06 - Sakit

10.1K 520 22
                                    


3:00 am KST

"Eungh.. hiks mae~"

Chenle membuka matanya ketika mendengar isakan lirih si bayi yang sepertinya sedang mengigau. 

"Sstt ssttt.. Tidur ya baby.." Tangan kanan pemuda jung itu mengusap pelan dada si bayi yang terlihat bernafas naik turun dengan laju.

Ketika bayi beruang itu sudah mulai tenang, chenle langsung membubuhkan kecupan sayang pada kening si bayi.

Namun ia mengernyit bingung apabila merasakan suhu tubuh haechannya yang terasa tidak biasa. Panas.

Dengan sigap chenle membuka lampu tidur yang terhubung dengan kepala kasur untuk memeriksa keadaan haechannya.

Mata pemuda jung itu seketika melotot. Dapat ia lihat wajah bayi beruangnya yang terlihat pucat dengan keringat menghiasi area dahi, kening serta leher si bayi. Haechannya demam?!

Dengan panik pemuda jung itu bangkit dari kasur lalu berlari keluar kamar. Niatnya ingin memberitahu bubu terlebih dahulu kemudian ia akan memanggil doktor.

Sementara jisung masih terbaring nyaman di sebelah kiri haechan. Sama sekali tidak merasa terganggu dengan gerakan brutal chenle yang bangkit dari kasur tadi.

"Eunghh.. daddy hiks~" Bayi beruang itu bergerak gelisah dalam tidurnya. Tubuhnya terasa tidak nyaman dan sejuk.

Dengan mata yang masih terpejam, bayi beruang itu merapatkan tubuhnya pada jisung untuk ia jadikan guling.

Kaki haechan yang berada di atas perut berotot jisung itu ia gerakkan secara acak membuat pakaian yang dikenakan si pemuda jung sedikit tersingkap.

Wajah pucatnya ia duselkan pada bisep jisung, berusaha mencari kenyamanan di sana.

Namun bukannya kembali lelap, mata si bayi malah terbuka ketika merasakan pusing yang mendera kepala kecilnya.

"Hiks daddy~" Isak bayi beruang itu memanggil daddynya.

Posisinya masih menjadikan jisung guling, bahkan ia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh bongsor itu.

Tangan kirinya yang terasa ngilu ia abaikan kerana rasa pusing di kepalanya lebih mendominasi sekarang.

"Sa-sakitt hiks.."

'Brak!'

Taeyong membuka pintu kamar itu dengan kasar, ia bisa mendengar sayup-sayup isakan haechan dari luar membuatnya sedikit panik.

"Haechanie?! Mana yang sakit nak? Sini sama bubu ya sayang."

Haechan yang merasa kaget semakin mengencangkan tangisannya. Bibir mungil si bayi terus memanggil sang daddy sedari tadi.

Taeyong dengan lembut meraih tubuh bergetar haechan lalu membawanya ke gendongan koala.

Taeyong kuat kok, lagipun tubuh haechan bisa  dibilang sangat ringan. Walaupun terlihat gembul, tetapi tubuh si bayi nyatanya sangat mungil.

Haechan langsung menduselkan wajahnya di ceruk leher taeyong. Tangisannya seketika berhenti apabila taeyong menggendong tubuh mungilnya.

"Shh shh.. pusing hm?" Tanya taeyong lembut seraya menimang tubuh mungil itu. Tangan satunya menepuk-nepuk pelan punggung si kecil.

Haechan yang sudah menjatuhkan kepalanya pada pundak taeyong itu hanya mengangguk dengan lemas.

Taeyong seketika menoleh ke arah ranjang ketika baru menyedari jika masih ada anak bungsunya di dalam kamar ini.

Our PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang