PROLOG : Si Lentik

4 0 0
                                    

Happy Reading! 🎧

Artheo William memang nama pemuda itu, namun karena mata indahnya, aku lebih suka memanggilnya Si Lentik. Pemuda itu memang bukan siapa-siapa dikehidupan ku, tapi saat aku menatap kedua manik itu, aku seperti kembali pada masa lalu. Masa lalu yang entah memang benar atau tidak, yang pasti aku tidak pernah memikirkan hal itu lebih lanjut.

Si Lentik ini gemar sekali membaca buku di Rooftop sebuah gedung tua- yang entah sejak kapan gedung itu sudah tidak terpakai lagi. Entahlah, aneh memang, tapi si Lentik memang sangat berbeda dari pemuda yang lain.

Aku baru mengetahui namanya sekitar 2 hari yang lalu, jadi aku sudah sedikit terbiasa jika harus menyebut pemuda itu dengan panggilan nyeleneh yang kubuat. Tapi aku suka itu. Aku tidak pernah melihat si Lentik berbicara satu kali pun. Aku pernah satu kali berusaha untuk berbincang ringan dengannya- walaupun hanya sekadar basa-basi belaka. Tapi dia hanya menanggapiku dengan tersenyum lalu pergi meninggalkanku begitu saja. Sungguh tidak sopan!

Tentang apa yang sudah aku ketahui tentangnya tidak banyak tapi juga tidak sedikit. Aku sudah tau di mana dia tinggal, di mana dia bekerja, dan di mana dia biasanya menghabiskan waktu luangnya. Kalian tidak perlu berharap lebih padanya, karena ia hanya akan membaca buku di sebuah Rooftop gedung tua seperti yang aku katakan tadi. Apakah hanya itu? Ya. Sepanjang aku memperhatikannya, kehidupannya cukup monoton. Hanya itu-itu saja yang dia lakukan.

E- maaf jikalau aku terlihat seperti spy, ya, tapi karena sudah seringnya aku memperhatikannya dari jauh, sepertinya si Lentik juga sudah mulai terbiasa. Tapi aku yakin 100% kalau dia merasa tidak nyaman aku mata-matai seperti ini. Tapi ya gimana, ya? Aku tuh-

Hei! Si Lentik menutup bukunya!

"Ini sudah pukul 17.25, apakah kamu masih akan tetap menungguku selesai membaca di sini?" Dia sedang berbicara pada siapa? Apa mungkin dia hanya sedang bermonolog sendiri? "Itu kamu, yang sedang memegang dan memperhatikanku melalui Teropong besar." Si Lentik berbalik badan, aku masih belum tau dia berbicara dengan siapa, karena di sekitarnya tidak ada siapapun. Dia berjalan kearahku! Aku harus cepat-cepat kabur dari sini sebelum-

"Kamu sudah lebih dulu ketahuan, apakah kamu mengira aku gila karena aku berbicara sendiri?" Si Lentik mengambil Teropong dari tanganku, dan ia gunakan untuk melihat-lihat keadaan seluruh penjuru kota kelahiranku dan mungkin juga kota kelahirannya.

Tapi setelah semua itu, aku baru bisa menyadari kalau si Lentik baru saja berbicara padaku. Aku ulangi, SI LENTIK BARU SAJA BICARA PADAKU! DIA MENGAJAKKU BERBICARA! JADI DIA TIDAK BI-

"Apakah kamu pernah berpikir kalau aku ini adalah seseorang Tuna Wicara? Maaf jika aku tidak pernah berbicara denganmu sebelumnya," Si Lentik tersenyum kearahku. "Kamu.. Tampan." Ucapku tak sadar, tapi setelah mengatakan itu aku langsung menutup mulut dengan kedua tanganku rapat-rapat. Apa yang baru saja kamu katakan?! Arghh..!! Sekarang pasti aku terlihat seperti seorang yang sangat bodoh!

Tapi si Lentik justru tertawa yang sepertinya karena kebodohanku yang terlihat sangat natural. Tapi aku tidak bohong, dia memang benar-benar sangat tampan bak Pangeran dari negeri dongeng. Oh aku ingat, aku pernah dibacakan dongeng itu oleh Ayah sebelum aku tidur dulu. Katanya seorang Pangeran tampan hanya akan datang jika sang Putri tengah tertidur, dan Pangeran itu akan mencium kening dari sang Putri untuk ia tandai bahwa sang pendamping hidupnya berada di sini, di kamar sang Putri. Walaupun itu hanya cerita dongeng, tapi aku berharap dongeng itu menjadi kenyataan suatu saat nanti. Ya, semoga saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang