Chap 12 : Sang Tokoh Utama Wanita dan Pusing Kepala Jeongin

111 17 9
                                    

Insiden diculiknya Jeongin tidak merubah apapun—bahkan tidak mempengaruhi kejiwaan Minho, sepertinya. Buktinya Minho tidak ada tiba-tiba datang ke Nares atau menculik Jeongin seperti adegan yang dia lakukan biasanya. Jeongin jadi bertanya-tanya, mengapa ada perubahan sebesar ini pada Minho. Perlu kita ingatkan bahwa Minho kalah dari Hyunjin jadi mau tidak mau laki-laki itu harus membiarkan Hyunjin mendekati adiknya. Yah, walaupun dia agak tidak rela.

Hyunjin di ibu kota Corti pasti berteriak bahagia karena bebas mendekati Jeongin plus mendapatkan tambang batu mulia milik Minho.

Namun walaupun Minho tidak lagi berisik, kini Jeongin malah ditemani oleh Karina. Gadis cantik itu setelah menyatakan ingin menjadi kesatria pribadi Jeongin mulai sering mengikuti laki-laki rubah itu. Mana Karina benar-benar menjadi kesatria yang memilih berdiri dibelakang Jeongin daripada menemani laki-laki itu duduk tenang sambil minum teh. Jeongin menghela nafas dalam.

"K, mending kamu duduk disebelahku, kita bicarakan tentang kemarin," ujar Jeongin sambil mempersilakan Karina duduk di depannya. Karina nyaris menolak sampai perintah Jeongin terdengar, "Duduk. Ini perintah."

Karina menurut dan duduk dihadapan Jeongin. Jeongin perhatikan bagaimana anggunnya Karina saat duduk dan mengangkat cangkir tehnya yang sudah diisi oleh pelayan. Yakali gadis se sempurna ini menjadi kesatrianya. Jeongin harus meluruskannya. Karina jika mau bisa menjadi sosok yang lebih hebat daripada sekadar menjadi kesatria untuk anak petakilan macam Jeongin.

"Kamu kenapa mau jadi kesatria ku?" tanya Jeongin setelah Karina meletakkan tehnya.

"Karena kejadi—"

"Jawab jujur, K," Jeongin merasa ada latar belakang tersendiri mengapa Karina mengambil langkah ini.

Karina tampak berpikir sejenak, mungkin dia mempertimbangkan Jeongin layak tidak dia bagi rahasianya. Jeongin memindai lagi perilaku Karina yang tampak ragu mengutarakan perasaannya. Jika memang ada kemiripan antara cerita manhwa dengan dunia ini maka Jeongin tau alasan sebenarnya. Sebelum Karina memantapkan hati memilih Hyunjin, ia memang bercita-cita menjadi kesatria perempuan karena keturunan ibunya. Karina sejak kecil sudah tertarik silsilah dan budaya keluarga Ibunya yang seorang kesatria hebat. Ayah Karina yang seorang perdana mentri lebih bagus pada bidang ekskta, ilmu politik, dan sejarah. Karian dipaksa mempelajari hal berat seperti itu padahal dia senang bersenang-senang di lapangan pedang.

"Yasudah deh, aku gak mau paksa kamu kalau kamu masih belum mau terbuka, aku cuman mau kamu gak terbeban aja. Aku berusaha paham, kamu merasa sangat bersalah atas kejadian kemarin namun itu semua sudah terjadi dan aku baik-baik saja. Bukan kamu atau Pangeran Corti yang harus disalahkan karena yang salah jelas penyihir yang mengincar kita—dan mungkin sialku saja."

Jeongin mengulurkan tangannya menggenggam tangan Karina yang meremat cangkir teh kencang. Jeongin perlihatkan raut wajah gemasnya agar Karina paham bahwa perasaan bersalahnya tidak beralasan. Jeongin dalam kondisi baik, semua aman, dan penyihir itu berhasil ditangkap. Semua masalah selesai jadi Karina tidak perlu merasa sedih atas kejadian kemarin. Lihatkan, Jeongin jelas tidak berniat membuat Hyunjin baper loh dengan pegangan tangan. Jeongin adil.

"Kamu juga kan masih jadi presentative kerajaan Olcavirius untuk kerajaan Corti—"

"Aku gak mau jabatan seperti itu, J." Yes, akhirnya Karina mau membuka mulut. "Aku mau jadi diriku sendiri."

"Gak apa, kalau mau cerita-cerita aja, nanti aku bantuin ngomong deh ke ayahmu dan Yang Mulia Raja," aduh udah berani aja nih Jeongin melawan sosok-sosok besar di kerajaan Olcavirius. Tenang, Jeongin bisa memanfaatkan Minho untuk merayu Yang Mulia Raja Olcavirius.

Karina tersenyum mendengar perkataan Jeongin yang berusaha menenangkannya. Yah, dia juga tidak akan menolak jika memang Jeongin akan menolongnya kelak.

"Aku suka pedang daripada ilmu politik tapi ayah tidak suka dengan ide itu karena aku perempuan." Ternyata ada kesamaan antara manhwa dengan dunia nyata. "Aku suka sekali dengan ilmu pedang, mereka indah seperti menari tapi lebih kuat."

Hanya Figuran yang Mengagumimu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang