Chapter 1 [Greetings]

880 65 3
                                    

(Revisi pertama pada 7 April 2024.)


     PAGI hari di sebuah blok perkotaan, terjadi kejar-kejaran antara pihak polisi dengan begal yang membuat jalanan menjadi riuh. Mereka melaju di antara kemacetan, cekatan menerobos setiap kendaran. Tak terhitung berapa kali mereka menyerempet pengendara lain, membuat goresan panjang di badan Motor Sport Retro mereka.

     Seorang pemuda berseru dari dalam mobilnya. Buku-buku tangannya menggenggam erat setir kemudi. Dia melepas pin nama di dadanya, tertulis Putra. Benda itu mengganggu tangannya untuk bergerak bebas.

     Perempuan di sampingnya menggingit bibir. Dia berkali-kali menarik kerah seragam berkode warna sian mudanya. Tangannya mengadah, memastikan panggilan dengan armada polisi lainnya masih terhubung. Ujan, yang tak berhenti menyeka peluh di pelipisnya. Dia tidak berani menepuk pundak rekannya, memilih fokus pada jalanan yang ramai.

     "Jangan lari kalian!"

     Tiba-tiba salah satu begal memutuskan tali pengikat truk. Pipa raksasa bergelimpangan. Beton-beton itu meluncur deras ke arah mobil kedua polisi yang mengejar mereka. Suara rem mendecit, goresan roda terukir memanjang di atas aspal.

     KRAKK! Telat sedetik. Ujung bulat salah satu pipa berhasil mencium kap mobil dengan keras. Mereka berdua tersentak oleh goyangan. Koyakan terbentuk begitu dalam, menembus bagian mesin, memuntahkan oli ke jalanan. Ban bergeser dari tempatnya, tak lagi bisa bergerak. Pipa-pipa lainnya yang masih menggelinding baru bisa berhenti ketika menghantam apapun yang berada di jalurnya.

     Mobil-mobil di belakang berhenti. Kekacauan itu memperburuk keadaan kota. Penduduk terkejut atas apa yang terjadi di depan mata mereka. Pengejaran mendadak terhenti.

     "Lapor! Kami tidak bisa mengejar mereka! Informasi terakhir, mereka melaju ke arah jam tiga!" Sambungan tertutup.

     "Kita kejar manual saja!" Seseorang melompat dari gedung tinggi. Dia meloncat dari satu atap ke atap lainnya. Pemuda bersurai ungu terung tak lain adalah Marvel, yang tentu saja tidak peduli jika harus mengambil tindakan gegabah.

     Para begal masuk ke gang-gang sepi kota, lolos dari pengelihatan. Namun, tak disangka Marvel muncul, terjun dari atas bangunan. Dia menendang salah satu begal hingga terpental dari motornya. Koper berisi barang hasil curian mereka terlempar di udara.

     "Dapat!" Dia menangkapnya dengan mudah. Begal lainnya bergegas menghentikan motor. Mereka tidak menyangka akan ada yang berhasil mengikuti mereka. Di belakang, salah satu begal sudah melompat dengan kepalan tinjunya yang terarah.

     Marvel menunduk, menghindari dengan tangkisan kanan. Tangan kirinya balas memukul sebelum begal itu sempat merespon. Dia terpelanting ke lampu jalan. Tiang besi itu penyok ketika terhantam oleh punggungnya.

     "Kalian main belakang rupanya." Marvel menyeringai sinis.

     "Cih! Habisi saja polisi itu!" Para begal mengitari, mengerluarkan senjata mereka. Marvel bergegas memasang kuda-kuda. Sepatunya menggesek jalan. Dia menjatuhkan kopernya, mengangkat kepalan tangan. Para begal maju bersamaan, melecutkan pisau tajam mereka.

     Marvel menghindari serangan, tak tersentuh oleh lawan. Satu persatu dia balas menyerang, menjatuhkan mereka hingga terkapar. Kakinya tak pernah goyah. Setiap ada gerakan yang membutuhkannya bergerak, dia selalu mampu membuat kuda-kuda baru yang lebih kokoh. Satu melawan sekelompok orang, ini tidak seimbang tapi sekaligus heroik. Jual-beli pukulan.

     Sontak Marvel menghindar. Dua peluru meleset di antara pelipisnya. Dengan cepat dia merangsek pelaku serangan kotor itu. Dia menarik tangan salah satu begal, membantingnya ke aspal jalan yang kasar. Tangannya lihai merebut pistol musuhnya. Sebagai penutup dia melesetkan tembakan. Tiga peluru meluncur deras, tertanam di dinding, tepat melewati beberapa senti dari targetnya.

NEMOPHILA: Black Code [Novel Adaptation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang