Pelajaran bagi para Pengkhianat!

10 7 0
                                    


"Iya-iya. Lo gak bisa becanda banget, sih. Jadi, gue di sini karena gue gak bisa jauh dari Ian, dan Lara juga butuh Irene buat jadi teman ceritanya!" ucap Natan.

"Jadi gitu," balas Zion sambil menganggukkan kepalanya pelan. Suasana di Markas Vodafone hening sejenak. Namun, beberapa saat kemudian, suara keras Aiba memecahkan keheningan tersebut.

"Keluarin mereka berdua!" ucap Aiba keras. Setelah mendapat telepon dari Irene, emosi Aiba kembali tersulut. Ais dan Natan, langsung masuk ke dalam ruangan kedap suara yang mereka gunakan untuk rapat tadi. Zion dan Jean hanya diam melihat mereka. Sedangkan anggota Vodafone yang lain, sudah siap untuk memberikan mereka pelajaran.

"Ahk! Sakit!" jerit Zanzika yang ditarik paksa oleh Ais dengan wajah dinginnya. Ian hanya terkekeh melihat ekspresi Ais.

"Erin bahkan lebih sakit!" sarkas Ais kepada Zanzika. Zanzika hanya memasang wajah takutnya, setelah melihat tatapan dingin Ais.

Brakk!

Mike tersungkur di tengah-tengah Markas Vodafone yang dikelilingi oleh anggota yang lain. Mereka menatap Mike dengan tatapan menusuk.

"Lo sadar gak, apa yang udah lo lakuin?" tanya Natan kepada Mike. Mike salah satu anggota kepercayaan Natan. Aiba adalah ketuanya, Natan dan Ian adalah pemimpin pasukan mereka, lalu Lara dan Irene yang menjadi penyusun strategi mereka. Higra dan Grillo merupakan tangan kanan Natan dan Ian. Sedangkan Mike, ia adalah orang kepercayaan Natan. Erin, Zanzika dan beberapa gadis lainnya yang ada di Vodafone adalah anggota Lara dan Irene.

"Kurang apa gue?" tanya Aiba kepada Mike. Selain orang kepercayaan Natan, Mike merupakan salah satu orang yang direkrut Aiba. Ia menemukan Mike tengah terluka di tepi jalan beberapa bulan yang lalu. Mike hanya diam mendengarkan mereka.

"Lo rusak kepercayaan gue!" ucap Natan lagi. Zion dan Jean hanya diam dan menyaksikan semuanya.

"Bukan gue yang akan hukum lo, tunggu aja!" ucap Ais kepada Zanzika yang juga terduduk di tengah-tengah mereka semua.

"Lo masih sadar, karena gak kasih tau di mana Markas Vodafone, tapi lo juga udah kelewatan, karena udah kasih informasi ke mereka!" tekan Ian.

"Lo lupa atau lo pura-pura lupa, lo tau gimana usaha gue buat tetap pertahanin Vodafone!" ucap Aiba lagi.

"Terus, apa gunanya gue?" tanya Mike balik.

"Tugas gue cuman satu! Jaga markas terus menerus! Gak pernah sekali pun lo percaya gue buat terjun langsung!" sambung Mike lagi.

"Lah, gue suruh lo jaga markas, karena gue percaya sama lo. Selain itu, lo juga udah jadi orang kepercayaan Natan dan lo sendiri tau, apa posisi Natan di sini!" balas Aiba tidak percaya.

"Ternyata ini alasan dan balasan lo buat gue. Gue gak nyangka!" sambung Aiba lagi. Mike terdiam mendengarkan ucapan Aiba.

"Kita gak boleh biarin mereka keluar gitu aja," ucap Gibran yang sudah menahan emosinya sejak tadi.

"Bener banget!" balas Rose.

"Mereka gak mungkin keluar dari sini tanpa luka, tunggu aja!" ucap Natan menatap Mike rendah.

"Bisa-bisanya lo tampak biasa aja, pas mereka balik dengan luka yang parah!" ucap Alkhi.

"Ya, itu mereka yang bodoh! Bisa aja kan mereka lari. Kenapa juga diladenin!" balas Zanzika.

"Lah! Gak tau tempat lo sekarang?! Kakak gue luka karena lo, bangsat!" umpat Nara emosi. Darkara Satriga dan Anara Satriga adalah saudara kandung. Mereka berdua di rekrut Aiba dari Panti Asuhan dan memberikannya tempat untuk berkerja di Cafe yang mereka bangun.

"Syuut! Udah," ucap Kara menenangkan adiknya.

"Gak tau lagi gue mau apa," ucap Aiba menatap keduanya lelah. Ia tidak menyentuh mereka berdua, karena Lara dan Irene yang memintanya melalui sambungan telepon tadi. Makanya, Aiba menyuruh Natan dan Ais mengeluarkan mereka dari ruangan kedap suara.

"Darah dibalas darah! Nyawa dibalas nyawa!" ucap Lara penuh emosi. Ia baru saja sampai dan masuk ke dalam markas bersama Irene yang menatap Zanzika nyalang.

Brak!

Mike lagi-lagi tersungkur saat Lara melanyangkan tendangannya secara langsung. Jean terkejut bukan main, setelah melihat wajah Lara yang berbeda dari biasanya. Ian meringis melihat tatapan menusuk adiknya. Setelah beberapa bulan terakhir, baru kali ini lagi, ia melihat tatapan tersebut.

"Kepercayaan gue lo hancurin, bangsat!" umpat Irene yang dipenuhi emosinya. Zion yang sejak tadi diam angkat bicara.

"Mending lo pada kelarin ini di luar, dari pada di dalam sini! Semuanya bakal ancur!" ucap Zion memberi salam.

"Gue tadi udah bilang, mereka gak akan keluar dari markas ini, tanpa luka!" balas Aiba.

"Yaudah, terserah," balas Zion pula dan kembali terdiam.

'Melvin! Gue jamin lo bayar semuanya!' batin Zion menahan kesalnya.

Mike tidak tinggal diam, setelah tersungkur kembali, ia membalas semua serangan Lara. Natan masih diam melihat keduanya dengan emosi yang tertahan.

"Nara! Sini, balas luka yang ada di dapetin kakak lo!" pinta Irene yang menahan Zanzika yang ingin berontak. Nara yang sudah menunggu sejak tadi, langsung maju dan membalas luka yang didapatkan oleh, kakaknya. Kara hanya menghembuskan nafasnya saat melihat Nara memberi pelajaran kepada Zanzika.

"Ahk! Sakit bego! Lo mau bunuh gue!" jerit Zanzika menahan rasa sakit yang diberikan oleh Irene dan Nara. Setelah beberapa saat, Nara menjauh dari Irene dan Zanzika. Nara bergidik ngeri saat merasakan aura di sekitar Irene berubah.

"Mati lo!" tekan Irene dengan tatapan kosong, kedua tangannya kini mencekik leher Zanzika.

"Ahk!" jerit Zanzika pelan, nafasnya perlahan sesak saat Irene terus mencekiknya dengan keras. Ian yang tersadar dengan tatapan kosong Irene, langsung bangkit sangat menarik adiknya.

"Udah!" ucap Ian yang baru saja menjauhkan Irene dari Zanzika. Zanzika kehilangan kesadarannya setelah beberapas saat dicekik oleh Irene.

"Gak bisa! Erin koma di rumah sakit sekarang!" balas Irene dengan tatapan kosongnya.

"Udah! Erin gak papa, kok," ucap Ian memeluk adiknya. Ia harus ditenangkan secepatnya. Jika tidak, Zanzika benar-benar akan mati. Aiba hanya diam dan menyerahkan semuanya kepada Lara dan Irene.

Brak!

Natan dan Jean langsung menerjang Mike saat Lara tersungkur karena tendangannya. Natan yang sejak tadi menahan amarahnya dan Jean yang tanpa sadar bergerak. Saat itu juga, kesadaran Mike menghilang. Di saat tubuhnya diterjang dengan keras oleh Natan dan Jean. Zion terkekeh melihat Jean yang bergerak tanpa sadar. Parah anggota lainnya juga terkejut melihat Jean langsung menerjang Mike. Sedangkan Lara, ia terduduk sambil mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal, dengan tangan yang terus memengangi perutnya yang terasa nyeri.

"Gibran, Alkhi, bawa mereka berdua ke depan markas Black Wolf tengah malam nanti!" pinta Aiba saat melihat keduanya sudah kehilangan kesadarannya. Keduanya menganggukkan kepala mereka mengerti.

Lara yang telah berhasil mengatur nafasnya, terkejut bukan main saat melihat Jean menatap Mike dengan tatapan menusuk. Ia kembali menatap sekelilingnya dan akhirnya menemukan sosok Zion yang duduk manis di salah satu sofa yang ada di sana.

***

"Darah dibalas Darah, Nyawa dibalas Nyawa. Jangan pernah menganggap remeh dan lemah satu kehidupan! Jika iya, maka aku akan membiarkanmu merasakan hal yang sama!"

~ Lara Houston dan Natan Houston ~

ZION  (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang