nana-!

298 34 0
                                    

Kanghoon dan Soobin baru saja tiba di sebuah toko donat yang kakak ipar Soobin rekomendasikan. Katanya, meski belum lama dibuka, pelanggannya sudah sangat banyak. Selaris itu. Dan oke, Soobin mengakuinya ketika ia melihat toko donat tersebut, hanya dua jam setelah dibuka, sudah ramai. Oh, ditambah faktor ini adalah hari Minggu.

Sementara Soobin mencerna keramaian di hadapannya, Kanghoon sudah lebih dulu ngacir masuk. Ia sudah penasaran dengan donat blueberry yang Soyi deskripsikan sebagai donat terlezat di sana.

Menarik napas panjang, Soobin akhirnya ikutan masuk. Aroma donat yang baru saja selesai diolah, menyapa indra penciuman Soobin. Memang dasarnya ia juga suka roti.

Dan ternyata tidak hanya donat, mereka juga menyediakan beberapa macam minuman yang cocok disandingkan dengan donat.

Soobin mengambil sebuah nampan dan mengikuti anaknya berkeliling. Meminta berbagai macam donat.

"Daddy tidak tanggung jawab kalau berat badan mu naik drastis." ujar Soobin yang melihat anaknya mengambil dua donat dengan lelehan coklat sebagai topingnya.

Kanghoon mendongak menatap ayahnya.

"Grandma bilang, aku tampan apa adanya."

"Tapi, mungkin teman-teman mu akan mulai mengejekmu gendut."

"Aku tidak peduli, karena aku akan tetap tampan." Kanghoon mulai berbalik dan kembali menyampaikan pandangannya untuk mengincar donat lain.

Tapi, Soobin sepertinya masih ingin adu mulut dengan anaknya.

"Beomgyu-ssaem mu itu mungkin akan menjauhimu. Dia terlihat bukan tipe orang yang suka dengan orang gendut, fufu~"

Langkah Kanghoon terhenti, ia berbalik. Soobin menebak anak itu akan mengumpatinya. Anak kecil itu sungguh pintar merekam setiap kata kasar yang keluar baik sengaja maupun tidak dari mulut Soobin.

"Oh, iya! Kita juga harus membelikan Beomgyu-ssaem donat! Kira-kira seonsaengnim suka donat rasa apa ya?"

Dan di luar perkiraan Soobin.

"Daddy tau tidak?"

Soobin mengendipkan matanya beberapa kali. "Hah? Mana daddy tau, kan kamu yang sering menghabiskan waktu dengannya."

Kanghoon menjentikkan jarinya.

"Benar juga! Kanghoon tau! Let's go! Kita pilih donat untuk Beomgyu-ssaem!"

Soobin hanya menghela napas, ia menyempatkan diri mengambil nampan lain karena nampan yang ia bawa sudah penuh. Well, ia suka ide Kanghoon. Sudah lama tidak mendekati siapapun, Soobin lupa cara mendekati seseorang.

Ekhem.

Lama mereka memilih berbagai donat, Kanghoon dan Soobin akhirnya keluar dari toko donat tadi dengan dua paperbag berisi masing-masing satu kotak donat. Satu milik Kanghoon, satu lagi akan diberikan pada Beomgyu.

Ketika Soobin sudah siap tancap gas menuju tempat tinggal Beomgyu, ia baru teringat sesuatu.

"Tunggu, memang Beomgyu seonsaengnim sedang di rumah? Ini hari Minggu, apa kemungkinan dia keluar?"

Semangat Kanghoon dirusak oleh Soobin. Ia menatap kesal pada ayahnya.

"Ya tanya, Daddy."

"How?"

"Telepon? Pesan?"

Soobin memasang wajah dungunya. Oh, astaga. Sudah berapa bulan ia mengenal Beomgyu dan ia sama sekali belum meminta nomor guru kesayangan Kanghoon itu. Soobin sungguhan lupa cara pendekatan memang.

•Hiraeth• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang