SM 2

3.7K 217 1
                                    

"APA GUNANYA MATA DAN KAKIMU, JIKA BERJALAN MASIH MENABRAK ORANG!!!" Ucap seseorang yang ia tabrak dan sukses membuat Jennie merasa ketakutan.

"Maaf, Pak! Maafkan saya!" Gugup Jennie menunduk hormat.

"Hm!" Gumam seseorang yang Jennie tabrak. Siapa lagi kalau bukan CEO dari LM Group tersebut yang Jennie tabrak, ia pun berlalu meninggalkan Jennie yang tengah menunduk ketakutan.

Limario M. Siapa yang tidak mengenalnya? anak dari konglomerat terkaya di dunia.
Fisik dan kastanya mampu menjajah hati para wanita.
seseorang yang memiliki reputasi besar seperti ayahnya.

Pria tersebut mengawali kesuksesan sejak berusia 20 tahun, sosok yang berkuasa sepertinya mampu mendapatkan apapun yang dia inginkan, selagi garis takdirnya terus ditahtai oleh keberuntungan.

Brüschweiler adalah sosok ayah yang berperan penting dalam kesuksesan pria tersebut yang selalu menjadi topik perbincangan di kalangan dunia bisnis.

"Gunanya mata untuk melihat..." Ledek Eunwoo yang tiba-tiba berdiri disampingnya.

"Berisik!"

⬇️⬇️⬇️

"Akhirnya selesai juga..."

Ia pun terduduk dipantry dengan rasa lelahnya "Sungguh aku sangat lelah!" Keluhnya dengan mengusap keringat yang membasahi dahinya.

"Ck! Berhenti mengeluh dan mari kita makan siang!" Ujar Eunwoo yang melihat temannya itu tepar.

Jennie dan Irene pun memutar jengah bola matanya.
Ia pikir tenaga wanita dan pria itu sama, jelas berbeda.

"Tidak bisakah kau sehari saja tidak muncul dihadapan ku!" Jengah Jennie yang ingin berlalu pergi meninggalkan kedua temannya itu.

"Kau mau kemana?" Tanya Eunwoo yang tidak peduli akan gerutu Jennie.

"Mencari makanan diluar, disini sangat membosankan! Kalian mau ikut?"

"Tumben sekali tidak membawa bekal..."

Jennie menghela nafasnya "Aku bawa tapi sudah ku makan tadi pagi setelah mengantarkan pesanan pak Lim!"

Kedua temannya hanya mengangguk paham, Jennie pun berlalu keluar untuk mencari makan yang kebetulan disebrang jalan perusahaan tempat ia bekerja terdapat restoran dan kafe.

"Mau kemana?"

Belum sempat Jennie menjawab, tangannya sudah ditarik oleh seseorang untuk mengikutinya.

"Ikut saya keruangan!" Tegas Limario tersebut.

Pasang mata karyawan melihat Jennie digandeng oleh Limario pun terkejut dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi antara kedua pasangan tersebut. Yang tentunya karyawan tersebut sangat paham bahwa CEO besar tersebut sangat sulit untuk dekat dengan wanita.

Ceklek!

"Duduklah!"

"Tapi---"

Limario menghela nafas panjangnya "Temanin saya makan siang. Saya tidak bisa menghabiskan semua makanan ini!" Tunjuk Limario pada makanan yang sudah tersaji dimeja tersebut.

Jennie pun membelalakkan matanya "Jika tidak bisa memakannya kenapa mesan terlalu banyak!" Batin Jennie menahan emosi kepada bosnya tersebut.

"Saya didepan kamu! Bukan dibawah!" Tegas Limario yang sontak membuat Jennie menatap bosnya tersebut.

Deg!

Tatapan mereka bertemu untuk pertama kalinya. Jennie yang belum Pernah melihat raut wajah atau menatap bosnya itu pun terpikat bak terhipnotis oleh ketampanan Limario. Tapi tak mengubah jika ia selalu kesal jika berhadapan dengan Limario.

"Cantik!" Batin Limario yang kemudian tersadar dari lamunannya.

"Silahkan makan! Anggap saja ini sebagai hukuman buat kau yang melakukan kesalahan hari ini!"

Mereka pun makan tanpa adanya suara. Yang terdengar hanyalah denting sendok yang beradu dengan piring.

Setelah mereka menghabiskan waktu makan siang penuh dengan keheningan, Jennie pun membersihkan meja tersebut.

"Terimakasih pak, saya pamit untuk kembali bekerja..." tunduk Jennie hormat dan keluar dari ruangan tersebut.

"Hah! Menyebalkan!" lirih Jennie menutup pintu tersebut dengan perlahan, tanpa disadari ternyata kedua sahabatnya sedang berada di belakangnya.

"Astaga! Sesuatu terjadi?" Heran Jennie yang melihat kedua temannya itu dengan mata memerah.

Jennie menatap nanar kedua temannya itu yang sedari tadi hanya diam membisu "Kalian habis menangis,hm?"

"Jennie-ah---" gugup Irene tak berani menatap Jennie yang tepat dihadapannya.

Eunwoo yang mengerti kondisi Irene pun mengambil alih untuk berbicara "Ponsel mu selalu berdering tadi saat kau pergi, dan maaf aku dan Irene lancang mengangkat telepon itu---" ucapannya terhenti, ia sendiri bingung harus memulai ucapannya dari mana.

Jennie mengerutkan dahinya "Aku tidak mengerti kenapa kalian seperti ini, tiba-tiba menangis!"

"Mana ponselku?" Pinta Jennie dan langsung memeriksa panggilan terjawab.

"Kai... Mengapa dia menghubungi ku sebanyak ini!"

"Hallo Kai, ada perlu apa menghubungi ku?"

Bak tersambar petir setelah mendengar suara serak disebrang telepon tersebut. Jennie pun terkulai lemas dan menjatuhkan ponselnya.

"Jennie...." ucap Irene yang langsung memeluk temannya itu

Jennie menatap kosong dan menepuk-nepuk pipinya sendiri "Ini hanya mimpi!"

Jennie pun menatap kedua temannya yang sudah menangis "Bilang kalau ini hanya mimpi!" Tangis Jennie pecah, ia pun membalas pelukan temannya itu

Jennie pun berdiri dengan sigap dan menghapus kasar airmata yang membasahi pipinya itu.

Eunwoo menahan Jennie yang hendak jatuh "Kita pulang, hm!"

Gimana? Sejauh 2 part ini apa sangat tidak membosankan ketika membaca?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? Sejauh 2 part ini apa sangat tidak membosankan ketika membaca?

Jika kependekan, mohon maaf ya...

Terimakasih atas kunjungan kalian untuk meluangkan waktu membaca cerita ini.

Terimakasih kasih untuk Vote dan Comment-nya.

I'm For You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang