Jangan lupa untuk bahagia!
Tetap jaga iman dan imunHappy Reading!
***
Jika yang bertamu bukan kakak kandungnya sudah dipastikan Rafa tidak akan membuka pintu karena ia sudah terlalu nyaman hanyut di alam mimpi. Namun, Rafa bukanlah lelaki tega yang membiarkan kakak lelakinya sedang menggalau."Bapak disuruh menghadap presiden," ucap Rafa penuh wibawa lalu meletakkan teh hangat di atas meja.
Mata Raga yang terpejam, terbuka lebar mendengar ucapan dari sang adik. Ia menegakkan tubuhnya. "Sebaiknya saya mandi dulu," sahutnya mengikuti drama sang adik.
"Tidak perlu, Pak. Tayamum saja nanti di jalan."
Raga merotasikan bola mata malas, ternyata ia salah mengikuti alur drama dari Rafa. Melihat wajah kesal kakak lelakinya membuat tawa Rafa pecah lalu duduk tepat di samping Raga.
"Lo kenapa sih, Bang? Muka lo tiap hari emang kusut sih, tapi ini lebih dari kusut sih. Sini-sini cerita sama dedek."
"Gue alergi orang alay."
Rafa cemberut mendengar kalimat yang terlontar dari kakaknya. Namun, jika menganalisa dari raut wajah Raga. Rafa dapat melihat permasalahan yang dialami kakak lelakinya cukup berat. Ayah satu anak itu berdehem lalu menyorot Raga dengan serius.
"Oke-oke, gue berhenti bercanda. Sekarang, abang bisa cerita ke gue mana tahu gue bisa bantu."
Ucapan Rafa menguap begitu saja karena Raga kembali termenung dengan pandangan matanya kosong memandang kejauhan. Hatinya terasa berat, seperti dipenuhi kegelapan. Masih jelas teringat keinginan Naya yang meminta untuk bercerai. Raga merasa terdampar di lautan emosi yang tak menentu. Mereka telah bersama selama beberapa bulan ini, melewati berbagai lika-liku kehidupan, namun sekarang Naya berubah sikap.
"Bang," panggil Rafa, mencoba menyadarkan kakak lelakinya dari lamunan panjang. Raga menghela napas panjang, merilekskan tubuhnya untuk membagi bebannya kepada sang adik.
"Ini soal istri abang, Raf. Naya merasa insecure dengan keadaan cacatnya yang membatasi aktivitas sehari-hari," jelas Raga, terbuka kepada sang adik.
"Padahal, abang udah mencoba menjelaskan bahwa cinta itu nggak tergantung pada fisik semata. Namun, Naya terperangkap dalam ketakutan akan pandangan masyarakat dan merasa beban untuk abang."
Rafa, penuh perhatian, menyorot Raga dengan serius. "Abang udah berusaha banget buat jelasin ke Kak Naya kalau Abang memang cinta sama dia dan nggak peduliin pandangan orang lain?"
Raga mengangguk mantap. "Abang udah berusaha keras meyakinkan Naya bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada pandangan orang lain. Meski begitu, Naya masih terhantui rasa takutnya, Raf. Abang nggak ingin rumah tangga abang berakhir seperti ini. Abang benar-benar menerima Naya dengan tulus," jelas Raga, matanya berkaca-kaca.
"Bang, setiap perjalanan rumah tangga memiliki tantangannya sendiri. Butuh waktu untuk memahami dan merangkul perbedaan. Tugas Abang sekarang adalah terus memberikan dukungan positif kepada Kak Naya. Kebahagiaan sejati datang dari kedalaman hati dan keberanian untuk menerima. Abang sudah melakukannya dengan tulus. Mungkin perlu lebih banyak waktu bagi Kak Naya untuk mengatasi ketakutannya."
"Rafa percaya kalian pasti bisa melewati ujian ini, fokus Abang sekarang terus kasih perhatian ke Kak Naya. In sya Allah ketulusan Abang akan berbuah kebahagiaan," sambung Rafa seraya menepuk pundak kakak lelakinya untuk menguatkan.
Mendengar kata-kata dari adiknya, Raga merasa semangat untuk mengukuhkan keyakinannya kepada sang istri, menegaskan bahwa cintanya bukanlah sesuatu yang dianggap enteng. Raga siap menerima kondisi Naya sepenuhnya, bersedia menghadapi segala risiko yang mungkin terjadi dalam perjalanan hubungan mereka ke depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Hati Braga (END)
RomanceBraga Pratama Athaya tenggelam dalam jurang patah hati setelah hubungannya dengan Amelia Syakira kandas. Perasaan yang hancur membuatnya mengidap gangguan kecemasan. Di tengah kekelaman itu, hadir sosok Naya Ayura Ningtyas, seorang wanita yang memb...