Bagian 10

31 3 0
                                    

Setelah terdiam beberapa saat, Yaya akhirnya membuka mulutnya

"Hmmm...biar lebih pendek aja manggilnya hehehe" jawab Yaya sembari menunjukkan barisan giginya.

"Oh, oke Yaya"  Entah mengapa wajah Regen terlihat agak kecewa mendengar jawaban Yaya.

"Kalo gitu Mas langsung pulang ya. Ndak enak, mungkin Oma dan Opa sudah tidur."

Yaya mengangguk

Ketika memasuki rumah, ternyata benar, dua sejoli itu sudah tertidur di kamar. Lantas Yaya segera memasuki kamarnya. Tak lama kemudian

TINGG

Gibyy💞

Malam, cantik. Aku disini mau
ngelurusin situasi nya ya, sayang.
Aku sama Thalita bener-bener udah
nggak ada apa-apa lagi kok.
Pertemuan di rumah Frans itu pure
kebetulan. Aku juga sama sekali nggak
berinteraksi sama dia. Kamu boleh
tanya sama Tama atau Frans kalo belum
percaya. Please.. jangan bete ya
sama aku. Maaf❤️

Iya, aku percaya sama kamu.
Aku sudah bilang, mulut yang
paling aku percaya adalah mulut
kamu. Jadi aku nggak perlu
validasi dari orang lain soal ini,
dari kamu aja udah cukup.
Aku harap kamu ngga mengulangi
kesalahan yang sama ya

Setelah membalas chat dari Gibran, Yaya langsung berganti pakaian dan membersihkan wajahnya. Namun pikiran Yaya kembali terusik dengan obrolan nya bersama Regen tadi.

"Aaaaaa! Kenapa sih gua selalu aja ngomong yang aneh-aneh, baru juga ketemu sehari. "

"Udah tadi nanyain kera, sekarang apa? Biar lebih deket? Akrab? Aishhhh"

"Dikiranya gua caper lagi ntar. Atau malah dikiranya gua ngarep? Aaaaaaa!"

Yaya berargumen sendiri didepan cermin atas kekesalannya

Di sisi lain, Regen kini sedang kesenangan. Kini ia bisa memanggil Yasmin dengan sebutan Yaya, seperti yang adiknya lakukan.

"Dek.."

"Hmm?"

Regen terdiam setelah memanggil adiknya

"Apa sih Mas, udah manggil malah diem. Kenapa?" tanya Irzan kesal

"Endak. Besok kamu mau pergi sama Yaya kemana memang?" tanya Regen. Sebab tadi ia tak sengaja mendengar rencana pergi mereka.

"Gunung Kidul. Yaya minta liat sunset di Paralayang" jawab Irzan.

"Berdua aja?"

"Iya. Kenapa? Mau ikut?" ajak Irzan

"Emangnya ndak papa kalo Mas ikut?"

"Ya nggakpapa lah. Tapi, emang Mas Regen ngga ada kerjaan?"

"Besok kan minggu"

"Ohiya. Yaudah ikut aja kalogitu" tegas Irzan

"Ehh? Sejak kapan Mas Regen manggil dia Yaya?!" menyadari hal tersebut Irzan kaget

Tak menanggapi adiknya, Regen melenggang pergi tanpa basa basi.

"Loh? Mas? Jawab dulu!"

Hampir saja Yaya terbang ke alam mimpi, namun tidak jadi sebab ponselnya berdering. Ternyata panggilan video grup bernama Pinjem Dulu Seratus.

"HOY!" ucap Ola

"Waalaikumsalam" jawab Yaya

"Udah sampe kan? Udah ketemu sama mas-mas jawa itu? Gimana dia? Cakep? Wangi?" ucap Niken tanpa sela

"Wih nafas dong nanya nya. Iya, udah sampe tadi siang. Dijemput langsung sama dia" jawab Yaya tersenyum malu

"Lah, kenapa jadi salting gini lu?" Tanya Ola

"Salting dikit ngga ngaruh wirr" goda Niken

Yaya kemudian menceritakan semua detail pertemuannya dengan Regen hingga acara makan malam barusan. Setelah mendengar cerita Yaya, dua wanita itu menanggapi

"Jodoh emang rahasia Allah Yul. Tapi kok jodohlu kayaknya udah jelas banget hilalnya" ucap Ola

"Jangan gila mba, lo lupa gua masih punya Gibran?"

"Ga lupa. Cuma ga peduli. Gua yakin nggak lama lagi si Gibran berulah. Buktinya baru ditinggal sehari aja dia udah ketemuan lagi sama cewek genit itu" pungkas Niken

Meskipun demikian, entah mengapa Yaya tetap tidak nyaman. Mengingat ia terlalu banyak berinteraksi dengan pria lain menimbulkan perasaan bersalah dalam hatinya.

Setelah sambungan terputus, sebuah pesan whatsapp pun masuk

Irzan Jogja

Yak, besok main nya gajadi
motoran. Minjem mobil Opa lu
ya? Mobil kakek gua Ac nya
lagi rusak soalnya

Hah? Emang lu bisa
bawa mobil?

Kagak

Terus?

Mas Regen mau ikut.
Biar dia yang bawa.

Membaca pesan dari Irzan, Yaya reflek

YESS

"Loh? Kok Yes?"

Jogja dan CeritanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang