Chapter 11

92 23 4
                                    

Minggu depan merupakan ujian akhir.

Akhirnya dua bulan singkat yang dijalani Ryuichi selama ini akan berakhir saat ujian besok. Kemudian, dia akan dengan senang hati mengucapkan selamat tinggal pada yang namanya sekolah.

Huuh...

Kembali ke sekolah memang menyenangkan dan sangat nostalgia apalagi jika kau adalah seorang bujangan tanpa teman yang hidup sendirian selama bertahun-tahun.

Ryuichi memang pernah merindukan suasana sekolah dan teman-temannya dulu. Tapi setelah pindah ke kota mereka mulai jarang berhubungan dan tidak pernah saling menghubungi lagi.

Tanpa terasa teman berubah menjadi kenalan. Kemudian berubah menjadi orang asing yang dilupakan. Kenangan semasa sekolah hanya akan terkubur di sudut ingatan masing-masing orang.

Setiap hari Ryuichi selalu terlihat sibuk. Dia sekolah di pagi hari, kemudian bekerja di malam hari. Waktu tidurnya sangat singkat dan biasanya dia malah akan mengutak-atik perangkat ponsel daripada tidur untuk istirahat.

Semakin hari wajahnya semakin terlihat mengerikan akibat dari aktivitas penuh itu. Tubuh seorang manusia umumnya tidak akan sanggup untuk menahannya. Dan Ryuichi juga menyadari jika hanya perlu sedikit waktu lagi untuk membuat tubuhnya tumbang.

"Kau boleh mengambil cuti."

Ryuichi tertegun pada kata-kata Sergei. Pria asing itu mengangkat matanya. "Kenapa, kau tidak mau?."

"Tidak, hanya saja hah....," Ryuichi tertawa canggung.

"Sebenarnya aku juga ingin mengajukan cuti. Aku ada ujian kelulusan Minggu besok. Jika bisa aku ingin bekerja lagi saat setelah ujian. Yah, aku masih ingin mendapatkan ijazahku. Karena mungkin juga ini ijazah sekolah terakhirku." Ryuichi menggosok lehernya dengan ragu.

"Kau tidak ingin melanjutkan ke universitas?."

Ryuichi mengangkat bahu. "Tentu saja, jika aku punya kesempatan. Tapi kau tahu keadaanku dan keluargaku, Sergei-san."

Melihat reaksinya Sergei diam dan tidak melanjutkan pertanyaan. Lagipula Ryuichi memang yatim piatu. Dan anak itu masih punya dua adik di rumah. Tunjangan yang di berikan pemerintah mungkin cukup tiga orang itu untuk makan sederhana.

Tapi mengingat perilaku dua adiknya. Dana tunjangan itu mungkin akan segera habis bahkan sebelum berganti bulan. Jangankan memberi makan tiga orang, bahkan sekolah dua adiknya juga bergantung pada bantuan yatim-piatu.

Jadi tidak mungkin Ryuichi punya kesempatan untuk pergi ke universitas. Meskipun anak itu memang punya kemampuan, tapi dengan dua adiknya itu, sama saja dengan meletakkan jangkar pada sebuah perahu.

"Sekarang pulanglah, belajar yang rajin." Sergei melambaikan tangannya.

Ryuichi membungkuk, "Terima kasih Sergei-san."

Dengan senang hati Ryuichi pulang, beristirahat dengan baik kemudian belajar untuk mempersiapkan ujian.

Tiga hari kemudian, pada hari Senin. Seperti anak-anak kelas tiga yang lain, Ryuichi sudah siap untuk pertempuran.

Selama seminggu semua orang terlihat sibuk dan tidak satu pun yang menganggu Ryuichi sama sekali. Tapi setelah ujian terakhir berakhir, saat pulang sekolah Ryuichi didatangi oleh Aiko.

Ratu sekolah yang segala keinginannya harus dituruti, katanya. Jika tidak maka perempuan ini akan membawa serta segerombolan anjingnya untuk mengganggu orang lain setiap hari.

"Kelas mengadakan pesta malam ini sebagai perayaan selesai ujian. Apa kau mau ikut?." Aiko menyangga satu tangan di pinggangnya. Entah sengaja atau tidak sengaja menggunakan postur untuk menunjukkan betapa memukau bentuk tubuhnya.

Menjadi Pengasuh [Tokrev]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang