Mohon koreksi kalau ada kalimat ataupun informasi yang salah 🙏
***
PART 38
Sabtu pagi saat Nara mual-mual ketika berdekatan dengan dirinya adalah awal kesengsaraan bagi Martin. Karena kejadian itu terus berlanjut hingga hari ini, terhitung sudah dua hari berlalu, dan Nara selalu seperti itu.
Istrinya terlihat sehat, tapi selalu mual-mual jika ia mendekat dan ingin mencium ataupun berpelukan dengan wanita itu seperti biasa.
Martin tidak mengerti, sebenarnya apa yang salah? Padahal ia selalu mandi, bahkan mendekati Nara dalam keadaan yang bersih, nyaris tanpa keringat sama sekali. Bahkan sempat memakai parfum seabrek—yang ujung-ujungnya malah ia sendiri yang pusing. Efek terlalu banyak menyemprot parfum, dan ia jadi tidak kuat dengan aroma itu.
Namun, Nara masih saja begitu. Mual-mual jika ia sudah terlalu dekat dengan wanita itu. Sehingga ia pun terpaksa harus selalu menjaga jarak, dan tidak bisa duduk berdempetan ataupun berpelukan dengan istrinya. Karena jika ia tidak menjaga jarak, maka wanita itu pasti akan langsung mual-mual dan berakhir membungkuk di wastafel—mengeluarkan isi perutnya.
Kalau sudah begitu, Nara akan merasa lemas selama beberapa saat. Lalu makan lagi dengan lahap, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Jadi, hari ini Martin sengaja memaksa Nara agar mau dibawa ke rumah sakit untuk menemui dokter pribadi di keluarga Fabian, serta memeriksakan kondisi aneh yang terjadi pada tubuh istrinya. Karena jujur saja, dua hari tidak berpelukan—apa lagi tidak berciuman—dengan Nara sudah mampu membuatnya nyaris gila.
Wanita itu berada di dekatnya, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Kalau tidak bisa bercinta, Martin masih bisa menahan dirinya. Tetapi, jika tidak memeluk istrinya, bahkan sesederhana mengecup pipi wanita itu saja tidak bisa dilakukan olehnya, sungguh Martin tidak mampu menahan serta menanggung ini semua.
Ia lantas menjabarkan semua hal aneh yang terjadi kepada istrinya selama dua hari belakangan, dan dokter yang mendengarkan segala keluhannya tampak menyimak dengan serius sebelum melemparkan pertanyaan kepada istrinya.
“Kapan terakhir kali kamu datang bulan?”
Martin yang mendengar pertanyaan dari dokter senior itu sontak saja merasa heran. Sedangkan Nara yang awalnya cukup terkejut mendengar pertanyaan itu, sekarang jadi merasa semakin terkejut. Karena ia lupa kapan terakhir kali ia mendapatkan tamu bulanannya. Lantaran ia terlalu sibuk dengan rutinitas sehari-harinya.
Weekdays ia harus bekerja, wajib membuat sarapan—karena ia tidak akan membiarkan perutnya serta perut Martin tidak terisi apa-apa sebelum mereka berangkat ke kantor untuk bekerja, dan terkadang ia juga akan sekalian membuatkan bekal makan siang untuk mereka berdua. Walau tidak setiap hari membawa bekal, tapi ia selalu sibuk memikirkan menu makan siang apa yang akan mereka bawa ke kantor jika ia sempat memasak. Lalu sorenya, sepulang bekerja, kadang ia juga akan sibuk memasak menu makan malam, dan sibuk meladeni serta mengurusi Martin di apartemen mereka. Karena keduanya memang masih sering tinggal di apartemen hingga sekarang, meskipun sebenarnya rumah mereka sudah bisa ditempati, bahkan sudah sempat mengadakan pengajian di sana.
Dan jangan pernah meremehkan tentang menu makanan sehari-sehari yang biasanya dimasak oleh Nara. Karena memikirkan menu makanan pun tidak segampang itu, sehingga ia harus berkutat pada menu serta kebutuhan dapur. Walau bukan ia sendiri yang berbelanja, karena ART ibu mertuanya-lah yang melakukan hal itu untuk mereka, tapi Nara tidak pernah absen memberikan catatan berisi bahan makanan yang sedang ia perlukan. Apa lagi ia juga tidak pernah sembarangan memasukkan nutrisi ke dalam tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara
RomanceSemua berawal dari busana biru pastel, ciuman terdesak, serta aksi yang dipergoki oleh ibunya, hingga membuat Nara harus terjebak bersama pria berengsek seperti Martin dalam kurun waktu yang lama. Entah sampai kapan, tapi mampukah Nara mengatasi ini...