"WOY BURHAN! MAU KEMANA LO?!" teriak Irzan dari teras rumahnya
Mendengar teriakan Irzan, Yaya dan Regen langsung bergegas menuju sumber suara, meninggalkan para Kakek dan Nenek di dalam.
"Kabur lagi, dek?" tanya Regen
"Iya, uber mas. Anak itu emang gapernah bisa liat pintu kebuka" jawab Irzan bernada kesal
"Sorry.. Burhan siapa?" tanya Yaya
"Kucingnya Irzan" jawab Regen sambil memakai sandal bersiap untuk menyusul Irzan mencari Si Burhan itu.
Aneh banget namanya Burhan. Kayak bapak-bapak.
"Yasmin mau ikut?" tanya Regen halus
Yaya mengangguk
Ditengah pencarian si Burhan, Yaya tanpa sengaja melihat sendal jepit milik Regen yang ada ukiran huruf G di bagian tumitnya.
"G? Kok G mas?" tanya Yaya yang tatapannya terfokus pada sandal putih hijau itu.
"Iya, Gelanov" Yaya hanya diam saja sambil terus menatap sandal itu
"Nama saya Regen Gelanov" lanjut Regen
"Ooh"
Unik banget. Jarang gue denger ada manusia yang namanya Gelanov
"Nov nya itu pasti November" bisik Yaya yang ternyata terdengar oleh Regen
"Iya, kok Yasmin tau?" tanya Regen heran
"Iyalah, kan ulang tahun nya bulan November. Kalo bulan Agustus pasti namanya jadi Regen Gelagus" Mendengar ucapan Yaya, Regen malah tertawa.
"Kalo bulan Agustus mah ulang tahunnya Yasmin"
"KOK TAU?!"
Regen hanya tersenyum sembari matanya fokus menelisir sekitar
Isi otak Yaya memang kadang diluar nalar. Agak lebih imajinatif dari manusia normal pada umumnya. Bukan bermaksud pick me, tapi memang dia agak aneh.
Mereka sudah memutari tujuh gang, namun Burhan belum kunjung ditemukan. Akhirnya mereka beristirahat di pinggir jalan. Iya, hanya berdua. Irzan masih setia mencari kucing oranye itu. Katanya ia tidak bisa tidur jika Burhan belum pulang dan tidur di kandang malam ini.
"Kok ngga ada Mama Papa nya mas Regen sih tadi?" tanya Yaya
"Mama saya udah nggak ada sejak 2016. Beliau Cancer Fighter" jawab Regen dengan raut datar
"Oh maaf mas, nggak tahu. Turut berduka cita ya. Kalau Papa?" Yaya lanjut bertanya
"Di Jakarta, sudah punya keluarga baru..."
"...kami memang ndak begitu dekat dengan Papa. Lagian Papa dan Mama juga sudah bercerai sebelum Mama meninggal. Sejak mereka bercerai, Mas dan Irzan memutuskan untuk ikut kakek nenek di Jogja"
Wah, walaupun sudah berteman lumayan lama dengan Irzan, namun Yaya baru mengetahui hal ini. Memang Yaya juga tidak pernah bertanya sih.
Dari kejauhan muncul seorang pria menggendong kucing gendut berwarna oranye.
"Gila mas, masuk pekarangan rumah pak RT dia" ucap Irzan mengeluh kepada kakaknya
Regen lantas menggendong kucing itu
"Kamu kalo main jangan jauh-jauh, ndut. Nanti kalau diculik orang atau ketabrak mobil gimana? Hmm?" ucap Regen dengan nada halus
Lembut banget. Padahal cuma ngomong sama kucing.
Yaya akhirnya pulang mengantar si Burhan ke rumah mereka.
"Loh, Oma sama Opa mana, Nek?" Tanya Yaya pada Nenek Sri
"Sudah duluan pulang sayang. Tadi kamu dicariin ndak ada, ternyata malah ikut nyari si Burhan. Nanti pulangnya biar dianter sama Mas Regen ya, Mba Yasmin" pungkas Nenek Sri
"Ehh ngga usah Nek, Yasmin bisa pulang sendiri kok, kan dekat juga dari sini" jawab Yasmin
"Ndak papa, Mba Yasmin. Ndak baik perempuan jalan sendiri malam-malam" Memang jam sudah menunjukkan pukul 9 malam
"Mas, tolong antarkan Mba Yasmin ke rumah nya ya" titah Nenek Sri pada Regen
"Oh iya Nek. Tapi Yasmin tunggu sebentar ndak papa? Biar saya solat isya dulu" tanya Regen pada Yaya
Masyaallah
"Iya mas nggakpapa, aku tunggu disini"
10 menit kemudian Regen muncul dengan rambut yang sedikit basah terkena air wudhu
"Yuk"
Mereka akhirnya berjalan santai hingga tanpa sadar telah sampai di depan gerbang rumah Oma Opa.
"Makasih ya Mas" sembari Yaya melempar senyuman kepadanya
"Sama-sama, Yasmin"
"Mas, panggilnya Yaya aja, biar lebih.."
Anjir? Lebih apa? Lebih deket? Lebih akrab? Lo ngomong apa sih Ya, gila!
"Lebih? Lebih apa?" dengan raut wajah yang memerah, Regen tersenyum malu
Burhan Supriyadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogja dan Ceritanya
RomanceJangan paksakan sesuatu yang memang sudah terasa menyakiti. Boleh jadi setelah kamu melepaskan 'batu karang' itu, 'sang mutiara' datang?