusap lembut rambut putri sulung yang selalu menjadi kebanggan keluarga.

"Namanya siapa Bu?"

"Mia, namanya Avnamianza byantara,"
Neza dengan bangga menyebutkan marga yang tergantung pada nama anak sulungnya itu.

"Eh? Yang ini juga cantik lho, tapi lebih mirip ke papanya mungkin ya?" Ujar seorang wanita bergaun merah didepan mereka.

"Namanya siapa Bu? Ini anak keduanya kan?"

"Dia anak adik saya, tadi mau ikut ke acara."
Lempeng, dengan wajah datar dan mata yang sedikitpun tak menatap anak kedua yang dia akui sebagai anak adiknya.

Kejam memang, tapi itulah kadar nya.

Flashback off.

"Anak pembawa sial!"
"Anak gatau diri!"
"Murahan kamu Shila!"
"Dia ga sepintar kakaknya!"
"Dia ga secantik kakaknya!"
"Kamu adalah anak yang ga pernah saya nanti!"

Pada kadarnya, seorang anak adalah rezeki titipan yang maha kuasa untuk dijadikan tempat mencurahkan kasih sayang.
Tapi apakah keadilan itu tidak pernah mau memihak gadis ini? Entahlah dia pun tak mengerti.

"Mama pasti akan sayang," Gumamnya mencoba tetap berpikir bahwa sang ibu akan menyayangi nya, namun kapan hal itu akan terjadi dia tak tau pasti. 

*****

Halooo!
See u reeders
Ini adalah cerita yang aku publish ulang karna aku gasuka sama alurnya
So selamat menikmati!!
Maaf kalau kata kata, tanda koma atau peletakan nya ada yang salah

Salam cintaa💐

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang