02

11 3 0
                                    

"Hehe.. Bukan aku kok yang ngajak pacaran, beneran deh. Rafael duluan, Mah." Katanya. Ia takut Mamah nya memikirkan tidak tidak karena Ia berpacaran.

________________

"Rafael ya?" Tanya Lestari.

"Iya, Tan." Rafael menyalimi tangan Ibu Nabila yang berada didepannya.

"Duduk dulu sini nak Rafa." Ujar Lestari.

"Saya pamit aja, te." Pamit Rafael.

"Oh.. Yasudah. Nabila! ini Rafael nya dianterin dulu kedepan." Panggil Lestari. Fyi, Nabila sempet ke kamarnya bentar ya.

"Iya Mah." Sahut Nabila. Dirinya turun dari tangga dan menghampiri Rafael.

"Kamu anterin dulu Rafael nya kedepan. Mamah mau ke dapur,"

"Oh iya, maafin tante ya nggak bisa nganter kedepan." Lanjut Lestari. Setelah mengucapkan itu, Lestari pun beranjak ke belakang alias dapur.

"Ayo." Ajak Nabila.

"Mn."

Saat sudah didepan gerbang, Nabila berhenti. Ia melihat Rafael yang menaiki motornya. Saat sedang memperhatikan, Rafael melambaikan tangannya seperti menyuruhnya untuk mendekat.

Nabila menurut, "Kenapa? Ada yang ketinggalan?" Tanya nya.

"Nggak, biar lebih deket aja." Katanya.

"Gajelas banget kamu, El. Daritadi juga begitu."

Rafael pun memakai helm nya dan berpamitan kepada kekasihnya.

___________________

"Huh.. Capek banget." Keluh nya.

Nabila saat ini berada dikamarnya, ia berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia malu untuk masuk bersekolah besok.

Ah, ini semua gara-gara Rafael! Kenapa harus sih? Apalagi di tengah lapangan luas dengan dilihat banyak orang. Memikirkan hal tadi membuatnya pusing.

"Rafael, ya? Orang yang aku suka beneran nembak aku? Apa ini cuman akal-akalan aja?" Tanya nya pada diri sendiri.

Memang betul. Sudah dari lama Nabila menyukai Rafael secara diam-diam, bahkan para Sahabat nya pun tidak tau.

Lagian siapa coba yang tidak menyukai Rafael? Adek kelas, seangkatan, bahkan sekolah lain turut menyukai Rafael.

Ia menyukai Rafael sejak menduduki kelas 11. Pertama kalinya ia menyukai seseorang.

Disaat itu dirinya sedang ber istirahat bersama teman-temannya dan saat itu lah dirinya melihat Rafael. Menurutnya Rafael adalah tipe tipe idaman minusnya ia tidak suka Rafael yang terlalu Friendly, apalagi Rafael suka menggantung perasaan orang lain.

Ia adalah murid pindahan. Kota kelahirannya adalah Surabaya, lalu dirinya pindah ke Jakarta. Beralasan dia pindah adalah karena pekerjaan Ayah dan juga Ibunya. Ibunya yang membangun sebuah toko Roti diKota itu dan Ayahnya yang mendapatkan kerja disana, Jadi mereka bertiga pindah ke jakarta.

Back to topik

Nabila tak memusingkan itu. Dirinya pun bergegas menuju kamar mandi untuk mandi tentu saja.

20 menit berlalu

Nabila sudah menyelesaikan acara mandinya. Ia memakai Piama Tidur berwarna hijau (matcha).

Tidak lupa Nabila mengeringkan rambutnya menggunakan pengering rambut (Hair Dryer), ia mengeringkan rambutnya dimeja rias. Sambil mengeringkan, dirinya juga membuka handphone dan mengecek grup teman-temannya yang mulai ramai.

*disini aku ngga nunjukin chat-chat an nya, maaf banget.

Digrup itu Lia, Niken, dan Fia terus saja membahas persoalan dirinya dan Rafael.

Mengeringkan rambut sudah selesai, Nabila melanjutkan dengan menabur bedak diwajahnya tidak terlalu tebal dan tidak lupa juga, Nabila menggunakan lip balm agar sedikit cerah.

Setelah selesai dengan semuanya. Ia beranjak dan pergi menuju ruang makan untuk makan malam.

Nabila sampai. "Mah, Masak apa?" Tanya Nabila.

"Kamu ini ya! Bukannya bantu Mamah, malah asik asik-an dikamar." Omel Lestari.

"Hehehe.. Maaf, tadi aku ketiduran, bangun bangun udah mau Maghrib."

"Yaudah sana ke meja aja langsung." Suruh Lestari.

Mengangguk. Ia pergi dan berjalan ke meja makan. Dirinya melihat Ayahnya yang sedang menunggu dengan handphone yang dipegangnya.

Ia menarik salah satu kursi dan menduduki nya.

"Ayah udah daritadi?" Tanya nya.

"Iya, mamah kamu kemana bil?"

Baru saja dibicarakan. Lestari sudah muncul dengan membawa makanan. (Makanan yang dibawah Mamah nabila ngga begitu banyak yaa. Sebagian udah ditaruh duluan dimeja makan nya."

Sambil menata, Lestari berujar. "Yah, Anak kita udah punya pacar ternyata, Curang banget nggak ngasih tau ke Mamah. Mana cakep lagi." Ujar Lestari.

Ayahnya menoleh kearah nya. "Kamu udah punya pacar bil? Kok nggak bilang sama kita dulu."

"Tadi pagi aku diajaknya. Pas istirahat, mana tepat ditengah lapangan, malu banget aku buat masuk besok." Keluh nya. Demi apapun rasanya ingin absen besoknya.

"Kenapa malu? Kamu aja nggak ambil pacar orang lain." Kata Gusdur Ayahnya.

"Emang siapa namanya? Kenalin sini sama Ayah."

"Namanya Rafael. Dia seangkatan sama aku, anaknya emang ganteng sih.. Tapi ya gitu, aku aja tadi pas abis ditembak langsung ditatap gaenak sama perempuan-perempuan yang suka sama Rafael." Ujarnya.

"Oalah.. Kamu gak mau masuk besok karena itu?" Ucap Lestari.

"Karena apa, Mah?" Tanya Gusdur.

"Ya itu.. Ditatap-tatap."

"Jangan diurusin orang kayak gitu, bil. Lagian kamu nggak nyolong, kenapa harus malu."

"Tetep aja aku malu. Udah ah, liat besoknya aja." Ucap Nabila.

Setelah itu mereka makan dengan khidmat, tak lupa juga untuk membaca doa makan.

10 menit berlalu. Mereka makan dengan tenang tanpa terburu-buru, lagi pun setelah ini mereka akan pergi ke kamar masing-masing.

"Aku udah selesai Mah." Ucap Nabila, ia menaruh peralatan makannya.

"Sebagai gantinya karena tadi aku nggak bantu Mamah, aku aja yang cuci piring." Lanjutnya.

"Yaudah, Mamah bantu taruh ke tempat cuci-an nya."

Nabila mengangguk. Ia membawa piring kotor dibantu oleh Mamahnya. Setelah itu, dirinya mulai mencuci piring piring kotor sambil bersenandung. Apapun lagu nya, ia tetap menyanyi, yang terpenting adalah ia hafal lagu tersebut.

Beberapa menit berlalu ia sudah menyelesaikan acara cuci piringnya. Dirinya pun pergi menuju ke kamarnya.

Ruangan lain terlihat sepi karena Mamah dan Ayahnya Nabila memang sudah pergi ke kamar.

Nabila sudah terbiasa seperti ini, dirinya tidak merasa bahwa ia terabaikan oleh kedua orang tua nya. Ia sadar kalau kedua orang tua nya lelah sehabis bekerja, uang uang itu lah digunakan untuk membiayai dirinya sekolah. Jadi, daripada mengganggu, lebih baik ia diam.

Saat sudah sampai dikamar, Nabila merebahkan diri.

Menatap langit-langit kamar. Ia berharap ini adalah mimpi. Tidak peduli dengan hubungan nya bersama Rafael meskipun ia menyukainya.

Nabila adalah tipe orang yang jika menyukai seseorang dengan diam, tidak melakukan apapun.

Seakan terbawa mimpi, dirinya pun terlelap dalam tidur.

Tertidur tanpa memikirkan apa-apa. Tetapi, Nabila berharap esoknya ia terbangun dalam keadaan tidak terjadi apa-apa.

Berpikir bahwa sekarang hanya lah mimpi.

Nabila, R.F ; I Love Her But She Loves Someone ElseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang