Selamat membaca,
at rumah arun
Plakk
Plakk
"kamu harusnya bisa kayak kakakmu,yang bisa jadi juara terus"ucap mamanya
"Dasar anak bodoh, bagaimana bisa kamu mendapatkan juara dua"ucap mamanya lagi
"Arun minta maaf,aku janji ini pertama dan terakhir kalinya"ucap arun
"Harusnya kamu dulu yang pergi bukan papa kamu"ucap mamanya
"Jika Arun tau hal itu akan terjadi Arun lebih memilih mati daripada seperti ini"ucap Arun
"Kamu adalah anak pembawa sial"ucap mamanya mendorong Arun
"Apakah kalau aku pergi,kalian akan sedih?"tanya Arun hati hati
"Sedih?tidak akan karena itu keinginan kami sedari lama"ucap mamanya sarkas
"Baiklah aku akan mengingatnya"ucap arun
"Sekarang ikut mama"ucap mamanya menarik tangan Arun menuju sebuah ruangannya gelap
"mama,aku mohon jangan bawa kesini"ucap Arun sambil menangis
"kamu harus diberi hukuman"ucap mamanya dingin
"Arun takut gelap"ucap Arun menangis sesenggukan
"Mama tidak peduli,tetap disini sampai hukumanmu selesai"ucap mamanya lalu mengunci pintu dan meninggalkannya
Dor
Dor
"Mama,arun ngak mau disini sekali ini tolong ampuni Arun"ucap Arun mengedor pintu
tetapi sayangnya tidak ada yang mendengarkan dan Arun memilih duduk didekat pintu sambil menutup mata
"Papa apa Arun tidak pantas untuk mendapatkan kasih sayang mama"ucap Arun
"Haruskah Arun pergi sesuai keinginan mereka"ucapnya lagi
Kemudian Arun melangkah menuju ke balkon rumahnya yang berada dilantai 4,
"Arun capek pengen nyusul papa aja, maafin aku tapi aku udah ngak kuat sama perbuatan mereka pap"ucap Arun kemudian menjatuhkan dirinya dari balkon rumahnya
~•~
At Hospital
"Eungh"ucap Arun dan membuka matanya
"Kenapa aku bisa dirumah sakit?apakah mereka yang membawaku"batin Arun bingung kemudian mendengar sebuah seruan
"Nona muda,syukurlah anda sudah bangun"seru bi Yanti
"Haus"ucap Arun dan bi Yanti yang paham kemudian mengambilkan minum untuk arun
"Siapa?"ucap Arun bingung
"Ternyata benar anda tidak ingat"ucap bi Yanti
"Saya adalah bi yanti orang yang merawat anda dari kecil nona"ucap yanti
"Lalu aku?"tanya Arun
"Nama nona adalah Anastasya Restya Bramantyo anak bungsu dari Resava Lina Bramantyo"ucap bi Yanti
"Anak bungsu?berarti aku punya kakak?"tanya Arun
"Benar nona anda memiliki
4 kakak"ucap bi Yanti"Boleh saya tau nama mereka"ucap Arun
"Kakak pertama anda bernama Shera Priscilia Bramantyo,kakak kedua bernama Resta Dewi Bramantyo,kakak ketiga bernama Veronica Nastya Bramantyo dan Kakak terakhir bernama Veranda Nastya Bramantyo"ucap bi Yanti
"Kak vero sama kak Vera itu kembar?"tanya Arun
"Benar nona"ucap bi yanti
"Lalu bagaimana dengan papa?"tanya Arun membuat bi Yanti diam seribu bahasa
"Papa anda sudah meninggal nona"ucap bi Yanti sedih
"Begitu ya bi"ucap Arun yang sudah paham
"Iya nona"ucap bi Yanti
"Apakah nona ingin makan sesuatu?"tanya bi Yanti
"Tidak dan bisa tolong tinggalkan aku sebentar"ucap Arun
"Baiklah,jika ada sesuatu telfon bibi ya"ucap bi Yanti kemudian meninggalkan ruangan Arun
"Ternyata papa belum membolehkan Arun menyusul ya,tapi kenapa Arun harus merasakan hal ini lagi" monolog Arun
"Apakah tubuh ini,dibenci keluarganya juga tetapi sepertinya begitu"ucap Arun kemudian memilih tidur kembali karena masih belum menerima kenyataan ini
Bersambung....
apakah kalian suka book transmigrasi?
semoga kalian suka ceritaku maaf jika ada salah kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna to Anastasya
Teen Fictionberkisah tentang seorang gadis bernama Aruna Putri Mahardika berusia 17 tahun yang dibenci karena dinyatakan penyebab kematian sang papa oleh keluarganya sendiri "Arun capek pengen nyusul papa aja, maafin aku tapi aku udah ngak kuat sama perbuatan...