Baru beberapa jam bergelar sebagai istri, Abigail sudah ingin minta di ceraikan saja. Bagaimana tidak, setelah berdebat karena masalah sepele tadi, Aros tiba-tiba menunjukkan sikap dinginnya yang membuat Abigail ingin menempeleng wajah gantengnya itu.
"Gantung handuk itu, jangan meletakkannya sembarangan." Ujar Aros sambil melirik handuk yang tergeletak di pinggir kasur.
"Iya, nanti." Jawab Abigail. Namun dirinya masih asik bermain handpone di sofa yang terletak di ujung kamar.
"Sekarang!"
"Ck, sabar om. Gatau orang capek apa!"
Mendengar nada tak enak dari Abigail, yang statusnya sudah menjadi istrinya, Aros langsung tersenyum miring.
Dia pikir dia siapa? Berani-beraninya membantah Aros Wijaya.
Oke, untuk kejadian tadi siang, Aros mengakui bahwa dirinya sempat iba melihat istrinya itu. Di acara yang paling spesial, istrinya itu hanya sendirian. Tidak ada satupun yang menemaninya.
Namun jika melihat keadaan sekarang, rasanya Aros benar-benar ingin menghempas tubuh kecil itu. Lalu meremukkannya.
Benar-benar menyebalkan.
"Abigail," panggil Aros. Namun tidak di indahkan oleh Abigail.
"ABIGAIL!"
Tersentak, Abigail langsung berdiri dari tempat nyamannya dan menatap Aros dengan pandangan takut.
"Dengarkan kata-kata saya jika kamu masih ingin hidup nyaman di rumah ini!" Ujar Aros dingin. Lalu Aros berdiri dari tempatnya dan menghempaskan handuk yang terlelak di pinggir kasur itu ke wajah Abigail.
Abigail? Tentu saja langsung menangis ketakutan. Wajah yang bisanya menunjukkan raut bahagia kini berubah menjadi menderita.
"Abi kangen papa."
•••••
Setelah insiden semalam, kini Abigail sangat berhati-hati dalam bersikap. Apalagi status Abigail hanya menumpang di rumah ini. Akan sangat bahaya jika Abigail bertingkah semaunya.
"Abi, kenapa diam saja nak? Tidak suka dengan menunya ya?" Suara lembut itu berhasil membuyarkan lamunan Abigail.
"Eh-- enggak kok tan, su-suka." Jawab Abigail sambil tersenyum kaku.
Jofanka, alias mama Aros, tersenyum lembut melihat tingkah menantunya. "Kok tante sih, panggil mama dong."
"Hah? Em iya tan, eh ma!" Kaku. Masih sangat kaku bagi Abilagil untuk memanggil orangtua Aros dengan sebutan yang sama.
"Abi mau makan sama apa sayang? Biar mama ambilkan." Jofanka bangkit dari tempat duduknya lalu mengambil alih piring Abigail yang masih belum terisi apapun.
Abigail ikut bangkit dari tempat duduknya. "Gak usah repot-repot ma, biar Abi ambil sendiri aja."
"Enggak! Pokoknya mama yang ambilkan!" Kekeh Jofanka.
Saat Abigail ingin membalas ucapan Jofanka, ekor matanya tak sengaja melihat kearah Aros yang sedang menatapnya dengan tajam. Tatapan itu seakan-akan mengatakan bahwa dirinya tidak boleh membantah.
Oke. Cari aman.
Mau tidak mau Abigail membiarkan Jofanka yang mengambilkan makanan untuknya. Sedikit terharu sebenarnya. Karena sudah belasan tahun silam dia tidak pernah merasakan perhatian dari sosok ibu. Dan baru sekarang Abigail merasakannya lagi.
"Terimakasih banyak ma," ucap Abigail dengan nada sedikit serak.
Jofanka pun langsung tersenyum sambil mengelus puncak kepala Abigail dengan lembut. "Sama-sama sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MOMMY
RandomTidak terbayangkan sebelumya oleh Abigail Natusya bahwa dia akan menikah dengan seorang duda. Apalagi sosok duda yang akan menjadi suaminya itu seperti tipe-tipe duda incarannya. Eist! Bukan berarti Abigail dengan senang hati menerima kenyataan it...