Pada akhirnya, kita semua akan kehilangan seseorang yang kita cintai. Yang berbeda adalah bagaimana cara kita menyikapi rasa sakit itu.
****
Kehidupan pertama...
Lily duduk di samping Asher, yang duduk dengan pandangan kosong, menatap jendela yang kabur karena butiran hujan. Rintikan hujan menambah penyesalan dalam diri Asher akan ibunya yang baru saja pergi selamanya. Dengan lembut, Lily meraih tangan Asher yang gemetar.
"Ash," bisik Lily perlahan, suaranya seperti pelukan hangat di tengah hujan.
Asher menoleh, matanya memerah dengan kantung mata hitam yang kentara. Hati Lily teriris, seakan bisa merasakan betapa hancurnya laki-laki itu saat ini. Ia terlihat sedang menahan semua rasa sakit itu dalam diam.
Mereka saling memandang tanpa ada yang bersuara sesaat.
"Pergi." Kata Asher dengan sangat dingin, lalu menepis tangan Lily dengan kasar hingga gadis itu sedikit terdorong beberapa langkah.
"Ash." Panggil gadis itu lagi.
"Pergi!"
Lily tidak bergerak sama sekali, ia memilih diam karena rasa khawatirnya lebih besar dibandingkan rasa takut.
"Lo mau apa sih hah?! Gue udah nyuruh lo pergi." Bentak Asher ketika gadis itu dengan keras kepala tidak mendengarkannya.
Saat Lily berjalan mendekat, Asher dengan gesit memojokkan gadis itu ke tembok lalu menatap gadis itu marah, "Kesabaran gue ada batasnya sialan. Jangan maksa gue untuk--"
Perkataannya terhenti saat Lily perlahan memeluk tubuh jangkung itu, menggelamkan wajah laki-laki itu di bahunya lalu mengelusnya perlahan. Gerakan Lily sangat lembut seolah memberikan kenyamanan yang sangat Asher butuhkan.
Asher membatu, pelukan dan elusan lembut di kepalanya terasa sangat asing. Sesuatu dalam hatinya bergejolak ingin keluar dan berteriak, lalu akhirnya air matanya tak mampu lagi tertahan.
Lily bisa merasakan punggung Asher bergetar hebat, tangannya terus menepuk punggung Asher untuk memberi ketenangan, namun Lily pun tak mampu menahan air matanya saat mendengar isakan laki-laki itu. Kedua tangan Asher bergerak membalas pelukan Lily dan mencengkram tubuh itu erat, seakan takut akan kehilangan.
Sungguh, hati Lily hancur melihat laki-laki yang selalu terlihat kuat menghadapi segala masalah hidup yang bahkan membuat Lily harus menahan napas, sekarang terlihat sangat rapuh.
"Jangan pernah pergi, please, jangan." Mohon laki-laki itu ditengah suara tangisannya, "Cukup mama dan Intan yang pergi. Kamu jangan."
Lily mengeratkan pelukannya, "Aku gak akan kemana-mana, Ash. I promise to always be with you, now and forever. I promise."
Lily memandang keluar jendela, hujan semakin deras, seolah-olah menangis bersama mereka.
"Aku gak bisa hidup tanpa kamu."
Sejak mengucapkan kalimat itu, Asher berjanji untuk tidak kehilangan siapapun lagi. Cukup Anya dan Intan yang telah pergi meninggalkannya, tapi Lily jangan.
Please god, I love this girl. Let me have her for my own.
****
Asher melihat Intan yang duduk di depan pintu kamar UGD dengan pandangan kosong. Ia pun mendekati adiknya itu, lalu ketika Intan sadar akan kedatangan Asher, ia segera bangkit dan memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIA (END)
FantasyIni semua adalah tentang memoria (ingatan) dari kehidupan sebelumnya. Tapi bukan cerita pengulangan waktu, biasa. Tak pernah terpikirkan oleh Lily bahwa dirinya akan diberi kesempatan kedua untuk kembali hidup. Seumur hidupnya, hanya ia habiskan un...