23. hari berdua

1.1K 30 0
                                    

Sudah dua hari lamanya satria sakit tidak kunjung sembuh juga, demamnya tidak turun-temurun malah semakin tinggi. Sedangkan satria dia tidak mau ke dokter dan malah mengamuk marah-marah tidak jelas.

Seperti sekarang ini satria terus memeluk chika erat merengek tidak jelas membuat chika bingung sekaligus kesal, selama sakit satria tidak mau ditinggal sekalipun hanya ke kamar mandi untuk sekedar buang air kecil.

Chika menatap satria tangannya mengambil obat satria. "Minum obat dulu, nanti tidur lagi" ucap chika melihat suaminya mengantuk.

Satria menepis tangan chika sampai obat itu terlempar jauh. "Gue enggak mau minum obat, gue enggak sakit cuman demam doang" kesal satria Memeluk pinggang chika erat.

Chika menarik napas panjang. Kembali mengambil obat memasukkan obat ke mulutnya Membuat satria melotot kaget, kenapa Chika yang minum obat. Belum sempat satria membuka mulutnya chika langsung menarik leher Satria menciumnya mengeluarkan obat ke dalam mulut satria yang langsung satria teguk.

"Pinter, kalau gini kamu cepat sembuh" ucap chika.

"Ish" dengus satria kasar.

Chika memeluk satria. "Jangan sakit nanti aku sedih, lihat kakak kaya gini aku enggak suka lebih baik jadi satria yang galak dan menyebalkan daripada lihat satria yang lemah gini" lirih chika tidak terasa air matanya menetes.

Satria tersenyum tipis mengusap air mata chika lembut. "Giliran gue galak aja lo nangis, kabur, minta cerai, ngadu sama mamah. Tapi tenang aja gue cuman sakit demam doang, jangan nangis lo jelek kalau nangis" gemes satria.

Chika cemberut. "Mulai nyebelin nya" kesal chika memukul pelan lengan satria.

Satria terkekeh kecil menarik chika kedekapanya. "Tadi bilang enggak papa nyebelin ko sekarang berubah lagi?" Ucap satria semakin gemes.

Chika mengalungkan tangannya di leher satria. "Lebih baik istirahat, kamu bawel kalau bangun gini" kesal chika.

***

Chika terbangun dari tidurnya menoleh kesamping menatap suaminya yang duduk sambil memangku laptop, chika mendengus kasar. "Baru sembuh langsung kerja aja" sinis Chika.

Satria terkekeh kecil. "Dikit doang, mau dinner enggak?" Tanya satria menutup laptopnya menatap istrinya.

"Dinner?" Ulang chika.

Satria mengangguk.

"Boleh, tapi aku yang pilih tempatnya, ya" pinta chika dengan senyum yang mengembang.

Satria mengangguk pelan, entah kenapa perasaannya sedikit ragu jika istrinya sendiri yang memilih tempat. Menepis pikiran yang tidak-tidak satria melanjutkan mengetik di komputer sedangkan chika langsung mandi bersiap-siap.

Selama diperjalanan keluar hutan chika merinding melihat pohon yang besar, menurutnya sangat menyeramkan. Chik menatap suaminya yang fokus menyetir tanpa mengajaknya bicara, melipat kedua tangannya kesal, Melirik sinis satria.

"Dasar enggak peka" sinis chika.

Satria yang mendengar itu ia langsung menoleh melirik chika. "Kenapa sayang? Aku lagi nyetir" tanya satria.

"Enggak" jawab Chika sinis.

"Oh, yaudah" jawab satria santai.

"Nyebelin banget" kesal chika.

Satria geleng-geleng kepala ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. "Restoran mana?" Tanya satria melirik istrinya yang cemberut.

Chika melirik sinis satria. "lurus aja nanti aku kasih tunjuk" jawab chika sinis.

Satria terkekeh kecil ia memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, menatap chika yang masih cemberut sambil melipat kedua tangannya di dada. "Kamu kenapa sih sayang? Kamu mau apa? Mau belanja? Atau mau ke salon?" Tanya satria.

