Keesokan harinya.
Nayeon diantar ke rumah orang tuanya oleh Seokjin setelah pria itu mengantar anak-anaknya berangkat ke sekolah. Tapi setelah mengantar Seokjin langsung pamit karena harus ke kantor.
Kedatangan Nayeon yang begitu tiba-tiba dan tanpa mengajak Ocean membuat ibunya yang saat itu berada di rumah merasa khawatir. Pasalnya belum ada satu minggu Nayeon meninggalkan Korea, dan mengapa sudah datang lagi?
"Ada apa?" tanya Yeoah terlihat cemas.
"Tidak ada apa-apa" Nayeon tersenyum.
"Lalu kenapa kau kembali ke sini lagi?"
"Aku masih ingin tinggal di Korea, seperti yang pernah aku katakan, untuk menenangkan diri"
"Lalu kenapa kau tak mengajak putrimu"
"Dia harus sekolah. Kemarin aku ke New York hanya untuk mengantar Jeyn saja. Jadi sekarang aku kembali ke sini" Nayeon.
"Katanya Jeyn mau sekolah di sini?"
"Kami sedang menunggu hasil tes bu..."
"Cucuku kan pintar, pasti diterima"
"Darimana ibu tau? Ibu pernah melihat nilai-nilai sekolah putriku?" tanya Nayeon untuk memperpanjang obrolan.
"Dia kan anakmu, tentu saja dia pintar. Seperti ibunya" Yeoah membanggakan cucu dan juga anaknya.
"Benar sekali dia pintar, cerdas, baik, cantik lagi. Itu semua karena aku ibunya hahaha" Nayeon ikut menyombongkan diri.
"Ya tuhan... ada apa dengan dua ibu-ibu ini" terlihat Hanjin sedang menatap dua wanita itu dengan heran sembari melipat kedua tangan di atas dadanya.
"Ayah..." sapa Nayeon yang kemudian berlari kecil mendekati ayahnya untuk memeluk.
"Aku kecewa karena kau tak mengajak cucuku" Hanjin pura-pura merajuk.
"Dia harus sekolah. Berapa kali aku harus menjawab pertanyaan semua orang tentang itu" kesal Nayeon yang kemudian melepas pelukannya.
"Ya tuhan... Jeyn yang ini sudah besar" Hanjin menarik hidung Nayeon.
"Aww... kenapa ayah menarik hidungku?"
"Tiba-tiba aku melihatmu sebagai Jeyn. Kau mirip dengan cucuku"
"Ayah, bukankah itu terbalik. Jeyn yang mirip denganku karena aku hidup lebih dulu. Jika ayah merasa bersyukur memiliki cucu cantik sepertinya, ayah harus berterimakasih padaku" Nayeon melakukan protes.
"Untuk apa berterimakasih, kau cantik juga karena kau anakku. Seharusnya kau yang berterimakasih padaku. Karena aku tampan, kau terlahir cantik dan bisa memiliki putri yang cantik juga" Hanjin.
"Ckh... kalau terus dilanjutkan ini tak akan ada habisnya" ujar Nayeon sembari mendekati ibunya.
Selanjutnya mereka duduk di ruang keluarga sembari menikmati buah. Hanya mereka berdua, Nayeon dan sang ibu. Pasalnya Hanjin harus pergi ke kantor.
"Ibu coba hubungi Jungkook, aku merindukan Jeyn" pinta Nayeon.
"Kenapa harus ibu? Kau tidak bisa?"
"Ponselku rusak, aku belum memiliki waktu untuk mengurusnya" Nayeon menggunakan kerusakan ponselnya sebagai alasan. Tapi kalau boleh jujur dia sebenarnya tak ingin menghubungi Jungkook.
"Baiklah baiklah... kira-kira mereka sedang apa?" kata Yeoah sambil mencari kontak Jungkook.
Mereka pun menunggu Jungkook menerima panggilannya. Saat panggilan diterima Yeoah yang berbicara lebih dulu, bukan Nayeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
RandomBercerita tentang kehidupan kelas atas, dengan kekuasaan, kebahagiaan, polemik, dan penghianatan. Naykook #1 (23/09/14)