Nabila membuka tabungan dan menghitungnya, seulas senyum manis menandakan apa yang ia inginkan akan tercapai.
" Ya Allah, Alhamdulillah salah satu wish list aku bakalan ke capai "
________________Dilain tempat Rony tengah merasa kesehatannya drop. Akhir-akhir banyak pressure yang mengakibatkan dirinya merasa lebih mudah lelah dan tidak enak badan.
" Lu kenapa Ron, muka lo pucet banget. Lagi cosplay Lo " tanya Paul sembari menautkan alisnya.
Rony hanya bergeming dan terus menelungkupkan kepalanya di tangan. Dia benar-benar merasa tidak nyaman dengan tubuhnya.
" Mau Nabila " ucap Rony terdengar lirih
Paul yang tengah minum teh manis tersedak sendiri bahkan beberapa percikan air mengenai Rony yang tengah menatapnya tajam.
Paul kikuk, tidak mudah menenangkan harimau yang baru saja terusik.
Rony menunjuk Paul dan berkata " lo " belum sempat melanjutkan perkataannya Paul sudah siap dengan handphone nya yang tengah melakukan panggilan pada seseorang yang di sebutkan Rony tadi.
" Iya kenapa ka Paul " tanya Nabila dengan suara yang cukup keras karena di loud speaker.
" Sini Nab, ada yang mau lo katanya "
" Mau aku? Buat apa? Aku bukan sesuatu yang termasuk kategori makanan dan minuman bahkan barang "
Paul memukul punggung Rony, karena melihat temannya itu tengah tersenyum geli mendengar penuturan Nabila.
" Sini Nab, aku butuh kamu " ucap Rony mengambil alih handphone Paul.
" Aku bakalan berusaha ada buat siapapun, tapi kalo aku lagi butuh kamu, apa aku bisa buat minta tolong ?" Lirih Nabila
______________Nabila keluar rumah dengan sepeda motor yang kerap ia gunakan. Sebelum menjenguk Rony ia memilih untuk membeli sesuatu yang akan ia jadikan bentuk empati nya kepada Rony.
Nabila memilih membeli vitamin, buah serta beberapa snack. Dan jangan lupakan wallens ia membeli untuk dirinya sendiri.
Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai di kediaman Rony. Sebuah rumah yang sangat terlihat manis.
" Aku punya rumah. Tapi yang aku rasakan gak pernah ada warna dan peran orang tua yang semestinya aku terima "
Nabila menekan bel dan menunggu siapapun yang mempersilahkan dirinya untuk masuk.
" Halo Nabila " ucap Diva adik Rony
" Hai Diva, sehat ? "
" Sehat, Alhamdulillah. Mau jenguk Abang ya Nab? "
" Iya, ada gak orang nya ? "
" Ada tuh lagi di ruang tamu sama kak Paul. Ayo masuk Nab. "
Nabila mengangguk dan masuk ke dalam rumah Rony dan keluarganya. Nabila melihat Rony yang tengah bersandar di sofa dengan muka pucat yang begitu kentara.
" Akhirnya dapat juga pesanan Lo Ron "
" Enak aja kak Paul bilang aku pesanan. Aku udah bilang kan aku bukan sesuatu yang di kategorikan makanan dan minuman bahkan barang. "
Rony menarik ujung baju Nabila. Nabila melihat Rony dan duduk di sofa di sebelahnya.
" Sejak kapan gak enak badannya kak ?"
" Mulai gak enak sejak dua hari lalu sih Nab. Aku pikir bakal cepet membaik "
" Udah minum obat ?"
" Abang bebal banget Nab. Dia tuh kalo di kasih tahu gak nurut " ucap Diva sembari membawa nampan berisi air.
" Madep sini ka " ucap Nabila sembari membuka plastik kompresan instan.
" Aku bukan bayi Nab. Kenapa di kompres pake itu sih "
" Yaudah kalo gak mau "
Nabila malah menggunakan kompresan itu ke jidatnya sendiri.
" Adem " ucap Nabila sembari tersenyum tak lupa membuka wollens yang telah ia beli.
" Nab "
" Nabila "
Nabila mengabaikan rengekan Rony. Sebenarnya ia ingin tertawa keras mendengar suara rengekan dari bayi besar.
" Nabila Anasera, kamu gak denger panggilan aku ?" Ucap Rony sembari mengerucutkan bibirnya
Nabila mengusap rambut Rony pelan. Dan menempelkan kompresan instan baru di jidat Rony.
" Bayi besar nya Nabila Anasera harus lekas sembuh. " Ucap Nabila sembari mengacak-acak rambut Rony tak lupa senyum yang menenggelamkan matanya sendiri.
" Nab, please. Bisa pelan-pelan? Jantung aku gak aman "
_______________
Dua hari setelah menjenguk Rony, Nabila memutuskan persiapan untuk wish list yang telah lama ia dambakan." Jadi sekarang kita ke grosir Nab ?" Tanya Rony.
Rony yang mendengar Nabila akan melakukan wish list yang telah lama ia inginkan. Setelah mengetahui hal itu, Rony langsung mendatangi rumah Nabila dan akan ikut merealisasikan.
" Iya kak, aku udah catet apa aja yang mau aku beli "
Rony merasa sangat bersyukur dan berharga bisa membersamai seseorang yang berhati sangat lapang.
" Kenapa senyum-senyum ish "
" Nab, aku merasa berharga banget bisa di pertemukan dengan kamu. "
____________________________Panti Asuhan Bina Asih adalah tujuan Nabila dan Rony. Mereka ingin berinteraksi dan menyusun kisah bersama di akhir pekan yang akan menjadi moment manis saat mengingatnya.
Keduanya di sambut oleh pemilik panti dan beberapa anak yang ada di panti tersebut. Nabila dan Rony tak luput mengulas senyum.
" Makasih banyak, kaka dan Abang sudah berkenan bersilaturahmi " ucap Bu Lina.
" Kami pun mengucapkan terimakasih banyak Bu, dengan adanya kehadiran kami disini sedikitnya menjadi warna buat yang lain " ucap Nabila
" Kamu sudah menjadi warna buat aku Nab. Kamu bersedia tidak menjadi warna untukku dan menjadi kesatuan warna yang indah untuk seterusnya " bisik Rony pada Nabila
____________Nabila bermain dengan anak-anak mereka tengah membuat lingkaran dan bernyanyi bersama.
Rony pun sama, hanya saja dia sedang menjadi objek percobaan anak-anak perempuan berusia empat tahun yang bernama Syakila yang tengah memberi warna di wajah Rony tak lupa pita kupu-kupu di rambut sebelah kiri Rony.
Nabila yang tak sengaja melirik ke arah Rony tersenyum melihat Rony yang bisa menempatkan diri.
" Kak Rony gemoy banget sihh " lirih Nabila.
Mata keduanya terkunci, di akhiri Rony yang mengedipkan sebelah matanya.
" Gimana, kamu udah jatuh cinta belum ?" Tanya Rony tanpa suara
•
•
•
•Maaf baru bisa up lagi temen-temen. Jangan lupa untuk selalu mendukung Rony, Nabila dalam karyanya yaa..
Kita boleh menikmati karya mereka, tapi tak seharusnya mengulik dan mencari tahu yang tak seharusnya kita tahu bukan? Stay positif and keep calm.
KAMU SEDANG MEMBACA
RONA
FantasíaAku tak menyangka bisa jatuh hati. Di yakinkan dengan penuh tenang. Kau dapati ku penuh luka, sedang kau datangiku penuh warna. ~Nabila Anasera Kau selalu berharga, bukan aku yang memberimu warna tapi kita menjadi warna indah jika bersama bukan? ~R...