Chika mencubit pipi satria kesal. "Bulan itu, aku enggak suka di cuekin" kesal chika.

Satria mengusap pipinya yang sedikit sakit, menarik napas panjang. "Aku lagi nyetir mobil bahaya kalau sambil manja-manja"

"Yaudah" pasrah chika.

Satria mencium bibir chika. "Sekarang mau makan dimana?" Tanya satria sambil mengusap sudut bibir chika lembut.

"Itu, tempat aku makan sama teman-teman aku. kita makan di sana aja enak-enak makanannya" ucap chika menatap warung makan dipinggir jalan.

Satria melotot sempurna ia menggeleng cepat. "Enggak! Kita makan di restoran aja jangan makan di situ" tolak satria cepat.

Chika terus membujuk suaminya dengan berbagai macam rayuan, setelah beberapa menit akhirnya satria mau diajak makan di warung. Ini pertama kalinya ia makan di pinggir jalan di tempat yang tidak pernah ia duga-duga.

Chika memesan soto, dan mie ayam,  soto untuk satria mie ayam untuk dirinya. Chika tersenyum manis menatap satria yang seakan bingung. "Sekali kamu makan di sini aja kamu bakal ketagihan" ucap chika.

"Enggak bakal" jawab satria sedikit kesal.

Pesanan mereka sampai chika langsung memakan mie ayam itu dengan lahap, sedangkan satria menatap chika yang lahap makan tanpa menghiraukan dirinya. "Sayang, ko kamu lahap banget sih?" Tanya satria.

Chika menatap soto yang tidak tersentuh satria, menyendok nya menyodorkan ke mulut satria yang rapat. "Buka mulutnya Aaaa" suruh chika.

Satria Menggeleng.

Chika mendengus kesal. "Buka atau kita tidak jadi" ancam chika dengan wajah seserius mungkin.

Satria menatap datar chika ia membuka mulutnya perlahan, chika langsung menyuapi satria. Sedangkan sang empu langsung memejamkan matanya perlahan tapi pasti ia meneguk air soto itu. Matanya membulat sempurna merasakan nikmat soto itu di mulutnya.

"Gimana? Enak enggak?" Tanya chika

Tanpa ba-bi-bu satria mengambil alih sendok itu dari tangan chika melahap soto itu dengan lahap mengabaikan tatapan orang-orang yang menatapnya aneh, sekaligus kagum dengan ketampanan satria.

"Tadi aja bilang enggak mau" sindir chika yang tidak dihiraukan satria yang langsung memesan makanan lainnya.

Setelah puas makan mereka langsung masuk kamar hotel yang sudah di pesan anak buah satria, satria sungguh kenyang bahkan ia tidak bisa duduk saking kekenyangan.

"Kenyang banget" lirih satria duduk di sofa hotel.

"Bagus dong jadi enggak jadi" sahut chika langsung merebahkan tubuhnya di kasur. "Aku mau tidur aja----"

"Enak aja. Jadi dong" sahut satria langsung melepaskan pakaiannya di depan chika. Menindih tubuh chika mencium bibir chika bruntal Membuat sang empu kewalahan.

Chika mencium leher satria Membuat sang empu mengeluarkan suara aneh, kali ini chika yang lebih agresif karena suaminya kekenyangan makan. "Udah, aku mau tidur aja" ucap chika mendorong satria ke samping.

Satria yang memegang sudah lemas ia mengangguk memeluk Chika yang langsung tidur di pelukannya. Mengelus pipi chika lembut, seandainya kejadian di cafe waktu itu dari dulu mungkin ia merasakan kebahagiaan yang lebih panjang.

Satria menyibak selimut yang menutupi tubuh chika, mengelus perut chika lembut. "Semoga kanu cepat hadir, papah janji jika kamu hadir kembali papah tidak akan menyakiti kamu lagi termasuk mamah kamu. Papah bakal jaga kalian berdua" ucap satria mencium perut chika lama.

Setelah itu ia langsung tidur sambil memeluk chika yang sangat nyenyak di pelukannya. Berasa dunia milik berdua!.

***

protective Devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang