"01"

8.4K 321 1
                                    

---

Pagi Hari yang Mengubah Segalanya

Pagi-pagi sekali, sekitar pukul 03.00, Devi sudah terbangun dari tidurnya. Ia ingin menunaikan salat tahajud. Setelah selesai salat tahajud dan subuh, Devi segera bergegas ke dapur untuk membantu sang bunda memasak.

"Eh, Kakak udah selesai salatnya?" tanya sang bunda sambil menyiapkan bahan-bahan di dapur.

"Udah kok, Bun. Oh iya, Bunda mau masak apa? Biar aku bantuin," jawab Devi dengan semangat.

"Mau masak ayam goreng sama kentang goreng," ucap sang bunda.

"Yaudah, aku yang goreng ayam, Bunda yang goreng kentang ya," kata Devi sambil mulai mencari alat masak.

"Eh, nggak. Kamu goreng kentang aja, biar Bunda yang goreng ayam," ucap Bunda sambil tersenyum.

"Yah... yaudah deh," balas Devi dengan nada sedikit lesu.

---

Setelah selesai memasak, keluarga Devi kini sudah berkumpul di ruang makan. Suasana hangat masih terasa saat tiba-tiba sang ayah membuka percakapan dengan nada serius.

"Kak, Ayah mau bicara," ucap sang ayah, suaranya terdengar tegas.

"Boleh, Yah. Ngomong aja, nggak apa-apa kok," jawab Devi dengan tenang.

"Kamu Ayah jodohkan, ya," ucap Ayah, nadanya dingin dan datar.

"Tapi, Yah… Aku kan masih sekolah," ujar Devi, wajahnya mulai berubah murung.

"Tapi kan kamu udah kelas 12, Kak. Dikit lagi juga lulus."

"Tapi, Yah—"

"Nggak ada tapi-tapian! Pokoknya kamu harus terima perjodohan ini," potong Ayah dengan cepat lalu langsung pergi meninggalkan meja makan.

"Bun… gimana ini? Aku belum siap, Bun," ucap Devi pelan, hampir berbisik.

"Huft... Kak, Ayah sama Ibu tuh ada kerjaan di luar negeri selama beberapa tahun," jelas Bunda sambil menunduk.

"Awalnya kita memang mau kamu nikah setelah lulus S2, tapi Ayah tiba-tiba dapet kerjaan di luar negeri. Akhirnya Ayah majukan pernikahan kalian jadi beberapa bulan lagi," lanjutnya.

"Tapi kan ada Mala, sama Vio, Bun…" Devi mencoba membujuk.

"Huft… Ini keputusan Ayah, Dev. Bunda udah nggak bisa ngapa-ngapain."

"Huftt… iya deh, Bun. Aku mau…" ucap Devi pasrah.

---

Di Kediaman Afan

Di tempat berbeda, keluarga Afan tengah berkumpul di ruang tamu.

"Fan, Papi mau ngomong," ucap Aan, ayah Afan.

"Ngomong tinggal ngomong," balas Afan cuek.

"Kamu Papi jodohin," ucap sang Papi tiba-tiba.

"LOH?! MANA BISA GITU!!" Afan langsung berdiri, nadanya tinggi.

"Papi udah janji sama temen Papi, kalau kita bakal jodohkan anak kita," kata Aan tenang.

"Nggak bisa gitu dong! Kan Papi yang janji—"

"Nggak ada penolakan," sela sang Papi lalu pergi begitu saja.

"Mih… aku nggak mau dijodohin, Mih!" Afan berkata sambil menggoyangkan tubuh mamihnya.

"Maaf, Fan. Mamih nggak bisa bantuin kalau kali ini," jawab sang Mamih pelan, lalu meninggalkan Afan sendirian di ruang tamu.

"AHH ELAH! KENAPA HARUS GUA SIH?!" teriaknya frustasi.

---

Segini dulu ya entar lanjut lagi
Btw maap kalo banyak typo

PERJODOHAN DEFAN!![Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang