Bagian 6

38 3 0
                                    

"Opa mana sih, katanya tadi udah mau jalan, ko belum sampe-sampe juga" gerutu Yaya ditengah penantiannya.

Yaya sudah tidak betah berada sendirian ditengah keramaian seperti ini. Setelah menempuh perjalanan udara beberapa jam dan delay beberapa jam pula, kini Yaya sudah menginjakkan kakinya di Bandar Udara Adisutjipto, Jogjakarta. Satu jam sudah Yaya menunggu, kini jam sudah menunjukkan pukul 14.15 WIB, namun sang kakek belum juga menunjukkan batang hidungnya.

"Yasmin?" tegur seorang pria ber kacamata hitam dengan kaus putih dan jaket kulit yang muncul dari arah belakang

"Yasmin?" tegur seorang pria ber kacamata hitam dengan kaus putih dan jaket kulit yang muncul dari arah belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yaya pun menoleh "Iya? Eh? Loh? Kok?" dengan wajah tampak kaget dan kebingungan. Kaget karena pria ini yang datang, dan kaget pula karena kostum mereka sama persis.

 Kaget karena pria ini yang datang, dan kaget pula karena kostum mereka sama persis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah nunggu lama ya? Maaf, dari tadi saya sudah muter-muter nyariin Yasmin. Oma Martha cuma bilang kalo Yasmin pakai jaket hitam, sedangkan ada banyak orang yang pakai jaket hitam disini" jelas pria itu dengan logat jawanya yang kental

Yaya masih bungkam, berusaha mencerna situasi yang terjadi.

Ini Regen kan?! Kok tumben panjang banget ngomongnya?

Melihat yang diajak bicara kebingungan Regen menjelaskan kembali

"Tadi Opa Handoko sudah mau berangkat, tapi mendadak sakit perut, diare. Karena takut Yasmin nunggu kelamaan jadi Oma Martha minta tolong saya yang jemput pakai mobil Opa"

Pasti akal-akalannya Oma doang nih

Yaya yang sedari tadi terdiam kini menjawab
"Oalah, yaudah Mas kalogitu" Regen lantas mengangguk dan membantu Yaya membawa kopernya menuju mobil.

Sepanjang perjalanan mereka saling mengunci mulutnya sampai akhirnya Regen memulai percakapan

"Sebelumnya, saya Regen kakaknya Irzan, mungkin Yasmin lupa" ucap pria itu dengan canggung nya sembari mengulurkan tangan kanan sebagai tanda perkenalan

Yaya menjabat tangan pria itu sambil tersenyum

"Yasmin. Inget kok Mas, masa lupa."

Regen kembali melempar percakapan canggung

"Nanti Yasmin ikut ya makan malam dirumah saya, ada Oma Opa juga kok"

Lantas Yaya bertanya

"Ada acara apa emang Mas?"

"Ulang tahun saya" sambil tersenyum kecil namun pandangannya tetap fokus melihat jalan didepannya

"Wah selamat ulang tahun ya Mas. Sorry, orang lagi ulang tahun malah direpotin gini" ucap Yaya

"Makasih. Endak, ndak repot kok"

Selanjutnya kembali hening dan canggung. Niat hati ingin mencairkan suasana dengan membuka obrolan, tapi pertanyaan yang keluar dari mulut Yaya malah

"Mas Regen percaya kalo kita semua dulunya kera?"

Sadar akan pertanyaan gila itu Yaya langsung menggigit bibir dan membuang pandangannya malu.

Mendengarnya, Regen hanya tertawa renyah

Bodoh! Mulut sampah! Otak udang! Aaarghhh!

Kini mereka sudah sampai di pekarangan rumah Oma Martha dan Opa Handoko. Begitu menginjakan kakinya di tanah, Yaya langsung berlari memeluk Oma dan Opa nya. Ah, Yaya sangat merindukan mereka.

Sedangkan Regen sedang sibuk membuka bagasi, mengeluarkan barang-barang bawaan Yaya dan meletakannya dengan rapi di depan pintu.

"Makasih ya Mas Regen sudah jemput cucu Oma. Gimana? Udah gadis dia, cantik kan?" Tanya Oma sembari mengangkat daguku agar Regen bisa melihatnya dengan jelas

Regen hanya mengangguk sopan. Senyuman manis senantiasa ia ukir di wajahnya. Yaya heran, terakhir kali Yaya melihat Regen beberapa tahun lalu dia sangat pelit senyum, dingin, dan terkesan menyebalkan. Namun mengapa sekarang jadi se ramah ini? Sudah tidak wibu lagi, Ganteng pula (?)

Eh, sadar Ya! Inget Gibran, dasar orgil.

"Opa lihat-lihat kalian cocok banget deh. Mana bajunya kembaran gitu."

Opa kenapa jadi ikut-ikutan Oma? Astaga.

Yaya yang merasa tidak enak lantas menimpali

"Opa, Oma, jangan gitu ah, ngga enak takutnya Mas Regen jadi risih"

"Endak ko, ndak papa. Kalo gitu saya pamit ya Oma, Opa, Yasmin"

Setelah menyalami Oma dan Opa, Regen bergegas meninggalkan rumah itu. Ia benar-benar malu sepertinya.

"Lucu banget kupingnya merah" bisik Yaya melihat kepergian Regen




"Lucu banget kupingnya merah" bisik Yaya melihat kepergian Regen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Opa Handoko dan Oma Martha

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang