40. "Kecewa Berujung Petaka''

248 48 0
                                    

Sarangan.
.
.
.
Keesokan harinya, Panca, Kertawijaya dan Kemuning berangkat ke luar desa untuk berdagang di beberapa desa. Namun tujuan utamanya adalah Mojomati, tempat mereka singgah dahuu.

Dua kakak beradik itu saling bergantian menjadi kusir gerobak mereka yang ditarik oleh kuda. Bersama beberapa warga yang juga berdagang hasil bumi daerah mereka.

Seminggu telah berlalu, akhirnya mereka sampai di tujuan mereka. Yaitu Mojomati. Kemuning merasa gugup untuk bertemu kembali dengan Angga.

''Dek, kau baik - baik saja?'' Tanya Panca pada istrinya. ''Aku sedikit gugup. Tapi aku baik - baik saja'' ungkap Kemuning. Panca menangkup pipi istrinya seraya menyatukan kening mereka.

''Tenang saja, aku ada disini. Kau jangan terlalu lelah, ya. Apa kau lapar?'' Ujar Panca lalu bertanya. ''Um... sedikit'' jawab Kemuning. ''Mas. Aku juga lapar'' sahut Kertawijaya.

''Sebentar. Aku ambilkan sesuatu'' ucap Panca lalu menggeledah peti perbekalan makanannya. Kemudian ia mengambil beberapa makanan yang berkarbohidrat. Yaitu singkong yang direbus saat beristirahat di tengah perjalanan kemarin malam.

Panca memberikan singkong rebus dan buah pada istri dan adiknya, sementara dia hanya makan buah apel saja sebagai pengganjal lapar sementara.

''Mas. Nih'' ucap Kertawijaya seraya memberikan separuh potongan singkong pada Panca. ''Kau saja yang makan'' tolak Panca. ''Tapi aku sudah kenyang'' sanggah Kertawijaya. Mau tak mau, Panca menerima singkong yang dibagi Kertawijaya dan memakannya. Kemuning terkekeh melihat interaksi mereka berdua.

Akhirnya mereka sampai di Mojomati, Kertawijaya dan Kemuning menunggu di gerobak, sementara Panca bersama para warga di desanya yang ikut berdagang, menyetorkan barang dagangan mereka. Sampai salah seorang warga menyadari kehadiran Panca.

''Panca? Bagaimana kau bisa ada disini?!'' Kaget orang tersebut. Dia adalah Rendeng, membuat semua atensi orang yang ada di pasar tertuju padanya.

''Sugeng Rijadi. Tuan Rendeng'' sapa Panca sopan. ''Hei, kau! Kenapa kau bisa kembali kesini?! Apa kau mau desa kami hancur, ha?!'' Tunjuk salah satu ibu - ibu pedagang pada Panca dengan tanpa rasa sopan dan bersalah.

Lagi. Kenapa Panca menerima penolakan lagi. Para warga desa Sarangan menepuk pundak Panca dan mengukuhkan hati pria itu. Mereka lebih mengerti Panca.

''Wes, le. Lebih baik kita kembali saja. Ayo''. Mereka mengajak Panca untuk menghindari saja. Namun penolakan dari khalayak terhentikan dengan kedatangan pemimpin daerah disana. Seorang Adipati bersama istri dan pengawalnya.

''Kalian, ada apa ribut - ribut disini?'' Tanya Adipati itu yang tak lain dan tak bukan adalah Angga Prawiradirga. Pandangannya bergilir melihat sahabat lamanya yang kini terdiam di depannya.

''Panca. Apa itu kau?'' Tanya Angga tak menyangka. ''Ya. Ini aku, Panca. Kau sudah sukses sekarang, ya'' balas Panca dengan senyuman. Mereka tertawa lalu saling berpelukan, mengundang ekspresi tak menyangka dari para warga.

''Mas! Ada apa ramai - ramai begini?'' Panik Kertawijaya datang bersama Kemuning. Mereka kaget melihat Angga yang 180° berubah menjadi orang yang terpandang. Jelas lewat cara berpakaiannya.

''Mas Angga!'' Kaget Kertawijaya. ''Kerta, ya? Kau sudah besar ternyata. Dan Kemuning, kau kemana saja selama ini?'' Ujar Angga pada Kertawijaya lalu pada Kemuning.

''A-Aku...''

''Dia datang kerumahku, sekarang dia jadi istriku'' bela Panca. Atmosfer disekitar mereka menjadi berat sebelah. Angga lalu tersenyum lalu berkata.

''Oh! Ternyata kalian telah menikah ya. Selamat. Kenapa kalian tak mengundangku juga?'' Tanya Angga seakan memancing Panca untuk mengutarakan ketidaksukaannya.

Fly (Haikyuu fanfic × Male'readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang